Republika Online |
Tokoh Lintas Agama Lanjutkan Lawan Kebohongan Posted: 20 Jan 2011 06:21 AM PST REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gerakan tokoh lintas agama melawan kebohongan akan terus berlanjut meskipun berbagai gerakan untuk menghentikan para tokoh agama dilakukan hingga pemerintah dapat memenuhi amanat konstitusi. "Kami konsisten gerakan ini terus berlanjut dan tidak akan berhenti oleh gerakan apapun," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam jumpa pers para tokoh agama di gedung Konferensi Wali gereja Indonesia (KWI) di Jakarta, Kamis (20/1). Selain Din Syamsuddin, tokoh lintas agama yang hadir dalam jumpa pers tersebut yaitu Syafi'i Ma'arif, Romo Frans Magnis Suseno, Shalahuddin Wahid, Mgr Martinus Situmorang, Pdt Andreas A Yewangoe. Pdt Yewangoe mengatakan, pertemuan para tokoh lintas agama di Istana Negara dengan Presiden merupakan awal dan akan terus ditindaklanjuti dalam waktu yang tidak begitu lama. Hal senada juga disampaikan Shalahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Solah. Menurutnya, jika perlu para tokoh agama juga akan mengundang Presiden untuk bertemu. Pendiri Maarif Institute, Syafii Maarif mengatakan, tokoh agama tidak bisa dipecah dan akan tetap konsisten dengan gerakan melawan kebohongan. "Kita tetap konsisten dan berharap pemerintah betul-betul serius menangani negara ini," ujar Syafii Maarif yang biasa disapa Buya. Dia juga menegaskan bahwa gerakan para tokoh lintas agama murni untuk memperbaiki bangsa tanpa tendensi apapun untuk meraih kekuasaan maupun melakukan pemakzulan kepada pemerintah. "Kalau tidak ada gerakan melawan kebohongan ini mungkin pihak istana adem ayem saja," ujar Buya Syafii. Pernyataan para tokoh lintas agama tersebut merupakan kelanjutan dari pernyataan sebelumnya yang meminta pemerintah menghentikan segala bentuk kebohongan terhadap publik pada Senin (10/1). Buntut dari pernyataan tersebut, para tokoh agama memenuhi undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin (17/1) di Istana Negara untuk mendengar respons pemerintah. |
Ubah Jadwal Liga Internasional, FIFA Harus Siap \'Diserang\' Posted: 20 Jan 2011 06:12 AM PST REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Rencana FIFA dan UEFA untuk mengubah jadwal laga internasional mulai tahun 2015 memicu reaksi dari sejumlah pihak. Presiden Liga Sepakbola Jerman, Reinhardt Rauball, misal, menyatakan kedua organisasi harus siap berdebat dengan penyelenggara liga di seluruh negara jika ingin menerapkan pengubahan tersebut. Wacana perubahan jadwal itu muncul dan berkembang seiring adanya rencana menggelar Piala Dunia 2022 di musim dingin. FIFA dan UEFA memang tidak secara resmi mengungkapkan perubahan jadwal kalender internasional, namun spekulasi ini, tak terelakkan bakal menjadi topik khusus dalam waktu dekat. Raubal menilai keputusan penting seperti ini harus dibahas oleh semua pihak yang terkait, termasuk lima penyelenggara kompetisi terbaik di Eropa. Ia menekankan pembahasan tidak boleh hanya terjadi internal FIFA atau UEFA. "Saya tak bisa membayangkan keputusan sudah diambil tanpa berkonsultasi dengan liga-liga besar," tegas Rauball. "Terlepas dari hal itu, kami bertahan dalam posisi kami, tidak ada larangan dalam berpikir, tapi juga jangan ada keputusan yang dibuat terburu-buru." "Hal ini menjadi masalah kompleks. Kami mempertaruhkan banyak masalah untuk mereka bisa mendengarkan suara kami, lima kompetisi terbaik di Eropa," tambahnya. |
You are subscribed to email updates from Republika Online To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan