Republika Online |
Bakal Naik, Tarif RS Diminta Dievaluasi Enam Bulan Sekali Posted: 09 Jul 2013 11:17 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak rumah sakit menyambut baik rencana kenaikan tarif Indonesia Case Based Groups (INA-CBG's) untuk biaya perawatan dan pengobatan untuk sejumlah tipe rumah sakit (RS). Namun demikian, mereka meminta agar tarif tersebut terus dievaluasi secara berkala. Wakil Direktur RS Thamrin Abdul Barry Radjak mengatakan, evaluasi tarif secara berkala perlu dilakukan untuk menyesuaikan kenaikan biaya-biaya di masyarakat. Apalagi, kata dia, biaya operasional rumah sakit sudah meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Dia mengatakan, pascakenaikan harga BBM bersubsidi, rumah sakit juga harus menyesuaikan upah para karyawan. Lebih dari itu, lanjutnya, biaya bahan makanan untuk pasien rawat inap juga sudah naik."Setiap enam bulan sekali harus dievaluasi," kata dia pada Republika, Rabu (10/7). Barry juga berharap, tarif INA-CBG's untuk perawatan intensif juga naik. Sebab, lanjutnya, saat ini pemerintah baru mengcover biaya dari pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang dirawat inap di ruang kelas tiga. Sementara, seringkali ada pasien KJS yang harus menjalani perawatan di ruang intensif yang biayanya tentu lebih mahal. "Dengan pola pembayaran INA-CBG's yang hanya mengcover sepuluh persen biaya di ruang intensif kami sangat keberatan," jelasnya. Karenanya, Barry mengakui, RS Thamrin membatasi pasien KJS di ruang intensif. Namun, untuk pasien di ruang kelas tiga tetap dilayani seperti biasa. Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan tarif biaya perawatan dan pengobatan untuk sejumlah tipe rumah sakit akan dinaikkan. Hal itu dilakukan setelah banyaknya rumah sakit yang mengaku rugi akibat rendahnya tarif yang ditetapkan pemerintah. |
Posted: 09 Jul 2013 11:13 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof KH Ali Mustafa Yaqub Bulan Ramadhan seyogianya mendatangkan berkah dan rahmat bagi semua manusia, baik yang Muslim maupun non-Muslim. Hal itu karena Ramadhan dengan ibadah puasanya bertujuan untuk menjadikan setiap Muslim sebagai orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Salah satu karakter orang yang bertakwa adalah dia selalu berinfak kapan saja dan dalam keadaan apa saja. Karenanya, seorang muttaqin (bertakwa) adalah orang yang akrab dengan rakyat kecil. Ramadhan seyogianya menjadikan Muslim akrab dengan semua orang. Dengan acara buka bersama, ia menjadi akrab dengan sesamanya. Ramadhan pun dapat memupuk dan memperkokoh semangat ukhuwah Islamiyah, baik sesama Muslim maupun dengan saudara non-Muslim. Itulah antara lain tujuan disyariatkannya ibadah pada Ramadhan. Namun, kenyataannya bertolak belakang. Perilaku oknum orang kaya, justru menjadikan orang miskin mati terinjak-injak. Sesama Muslim selalu berbeda pendapat dalam menetapkan awal dan akhir Ramadhan. Suatu hal yang terkadang sampai kepada sikap saling memusuhi dan mengafirkan. Akhirnya, Ramadhan tidak membawa berkah dan rahmat, tetapi mendatangkan musibah dan laknat. Mengapa terjadi? Karena kita dalam menyambut Ramadhan, mengawali dan mengakhirinya, serta mengisi ibadah Ramadhan tanpa mengikuti tuntunan dan atau contoh dari Rasulullah SAW. Kita lebih senang mengikuti selera, alias hawa nafsu. Coba perhatikan pemberitaan media massa. Umat Islam cenderung menyambut Ramadhan dengan seremonial yang bisa membawa kemaksiatan. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya, dalam menetapkan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijah adalah dengan dua cara, yaitu melihat bulan dan (apabila bulan tidak terlihat) menggenapkan bulan yang sedang berjalan menjadi 30 hari. Kenyataannya, umat Islam Indonesia menetapkan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijah itu dengan sembilan metode. Dan tentu saja, tujuh dari sembilan metode itu menyimpang dari tuntunan Rasulullah SAW. Karenanya, para ulama papan atas, seperti Imam Ibnu Taimiyah dan Syekh Bin Baz menyatakan, orang yang berpegang dengan selain rukyat (melihat bulan) dan ikmal (menggenapkan bulan) dalam menetapkan satu Ramadhan itu jauh dari nilai-nilai Islam. Ramadhan memang selalu dinanti setiap tahun. Sayangnya, kesucian Ramadhan telah kita nodai dengan sesuatu yang menyimpang. Ramadhan dicintai, tapi juga dikhianati. Ramadhan dirindukan, tetapi ditinggalkan. Karena itu, untuk mendapatkan keberkahan dan rahmat dalam bulan Ramadhan, tidak ada cara lain bagi umat Islam dalam menyambut, menetapkan, dan mengisi ibadah Ramadhan, kecuali dengan mengikuti tuntunan dan atau mengikuti ajaran yang telah disampaikan Rasulullah SAW. Apabila tidak demikian, Ramadhan tidak akan membawa berkah dan rahmat, tetapi justru mendatangkan musibah dan laknat. Wallahu a'lam. |
You are subscribed to email updates from Republika Online RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |