Sabtu, 29 Januari 2011

Republika Online

Republika Online


12 Jiwa Melayang Akibat Kebaran di Kawasan Kumuh Manila

Posted: 30 Jan 2011 06:04 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID,MANILA--Dua belas orang tewas dalam kebakaran hebat yang menghanguskan sekitar 100 rumah di daerah permukiman miskin, Manila, kata pihak berwenang.

Para penyelidik mengatakan kebakaran di kota Navotas, bagian utara Manila terjadi Sabtu malam dan berlangsung sekitar lima jam, kata pejabat kesejahteraan sosial Pat Agcaoili kepada radio lokal.

Para penyelidik kebakaran mengatakan mereka belum menetapkan penyebab kebakaran itu.

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tabrakan KA di Jerman, 10 Tewas 20 Cedera

Posted: 30 Jan 2011 05:56 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN--Sebuah kereta barang dan kereta api penumpang bertabrakan satu sama lain pada Sabtu malam di Jerman timur, menyebabkan sedikitnya 10 orang tewas dan sekitar 20 lainnya cedera, kata polisi.

Kedua kereta bertubrukan kepala pada sekitar pukul 22:30 waktu setempat (2130 WIB) dekat kota Oschersleben di negara bagian Sachsen-Anhalt, Jerman timur.

Berita-berita televisi Jerman N-TV melaporkan bahwa para pekerja penyelamatan lebih dari 100 orang berkumpul di tempat kejadian dan korban luka telah dibawa ke rumah sakit. Seorang saksi mata mengatakan kepada media lokal, bahwa kecelakaan terjadi tidak jauh dari stasiun kereta api Hordorf, dimana salah satu dari dua kereta itu tergelincir dan berlari ke arah yang lain.

Beberapa puing kedua kereta itu dalam keadaan terbakar. Saking kuatnya tabrakan itu mendorong beberapa gerbong kereta api keluar dari jalurnya. Kereta api penumpang regional, yang dikenal sebagai HarzElbeExpress, sedang dalam perjalanan dari Magdeburg, ibu kota negara Halberstadt, dengan sekitar 40 penumpang, sedangkan satu kereta barang milik sebuah perusahaan swasta sedang memuat kalk, kata juru bicara polisi kepada Kantor berita Jerman DPA.

Seluruh rute di mana terjadi tabrakan diblokir dan bus telah mengangkuti penumpang yang terluka ke stasiun terdekat, menurut operator kereta penumpang Veolia Transportasi Group. Kereta HarzElbeExpress telah dioperasikan sejak Desember 2005. Penyebab tabrakan itu belum diketahui.

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Republika Online

Republika Online


12 Jiwa Melayang Akibat Kebaran di Kawasan Kumuh Manila

Posted: 30 Jan 2011 06:04 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID,MANILA--Dua belas orang tewas dalam kebakaran hebat yang menghanguskan sekitar 100 rumah di daerah permukiman miskin, Manila, kata pihak berwenang.

Para penyelidik mengatakan kebakaran di kota Navotas, bagian utara Manila terjadi Sabtu malam dan berlangsung sekitar lima jam, kata pejabat kesejahteraan sosial Pat Agcaoili kepada radio lokal.

Para penyelidik kebakaran mengatakan mereka belum menetapkan penyebab kebakaran itu.

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tabrakan KA di Jerman, 10 Tewas 20 Cedera

Posted: 30 Jan 2011 05:56 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN--Sebuah kereta barang dan kereta api penumpang bertabrakan satu sama lain pada Sabtu malam di Jerman timur, menyebabkan sedikitnya 10 orang tewas dan sekitar 20 lainnya cedera, kata polisi.

Kedua kereta bertubrukan kepala pada sekitar pukul 22:30 waktu setempat (2130 WIB) dekat kota Oschersleben di negara bagian Sachsen-Anhalt, Jerman timur.

