JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPR Marzuki Alie menyatakan, DPR akan menindaklanjuti berbagai keluhan jemaah haji sebagai upaya memperbaiki penyelenggaraan ibadah haji pada masa mendatang.
Marzuki yang baru pulang dari Mekkah, dalam penjelasan kepada pers di Jakarta, Rabu (9/11/2011) petang, mengemukakan, tim pengawas haji DPR telah menampung keluhan para jemaah haji.
Keluhan jemaah, menurut Marzuki, akan ditindaklanjuti agar tidak lagi terjadi pada penyelenggaraan haji pada masa mendatang. Dalam inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan pada 7 November lalu, Marzuki kaget mendapatkan keluhan-keluhan yang beragam dari jemaah.
"Saya temukan dalam sidak di Maktab 26 Kloter 62 (Madiun), para anggota jemaah mengeluhkan pelayanan haji tahun ini tidak baik. Sebagai contoh di Muzdalifah tidak ada petugas dari Indonesia yang mengatur atau mengawasi jemaah yang datang dari Arafah. Ini memberi kesan penelantaran," ujar Marzuki.
Masalah kebersihan juga banyak dikeluhkan. Tidak ada petugas kebersihan/sampah makanan sampai dua hari sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan mengundang lalat pada siang hari dan nyamuk untuk datang ke tenda jemaah.
"Kurangnya fasilitas WC. Penggunaannya sangat padat karena di maktab ini yang menggunakan WC juga orang Afrika, India, dan lain-lain. Maktab pun tidak ada yang menjaga," katanya.
Sementara itu di Maktab 27 Kloter 18 Makassar Nomor 522, anggota jemaah dari Maluku, Marzuki, mendapati bahwa standar katering jauh lebih rendah dari tahun 2007. Tidak ada makanan tambahan, seperti beberapa tahun lalu ada mi instan yang tinggal diseduh dengan air dan langsung bisa dimakan.
"Buah-buahan, gula, dan teh saja habis di tengah jalan," kata Marzuki.
Di Maktab 27 Kloter 49 JKS Kabupaten Bogor, Ketua Tim Pengawas Haji DPR ini mendapati tenda yang sangat berdebu. Seharusnya, tenda disemprot terlebih dahulu.
"Di Arafah, jemaah yang mendapatkan tenda di ujung harus berhadapan dengan nyamuk yang ganas. Selain itu, pada manajemen antrean di Muzdalifah, (jemaah) dibangunkan pukul 12.00 berangkat pukul 03.00," katanya.
Menurut Marzuki, rumah di Biban dianggap ring 1. Jaraknya 3 kilometer dan tanpa angkutan. Selain itu, banyak tas dari anggota jemaah Bogor rusak karena mutu yang tidak bagus.
"Katering pun diambil alih daker (daerah kerja), tetapi pelayannya dari Myanmar, dan tidak punya etika," kata Marzuki.
Sementara itu, di Maktab 71 Surabaya terjadi diare. Lebih dari 100 anggota jemaah terkena diare. "Hal itu diindikasikan akibat makanan dan minuman serta sampah yang bertebaran karena tidak cepat dibersihkan oleh pihak maktab (muasasah).
"Hasil penelitian tim kesehatan menunjukkan, ternyata nasinya hangat, tetapi bau dan berlendir karena ternyata itu adalah nasi lama yang dimasak lagi," kata Marzuki. (Antara)
Full content generated by Get Full RSS.