Semarang, Seorang berpakaian putih diikuti sejumlah orang bertelanjang dada dengan celana dan penutup kepala merah menganggetkan warga yang memadati Jalan Pahlawan Semarang di malam minggu ini. Orang-orang itu komat-kamit membaca mantera.
"Jopa japu nambani sikil asu. Mari karepmu, ra mari yo nasibmu. Sengkala asu, sengkala kadal, sengkala babi, sengkala celeng, minggat....minggata !" suara berat Andang Prasetya dari Konsorsium Seniman Merdeka membaca mantera.
Mantera itu terus dibacakan berulang, sambil tangannya menabur-naburkan dupa ratus dan kemenyan madu. Sementara itu dua pemain jatilan (kuda lumping) menari-nari dengan kuda dari pelepah pisang. Di belakangnya berderet, satu orang membawa gambar topi polisi dengan lambang tribrata, satu orang membawa gambar kuda lumping, dua orang membawa poster "Save KPK".
Melihat aksi itu, para remaja yang sedang berpacaran di depan gedung Mapolda Jateng tampak kaget dan langsung berkerumun. Kegaduhan juga terdengar dari suara gamelan sederhana yang mengiringi kelompok kuda lumping itu.
Demikian suasana aksi dukung KPK yang diselenggarakan Masyarakat Jateng Anti Korupsi, Sabtu (6/10/2012) malam. Aksi itu merupakan respon atas pengepungan gedung KPK oleh provost dan personil Polri, sehari sebelumnya.
"Kami menggagas aksi ini secara dadakan disela kunjungan Ketua KPK di Semarang," kata Roni dari KP2KKN Jateng di Jalan Pahlawan Semarang, Sabtu (6/10/2012) malam.
Dalam aksi itu, memang sangat lekat dengan nuansa kejawen pesisiran. Aroma hio cina, kembang boreh, bahkan kafan mayat yang dikenakan sebagai jubah, adalah properti utama.
"Jopa Japu nambani sikil asu......sengkala minggat, jendral jahat minggat. Kanthi srana ratus iki, bakale sing becik ketitik olo ketoro," Andang yang memimpin rombongan masih membacakan mantera.
Di tiap papan nama kantor pemerintah di sepanjang Jalan Pahlawan, ia berhenti membaca mantera dan menyiramkan ratus. Setibanya di dekat kantor Gubernur Jawa Tengah, rombongan itu terjun ke dalam got dengan menari menggunakan kuda luping dari pisang dan masih mengucapkan mantera.
Topi polisi dengan lambang tribrata itupun dilarung di selokan air yang kotor dan berbau. Proses larung tersebut menjadi penutup aksi dukung KPK oleh Masyarakat Jateng Anti Korupsi. Menurut Andang Prasetya, aksi melarung sengkala Polri merupakan upaya simbolik mengembalikan kepercayaan publik kepada polisi.
Ia menilai, apapun keadaannya masih banyak anggota Polri yang idealis dan bersih. Bukan hanya yang ada di KPK, namun juga sampai pos polisi.
"Karenanya sengkala yang dibawa jendral-jendral polisi busuk itu, kita harapkan bisa dihanyutkan. Kita larung di selokan yang berbau, karena hakekatnya yang kotor akan berkumpul dengan yang kotor," tambah Andang.
Sementara itu, Denny Septiviant, direktur eksekutif The Jateng Institute menyebutkan aksi gabungan ini menyampaikan agar Polisi segera mereformasi diri dan menghentikan intimidasi kepada siapapun. Aliansi itu juga menuntut agar Kapolri Timur Pradopo dan Wakapolri Nanan Sukarna dicopot dari jabatannya.
"Kenapa kami memilih memakai Jatilan? Karena Jatilan adalah kesenian rakyat Jawa Tengah yang dianggap jelek oleh gubernur. Karenanya kami mendukung KPK agar KPK bisa segera konsentrasi membersihkan pejabat korup di propinsi Jawa Tengah," kata Denny.
Setidaknya ada 6 elemen yang mendukung aksi ini, diantaranya The Jateng Institute, Komunitas Seniman Merdeka, PBHI, AJI, KP2KKN, dan Pattiro. Mereka mengirimkan perwakilannya untuk mengambil peran dalam aksi dukung KPK di dalam got ini.
Sebelumnya, dalam kesempatan bertemu ketua KPK, Abraham Samad di gedung PWNU Jateng, mereka memberikan sebuah kenang-kenangan berwujud poster kecil bertuliskan 'Save KPK' yang dibungkus pigura sederhana.
(alg/rmd)
Tutup Share to Facebook: You are redirected to Facebook
Sending your message
Message has successfully sent