Berita-berita televisi Jerman N-TV melaporkan bahwa para pekerja penyelamatan lebih dari 100 orang berkumpul di tempat kejadian dan korban luka telah dibawa ke rumah sakit. Seorang saksi mata mengatakan kepada media lokal, bahwa kecelakaan terjadi tidak jauh dari stasiun kereta api Hordorf, dimana salah satu dari dua kereta itu tergelincir dan berlari ke arah yang lain.

Beberapa puing kedua kereta itu dalam keadaan terbakar. Saking kuatnya tabrakan itu mendorong beberapa gerbong kereta api keluar dari jalurnya. Kereta api penumpang regional, yang dikenal sebagai HarzElbeExpress, sedang dalam perjalanan dari Magdeburg, ibu kota negara Halberstadt, dengan sekitar 40 penumpang, sedangkan satu kereta barang milik sebuah perusahaan swasta sedang memuat kalk, kata juru bicara polisi kepada Kantor berita Jerman DPA.

Seluruh rute di mana terjadi tabrakan diblokir dan bus telah mengangkuti penumpang yang terluka ke stasiun terdekat, menurut operator kereta penumpang Veolia Transportasi Group. Kereta HarzElbeExpress telah dioperasikan sejak Desember 2005. Penyebab tabrakan itu belum diketahui.

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Sindikasi news.okezone.com

Sindikasi news.okezone.com


JK: Kritik Boleh, Hancurkan KPK Jangan

Posted: 29 Jan 2011 10:09 PM PST

JAKARTA - Banyaknya para anggota partai politik yang ditahan KPK terkait kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, dinilai telah memanaskan DPR. KPK pun terancam mendapat serangan balik.

"Ya mengkritik, mengevaluasi KPK, betul. Silakan saja. Tidak berarti harus menghancurkan KPK kan. Mengkritik, evaluasi, itu tugas DPR dan KPK juga pasti bisa menjawabnya," ujar mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla saat ditemui di acara seminar Restorasi Nasional, Nasional Demokrat (Nasdem) di JCC, Jakarta Pusat, Minggu (30/1/2011).

Salah seorang pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi, dalam perbincangan dengan okezone kemarin mengatakan, penangkapan para tersangka cek pelawat ini membuat partai politik bereaksi. Terutama Partai Golkar dan PDIP yang nampak kebakaran jenggot.

Para politisi menilai, langkah KPK merupakan upaya pengalihan isu. Anggota Komisi III DPR RI Ahmad Yani mempertanyakan mengapa kasus ini menggulir saat adanya angket pajak. "Saya lihat KPK tebang pilih cukup kuat," ujarnya.

Hal yang tak lebih sama juga dinyatakan oleh  Ketua DPP PDIP Bidang Hukum dan HAM Trimedya Panjaitan saat dihubungi wartawan, Jumat 28 Januari lalu.

"Kasus ini sudah lama, tanggal 1 September 2010 sudah ditetapkan jadi tersangka, tetapi upaya penahanan hari ini. Kami khawatir ini pengalihan isu Gayus Tambunan, tetapi kita tetap menghormati proses hukum ini," ujarnya.(hri)

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

JK: Antasari Difitnah!

Posted: 29 Jan 2011 09:54 PM PST

JAKARTA - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) independen dalam melakukan tugasnya. Hal tersebut terbukti dari KPK yang tertimpa isu miring.
 
"Ketuanya dapat fitnah membunuh orang. Bibit dan Chandra difitnah. Berarti memang kerap menjadi independen. Tapi kalau kita sia-siakan, KPK yang sudah dibikin mendapat cobaannya," ucapnya saat menghadiri acara Seminar Restorasi Nasional, Nasional Demokrat di JCC, Jakarta Pusat, Minggu (30/1/2011).
 
Seperti diketahui bahwa mantan Ketua KPK Antasari Azhar divonis 18 tahun atas kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.
 
Dalam sidang Pengadilan Negeri di Jakarta Selatan, mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ini dinyatakan terbukti bersalah.
 
