Oleh: René L Pattiradjawane
Drama skandal politik yang terjadi di China dalam dua bulan terakhir melibatkan Bo Xilai, Sekretaris Partai Komunis China (PKC) kota Chongqing, Provinsi Sichuan, China barat daya, ibarat novel fiksi tentang kekuasaan, intrik politik, romantika, karakter kekuasaan, keserakahan bisnis, dan sebagainya. Seperti kisah Hakim Bao (Bao Zheng, 999-1062) pada masa dinasti Song Utara.
Ada pepatah China yang berbunyi, "Sheng si you ming, fu gui zai tian." Kehidupan dan kematian memiliki nasibnya, kekayaan dan kehormatan tergantung langit. Ini kira-kira drama yang dihadapi Bo Xilai (63) beserta istrinya, Gu Kailai, penguasa PKC yang masuk dalam kategori faksi taizidang (aristokrasi partai karena orangtuanya berpengaruh dalam PKC).
Selama ribuan tahun, politik China penuh dengan intrik dan kekerasan internal di balik tembok istana kekaisaran, tidak diketahui banyak orang dan menjadi spektakuler seperti kasus Bo Xilai dan istrinya (Bo menikah dua kali, yang pertama istrinya bernama Li Danyu, memiliki seorang anak, kini sekolah di Universitas Harvard, Amerika Serikat).
Kasus Bo Xilai yang menjadi berita dunia jelas menunjukkan adanya intrik kekuasaan jauh di dalam kekuasaan inti PKC yang biasanya selalu tersembunyi. Intrik kekuasaan ini menyangkut pergantian kepemimpinan PKC menuju generasi kelima yang akan berlangsung musim semi mendatang.
Intrik kekuasaan ini menjadi sengit untuk menentukan posisi sembilan orang dalam Komite Tetap Politbiro PKC, organisasi kecil di dalam partai yang akan mengendalikan keseluruhan kehidupan RRC untuk jangka waktu 10 tahun mendatang. Gerak-gerik politik Bo Xilai menunjukkan ambisinya untuk menjadi anggota Komite Tetap Politbiro yang berkuasa, tapi kandas karena skandal istrinya yang terlibat pembunuhan warga negara Inggris, Neil Heywood, yang menjadi mitra bisnisnya.
Tidak dibungkam
Petinggi PKC terakhir yang pernah dijungkir dari kekuasaannya adalah Chen Liangyu, Sekretaris PKC Shanghai, pada tahun 2005 karena korupsi dana jaminan sosial. Chen dihukum 18 tahun penjara, dan skandalnya tidak pernah terungkap di media massa dan menjadi perdebatan publik.
Sebelumnya, pertengahan dekade 1990-an, petinggi partai lainnya, yakni Sekretaris PKC Beijing Chen Xitong, ditangkap karena korupsi tahun 1995. Kasus Chen Xitong tidak pernah diungkap sama sekali, bahkan persoalan korupsi yang diraupnya tidak pernah dibeberkan ke publik.
Dan pertikaian internal partai yang paling serius adalah saat Demonstrasi Berdarah Tiananmen 1989, ketika Sekjen PKC Zhao Ziyang menjadi tahanan rumah karena menolak mendeklarasikan undang-undang darurat militer dan terlalu bersimpati kepada para mahasiswa pengunjuk rasa. Nama Zhao Ziyang dan legalitasnya dihapus dari sejarah modern China.
Berbeda dengan intrik PKC sebelumnya, kasus Bo Xilai menjadi heboh karena melibatkan 500 juta pengguna jejaring sosial internet, dan dibeberkan melalui media massa serta tulisan dan pidato petinggi PKC lainnya. Skandal elite PKC tidak bisa dibungkam seperti yang selama ini terjadi dalam konflik internal di dalam kekuasaan tertinggi RRC.
Kelas borjuasi
Terkuaknya pertikaian kekuasaan dalam skandal Bo Xilai, untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun sejarah kekuasaan China, menjadi fenomena baru yang menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran. Fenomena peralihan kekuasaan China menjadi bentuk kekhawatiran baru karena beberapa hal.
Bagi negara-negara industri maju, keberhasilan suksesi dalam Kongres PKC mendatang, kepemimpinan generasi kelima akan menjadi ancaman bagi pekerjaan mereka seandainya para teknokrat elite PKC bekerja seperti dekade-dekade sebelumnya. Bagi para politisi, perimbangan global sudah pasti akan mengubah perimbangan kekuatan dunia. Dan bagi para ekonom, pertumbuhan pembangunan ekonomi China akan selalu menjadi teka-teki.
Skandal Bo Xilai menegaskan terjadinya perubahan kapasitas di dalam partai untuk melakukan perubahan signifikan dan menjaga tidak terjadinya pembusukan di dalam partai akibat pertikaian faksi, khususnya antara kelompok teknokrat Sekjen PKC Hu Jintao dan kaum aristokrat partai. Revitalisasi partai sekarang ini menjadi krusial melalui penguatan yang diperoleh akibat kemajuan teknologi komunikasi informasi.
Di sisi lain, kita mengerti kalau skandal Bo Xilai dalam konteks pertikaian kekuasaan, intrik bisnis, dan kriminalitas yang mengikutinya, secara gamblang menunjukkan kalau kapitalisme dalam pertumbuhan ekonomi telah menciptakan borjuasi modern China.
Kelas borjuasi, memiliki gigi dan taring, bersanding dengan pragmatisme PKC yang tak lagi didominasi ideologi. Ada transformasi yang terjadi di China.