REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Coba perhatikan cara duduk ketika anak Anda sedang belajar. Apakah saat belajar anak Anda terbiasa dengan duduk miring atau malah sambil tiduran? Coba lebih perhatian dengan kebiasaan-kebiasaan anak saat ini. Karena kebiasaan-kebiasaan yang salah seperti ini ternyata bisa menjadi salah satu penyebab Scoliosis.
Scoliosis adalah struktur tulang tidak normal yang berarti adanya struktur tulang belakang yang tidak lurus. Perubahan struktur tulang ini bisa menyebabkan tidak rata posisi bahu atau posisi pinggang. Dalam kondisi paling barah kemiringannya bisa sampai 45 derajat. Scoliosis ini tidak hanya mempengaruhi fisik anak tapi juga akan mempengaruhi mental dan perkembangan anak.
Untuk memperbaiki kebiasaan yang salah coba mulai dari memperbaiki posisi duduk. Ajarkan pada anak untuk memperbaiki posisi duduknya. Duduk yang benar adalah posisi bokong menempel pada belakang bangku dan tidak menyender. Saat duduk juga kaki jangan menyilang satu. Usahakan juga untuk bangun setiap satu jam sekali untuk mencari minum atau melihat pemandangan lain.
Selain kebiasaan yang salah, menurut Dr. Inez, Chiropractor dari Citralife, penyebab Scoliosis bisa karena keturunan, kecelakaan, jatuh, tulang tidak bertumbuh atau bahkan karena ketidaktahuan. "Meskipun tidak terlihat dan kadang memang tidak terasa, Scoliosis ini mungkin saja bisa terjadi akibat faktor-faktor tersebut," katanya.
Susunan tulang belakang bisa kemabali lurus dan normal asal ditangani dengan tapat. Misalnya dengan terapi Chiropractic. Pada anak pelurusan kembali tulang belakang bisa lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Karena pada orang dewasa, susunan tulang sudah memasuki fase yang matang jadi akan lebih sulit jika dibandingkan anak-anak.
Tapi itupun tidak menjamin. Setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap penyembuhan ini. "Dengan terapi yang sama seseorang bisa lebih cepat atau lebih lama mengalami penyembuhan, tergantung respon tubuh masing-masing," kata Inez.
Sayangya, Scoliosis tidak bisa ditangani secara awam. Karena butuh observasi lebih langsung. "Dengan observasi kita bisa mengetahui dimana letak kesalahan pada tulang. Sehingga penanganannya akan lebih tepat," tambah Inez.
Sebaiknya anak juga dilakukan pemeriksaan setiap enam bulan sekali. Pemeriksaan ini hanya untuk memastikan agar susunan tulang belakang dalam keadaan normal. Walaupun tidak menutup kemungkinan anak tersebut juga bisa mengalami resiko yang sama. Paling tidak, tambah Inez, pemeriksaan ini akan mengurangi resiko dikemudian hari akan terjadi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Coba perhatikan cara duduk ketika anak Anda sedang belajar. Apakah saat belajar anak Anda terbiasa dengan duduk miring atau malah sambil tiduran? Coba lebih perhatian dengan kebiasaan-kebiasaan anak saat ini. Karena kebiasaan-kebiasaan yang salah seperti ini ternyata bisa menjadi salah satu penyebab Scoliosis.
Scoliosis adalah struktur tulang tidak normal yang berarti adanya struktur tulang belakang yang tidak lurus. Perubahan struktur tulang ini bisa menyebabkan tidak rata posisi bahu atau posisi pinggang. Dalam kondisi paling barah kemiringannya bisa sampai 45 derajat. Scoliosis ini tidak hanya mempengaruhi fisik anak tapi juga akan mempengaruhi mental dan perkembangan anak.
Untuk memperbaiki kebiasaan yang salah coba mulai dari memperbaiki posisi duduk. Ajarkan pada anak untuk memperbaiki posisi duduknya. Duduk yang benar adalah posisi bokong menempel pada belakang bangku dan tidak menyender. Saat duduk juga kaki jangan menyilang satu. Usahakan juga untuk bangun setiap satu jam sekali untuk mencari minum atau melihat pemandangan lain.
Selain kebiasaan yang salah, menurut Dr. Inez, Chiropractor dari Citralife, penyebab Scoliosis bisa karena keturunan, kecelakaan, jatuh, tulang tidak bertumbuh atau bahkan karena ketidaktahuan. "Meskipun tidak terlihat dan kadang memang tidak terasa, Scoliosis ini mungkin saja bisa terjadi akibat faktor-faktor tersebut," katanya.
Susunan tulang belakang bisa kemabali lurus dan normal asal ditangani dengan tapat. Misalnya dengan terapi Chiropractic. Pada anak pelurusan kembali tulang belakang bisa lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Karena pada orang dewasa, susunan tulang sudah memasuki fase yang matang jadi akan lebih sulit jika dibandingkan anak-anak.
Tapi itupun tidak menjamin. Setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap penyembuhan ini. "Dengan terapi yang sama seseorang bisa lebih cepat atau lebih lama mengalami penyembuhan, tergantung respon tubuh masing-masing," kata Inez.
Sayangya, Scoliosis tidak bisa ditangani secara awam. Karena butuh observasi lebih langsung. "Dengan observasi kita bisa mengetahui dimana letak kesalahan pada tulang. Sehingga penanganannya akan lebih tepat," tambah Inez.
Sebaiknya anak juga dilakukan pemeriksaan setiap enam bulan sekali. Pemeriksaan ini hanya untuk memastikan agar susunan tulang belakang dalam keadaan normal. Walaupun tidak menutup kemungkinan anak tersebut juga bisa mengalami resiko yang sama. Paling tidak, tambah Inez, pemeriksaan ini akan mengurangi resiko dikemudian hari akan terjadi.