Terpidana kasus mafia pajak Gayus Halomoan P Tambunan sempat bernyanyi seusai pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Salah satu nyanyian Gayus yaitu mengatakan bahwa kasus yang membelit Gayus sengaja dialihkan ke mafia pajak untuk menutup skenario kasus Antasari Azhar, dimana Cirus Sinaga menjadi ketua tim Jaksa Penuntut Umum (JPU).
(lam)

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


Clubbing at Kemang

Posted: 30 Jan 2011 02:56 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Nanti malam (30/1), Venue (JL. Kemang Selatan no. 2) akan gelar acara clubbing bertema Fantasy Island pada pukul 22.00 WIB.

Berikut para pendukung acara nanti malam: .FDJ VITTA ( TRIPLE SIX ) .ICKY EMRAY ( 9SOUL ) .JERROY ( TRIPLE SIX ) .DUFF ( MALONCE ) .FDJ MEILIZZA ( UNCENSORED )

RSVP:

- Phone : 021-96496291 ( icky ) - YM : deejay_ickyemray@ymail.com - Twitter : http://twitter.com/djickyemray - 9SOUL PIN BB :: 24453C32 Happy clubbing, guys...! :)

************

"Punya acara clubbing, konser, atau pemutaran film? Silakan kirim email serta gambarnya ke : jakartatonite@kompas.com"

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Clubbing at Kemang

Posted: 29 Jan 2011 07:49 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Nanti malam (28/1) Barcode (Jalan Kemang Raya No.8 3rd Floor) akan gelar acara clubbing bertema In House We Trust pukul 22.00 WIB.

Berikut para pendukung acara yang akan tampil nanti malam:

RIRI MESTICA SPINACH (REDMA DJ OTY 2010) FADLIE REDMA Resident DJ OTY 2010) DOXX Barcode INFO & BOOKING:

Ayu 0857-16260335 Follow us : @Barcodejkt @ayuupuspita Have fun, clubbers...! :)

************

"Punya acara clubbing, konser, atau pemutaran film? Silakan kirim email serta gambarnya ke : jakartatonite@kompas.com"

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Setelah 30 Tahun, Mubarak Tunjuk Wapres

Posted: 30 Jan 2011 03:52 AM PST

Krisis Mesir

Setelah 30 Tahun, Mubarak Tunjuk Wapres

Editor: Heru Margianto

Minggu, 30 Januari 2011 | 11:52 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Presiden Mesir Hosni Mubarak, 82 tahun, menunjuk kepala intelijen Omar Suleiman sebagai wakil presiden, Sabtu (29/1/2011). Posisi wakil presiden adalah jabatan yang tidak pernah diisi selama 30 tahun kekuasaannya.

Banyak kalangan berpendapat, penunjukkan wapres mengindikasikan kemungkinan terjadinya suksesi kepemimpinan di Mesir. Langkah ini juga menepis perkiraan selama ini bahwa Mubarak akan menunjuk putranya menggantikan dirinya.

Mubarak mengisi posisi wakil presiden setelah unjuk rasa besar selama lima hari yang memporakporandakan Kairo dan menewaskan lebih dari 100 orang. Penunjukan orang nomor dua di Mesir juga menyiratkan bahwa Mubarak tidak akan mencalonkan diri dalam rencana pemilihan umum pada September mendatang. Sebelumnya, banyak pejabat mengatakan, Mubarak akan kembali maju mempertahankan kekuasaan.

Omar Suleiman, 74 tahun, telah lama mengambil peran dalam berbagai kebijakan kunci di Mesir. Televisi nasional menyiarkan Suleiman disumpah menjadi wapres Mesir. Kantor berita nasional Mesir memberi laporan singkat, "Menteri Omar Suleiman telah diambil sumpahnya pada malam ini sebagai wakil presiden untuk presiden republik ini."

