Ilustrasi Pesawat Tanpa Awak (airforce.com)
Berita Terkait
Video
Washington (ANTARA News) - Serangan-serangan pasawat tak berawak AS yang menyasar militan di Pakistan tidak akan dibahayakan jika Islamabad benar-benar mendepak Amerika dari sebuah pangkalan udara utama, kata para pejabat dan seorang mantan pajabat intelijen Senin.
Marah terhadap serangan udara NATO Sabtu yang menewaskan 24 prajurit Pakistan, Islamabad telah menutup rute pasokan bagi pasukan pimpinan AS di Afghanistan dan memerintahkan Amerika keluar dari pangkalan udara Shamsi yang digunakan oleh armada pesawat tak berawak CIA, lapor AFP.
Bahkan jika Pakistan melaksanakan ancamannya atas Shamsi, para pejabat AS dan analis mengatakan langkah tersebut sejauh ini simbolis karena Washington dapat menerbangkan pesawat tak berawak Predator dan Reaper dari lapangan udara di negara tetangganya Afghanistan.
"Shamsi itu menyenangkan untuk dimiliki, namun tidak penting bagi operasi pesawat tak berawak. Pengoperasian mereka dapat dilakukan dari pangkalan-pangkalan di Afghanistan," kata Bruce Reidel, seorang mantan pajabat CIA dan anggota senior di think tank Brookings Institution.
Pangkalan udara Shamsi yang terpencil di barat daya negara itu khususnya bermanfaat bagi penerbangan yang terhambat kondisi cuaca buruk, katanya.
Seorang pejabat Senior AS mengatakan fasilitas tersebut bukanlah penghubung menentukan bagi pesawat robot yang telah terbukti sebagai senjata efektif melawan Al-Qaida dan ekstrimis Taliban.
"Masalah sebenarnya bukanlah Shamsi akan tetapi wilayah udaranya," kata seorang pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim, kepada AFP.
Sejauh ini tidak ada tanda-tanda bahwa Islamabad akan melarang pesawat AS terbang melintasi Pakistan, dan pengumumannya menyangkut Shamsi nampaknya dirancang untuk menenteramkan audiens domestik di Pakistan, kata para pejabat.
Pangkalan Shamsi mencerminkan kontradiksi dalam kemitraan yang tidak tenang antara kedua negara, dimana Islamabad enggan untuk secara publik mengakui kerjasama diam-diam dalam upaya kontra-teror AS, yang kebanyakan orang Pakistan memandangnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negaranya.
"Anda harus mengirimkan bahan bakar jet ke Shamsi," kata Riedel. "Publik Pakistan mempunyai kesan tentang sebuah pangkalan yang beroperasi secara ekstrateritorial namun dalam kenyataannya pangkalan itu beroperasi karena angkatan darat Pakistan membantunya beroperasi."
Segera setelah serangan udara Sabtu di perbatasan oleh pasukan NATO, para menteri kabinet dan kepala militer Pakistan menuntut Amerika Serikat keluar dari pangkalan udara Shamsi dalam 15 hari.
Pakistan sebelumnya meminta Amerika agar meninggalkan pangkalan udara tersebut pada Juni namun kemudian tidak jadi.
Meskipun pemerintahan Presiden Barack Obama mempertimbangkan tanggapan terhadap sejumlah tuntutan dari Pakistan, tidak ada rencana untuk menarik serangan pasawat tak berawak, yang dipuji sejumlah pejabat intelijen karena melemahkan jaringan Al-Qaida.
"Pakistan tetap mitra kontra-terorisme penting, dan kami tidak mengantisipasi perubahan signifikan dalam relasi tersebut," kata pejabat AS lain.
Sebuah masalah yang lebih serius bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO adalah keputusan Pakistan untuk menutup perbatasannya bagi konvoi yang membawa bahan bakar dan pasokan untuk pasukan di Afghanistan yang terkurung daratan.
Hampir separuh dari seluruh kargo dengan tujuan pasukan pimpinan NATO melewati Pakistan.
Secara kasar 140.000 pasukan asing, termasuk sekitar 97.000 pasukan Amerika, bergantung pada pasokan dari luar Afghanistan selama sepuluh tahun perang.
Pakistan telah menutup perbatasan terkait insiden sebelumnya sebagian karena untuk menenangkan kemarahan rakyat, dan para pejabat AS mengatakan mereka berharap penutupan terakhir itu akan bersifat temporer.
Pentagon mengatakan para pejabat tinggi pemerintah dan komandan sedang bekerja dengan pihak Pakistan "mengenai langkah kedepan" menyusul serangan udara tersebut dan Gedung Putih menggarisbawahi pentingnya relasi dengan Islamabad.
Walaupun ketidakpercayaan mendalam antara Amerika Serikat dan Pakistan, tak salah satu negara pun akan mampu menanggung pemutusan hubungan sama sekali, kata para
"Dengan secara permanen memutus pasokan bagi pasukan NATO, Pakistan tidak hanya menghadapi Amerika Serikat namun NATO dan Perserikatan Bangsa Bangsa," kata Riedel. "Pakistan tidak ingin melakukan hal itu." (K004)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2011
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com
Full content generated by Get Full RSS.