Masih belum jelas apakah pengunjuk rasa akan menerima langkah Mubarak. "Ia juga sama dengan Mubarak, tidak ada perubahan," kata seorang pemrotes kepada Reuters di luar kantor Kementerian Dalam Negeri, tempat ribuan pengunjuk rasa berkumpul, beberapa saat setelah penunjukkan tersebut.

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Militer Tentukan Masa Depan Mesir

Posted: 30 Jan 2011 02:03 AM PST

Musthafa Abd Rahman

KOMPAS.com - Militer secara de facto kini mengontrol Mesir. Tank dan kendaraan lapis baja militer dalam jumlah besar bertengger di sekitar gedung-gedung strategis, seperti gedung televisi dan radio, Gedung Kementerian Luar Negeri, Museum Nasional, gedung parlemen, serta alun-alun Tahrir dan Ramses. Tank dan kendaraan lapis baja militer juga ditempatkan di tempat-tempat strategis di kota Alexandria dan Suez.

Kehadiran militer secara mencolok di jalan-jalan kota Kairo, Suez, dan Alexandria itu memenuhi permintaan Presiden Hosni Mubarak agar militer ikut turun tangan bekerja sama dengan aparat keamanan dalam menghadapi para pengunjuk rasa.

Peran militer itu semakin kuat setelah Presiden Mubarak mengumumkan jam malam dari pukul 18.00 hingga pukul 07.00 di seantero negeri Mesir. Helikopter militer terbang rendah di atas kota Kairo pada malam hari, mengontrol jalannya jam malam itu.

Sejak Revolusi 1952 yang mengubah dari sistem monarki ke sistem republik di Mesir, militer telah dua kali turun tangan mengembalikan keamanan dan sekaligus menyelamatkan rezim yang memerintah Mesir.

Dari dua kali itu, pertama, ketika meletus intifadah roti tahun 1977 pada era Presiden Anwar Sadat. Pemerintah saat itu menaikkan harga roti yang menjadi makanan pokok rakyat Mesir. Rakyat secara spontanitas menggelar unjuk rasa di seantero Mesir. Militer turun tangan mengembalikan keamanan dan pemerintah akhirnya menurunkan harga roti. Rakyat kembali tenang.

Kedua, ketika satuan keamanan antihuru-hara memberontak tahun 1986 pada era Presiden Hosni Mubarak. Saat itu Mubarak meminta militer turun tangan menghadapi satuan keamanan antihuru-hara itu.

Kini, Mubarak kembali meminta militer turun tangan menghadapi aksi unjuk rasa luas yang berkobar sejak Selasa (25/1/2011). Namun, kondisi Mesir saat ini berbeda jauh dibandingkan tahun 1977 dan 1986.

Saat ini, isu reformasi sosial, politik, dan ekonomi menjadi wacana kuat di dunia Arab, termasuk Mesir, khususnya pasca-berhasilnya "Revolusi Tunisia" yang menumbangkan rezim kuat Presiden Zein al-Abidine Ben Ali. Rakyat kini sudah tidak sabar lagi menunggu janji-janji surga pemerintah akan perbaikan kondisi politik dan ekonomi setelah menyadari dan mengetahui seorang pedagang asongan di Tunisia, Mohamed Bouazizi, mampu memicu revolusi yang "sukses" di negaranya.

Pakar politik dari kajian politik dan strategi Al Ahram, Amr Shubaki, mengatakan, faktor buruknya kondisi ekonomi dan hasil pemilu legislatif November di Mesir yang mengecewakan, dengan adanya manipulasi luar biasa, membantu meletusnya intifadah (letupan) rakyat di Mesir.

Itulah yang kini menggerakkan para pemuda Mesir tanpa dipandu seorang tokoh, atau kekuatan politik tertentu dengan segala latar belakang ideologinya, turun jalan meniru gaya perjuangan para pemuda Tunisia.

Mereka mengusung isu yang sama, yaitu kemiskinan, pengangguran, kehilangan harapan masa depan, ketertutupan politik, tiadanya kebebasan, dan manipulasi pemilu.

Kondisi buruk semacam itulah yang kini ditemui generasi baru di dunia Arab, termasuk Mesir. Maka, tidak heran bila mereka yang turun ke jalan adalah para pemuda berusia 17 tahunan hingga 30 tahun.

Di Mesir, para pemuda itu sejak lahir hingga remaja hanya mengenal Hosni Mubarak sebagai presiden. Korban terbesar akibat kondisi ekonomi dan politik yang buruk itu adalah para pemuda atau generasi muda yang tumbuh berkembang di era internet ini. Mereka menjadi putus asa dan kehilangan harapan masa depan.

Teknologi internet dengan sistem jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter, membuat para pemuda segera mengetahui dan menyadari kondisi sulit yang dialami.

Sekitar 40 persen dari 80 juta jiwa penduduk Mesir disinyalir hanya berpendapatan kurang dari 2 dollar AS per hari. Terinspirasi "Revolusi Tunisia", para pemuda Mesir kini tidak takut lagi terhadap sikap represif aparat keamanan yang biasa mereka temui sebelum ini.

Pada intifadah Selasa, dan kemudian berlanjut pada intifadah besar Jumat (28/1/2011), para pemuda Mesir berhasil memenangi pertarungan dengan aparat keamanan. Di beberapa tempat di kota Kairo, aparat keamanan terpaksa mundur menghadapi ratusan ribu pemuda. Bahkan, di kota Alexandria, polisi dan aparat keamanan lari tunggang langgang, gentar menghadapi massa yang berjumlah 500.000 orang yang sebagian besar para pemuda.

Para polisi dan aparat keamanan hanya termangu-mangu melihat kantor dan kendaraan polisi dibakar massa di beberapa tempat di kota Kairo, Alexandria, Suez, Tanta, Mansura, dan kota-kota lain di Mesir.

Para polisi dan aparat keamanan juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika massa membakar kantor partai berkuasa di Mesir, Partai Nasional Demokrasi (NDP), di kota Kairo dan kota-kota lain di Mesir. Bahkan, massa membakar pula toko-toko dan sebagian bank yang diketahui tokoh NDP memiliki saham terbesar.

Akhirnya terjadilah penjarahan di mana-mana. Di sini posisi Mubarak mulai terjepit. Tidak ada pilihan lain bagi Mubarak kecuali minta bantuan militer turun tangan. Mubarak juga membubarkan pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Ahmed Nadhes untuk menyelamatkan muka rezim di mata opini umum Mesir.

Namun, keterlibatan langsung militer mengembalikan keamanan dan ketertiban di seantero negeri Mesir kali ini menimbulkan spekulasi tentang masa depan rezim Mubarak.

Jika gerakan massa besar terus berlanjut di Mesir tanpa terkendali lagi, seperti yang terjadi di Tunisia, apakah sikap militer Mesir akan meniru militer Tunisia?

Ada tiga skenario yang bisa diambil militer Mesir. Pertama, militer mengambil alih kekuasaan langsung yang sekarang secara de facto sudah berada di tangan mereka.

Kedua, militer meminta Mubarak mundur untuk membuka jalan ke arah demokrasi di Mesir dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan transisi sipil, seperti yang terjadi di Tunisia saat ini.

Ketiga, militer mempertahankan rezim Mubarak dengan transaksi politik tertentu seperti Mubarak harus membuka keran demokrasi dan memenuhi tuntutan rakyat, seperti reformasi sosial dan ekonomi untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Mubarak juga diminta tidak mencalonkan lagi dalam pemilu presiden di Mesir pada September tahun ini. Mubarak juga diminta tidak mewariskan kekuasaan kepada putranya, Gamal Mubarak.

Kini di Mesir, segala sesuatu terpulang kepada sikap militer, persis seperti di Tunisia beberapa pekan lalu. Militer berhasil mengamankan tempat-tempat strategis di Mesir, tetapi sikap politik militer dari tiga pilihan tiga skenario tersebut akan pasti ditentukan sesuai dengan perkembangan di lapangan terkait dengan gerakan massa ke depan.

Revolusi Tunisia butuh waktu hampir satu bulan, dari 17 Desember hingga 14 Januari, untuk memaksa militer meminta Presiden Ben Ali mundur. Kini, berapa lama yang dibutuhkan gerakan massa di Mesir untuk membuat militer memaksa mengambil satu dari tiga pilihan itu?

Apa pun pilihan militer nanti, perubahan di Mesir sudah tidak bisa dihindari lagi. Semua pengamat yang memberi komentar di televisi Mesir sepakat, reformasi politik dan ekonomi harus segera dilakukan.

Bahkan, ada yang meminta digelar pemilu baru yang bebas dan transparan di Mesir. Masyarakat internasional pun, seperti Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, mengatakan, Mesir segera melakukan reformasi politik dan ekonomi. Itulah realita baru yang dihadapi rezim Mubarak saat ini.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Korban Tewas Aksi Protes di Mesir Lebih dari 100

Posted: 29 Jan 2011 08:48 PM PST

Kairo (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 102 orang  tewas - 33 di antaranya pada Sabtu - dalam lima hari kerusuhan anti-pemerintah di Mesir, kata sumber-sumber keamanan dan medis Minggu.

Lebih dari 10 dilaporkan tewas di sekitar kota Beni Sueif, 140 kilometer (85 mil) di selatan Kairo,  sehingga  korban tewas di sana mencapai 22 setelah para pemrotes berusaha membakar sebuah kantor polisi, kata para saksi mata.

Jumlah korban meninggal secara keseluruhan sebelumnya dikatakan 92 orang, sejak aksi protes itu meletus pada Selasa.

Tiga orang lainnya tewas hari Sabtu di Kairo, tiga di Rafah di perbatasan dengan Gaza, dan lima di Ismailia, di tepi barat Terusan Suez.

Pada Jumat, 62 orang tewas, termasuk 35 di Kairo, pada hari dengan jumlah kematian terbesar pada protes-protes yang menuntut perubahan rezim di dunia Arab yang paling padat penduduknya itu.

Tujuh orang tewas antara Selasa dan Rabu di Kairo dan di Suez, di tengah protes yang belum pernah terjadi sebelumnya, menuntut penyingkiran Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun. Beberapa ribu orang juga dilaporkan terluka pada pekan ini.
(H-AK/M016/A038)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Unjuk Rasa di Yaman Dukung Aksi Protes Mesir

Posted: 29 Jan 2011 08:45 PM PST

Moskow (ANTARA News) - Puluhan orang turun ke jalan-jalan di Yaman pada Sabtu untuk mendukung aksi protes rakyat Mesir terhadap Presiden Hosni Mubarak.

Para demonstran, termasuk para politisi oposisi dan wartawan, berpawai ke arah Kedutaan Besar Mesir di Sana`a, juga meneriakkan slogan-slogan terhadap Presiden Ali Abdullah Saleh dari Yaman, menurut laporan-laporan media.

CNN mengatakan sekitar 100 orang ikut ambil bagian dalam aksi demonstrasi ini.

Sekitar sepuluh demonstran terluka parah dalam bentrokan dengan polisi dan pendukung Saleh, kantor berita Xinhua, mengutip saksi.

Polisi anti huru-hara memblokir jalan menuju ke Kedutaan Besar Mesir sebelum demonstran tiba, surat kabar Yaman Post.

Protes massa, tantangan publik pertama besar-besaran untuk Saleh dalam pemerintahannya selama 32 tahun, pecah di Yaman pekan lalu, tampaknya terinspirasi oleh gelombang protes baru-baru ini di Tunisia.

Pada Kamis, puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di Sana`a menuntut Saleh untuk mundur.

Saleh mengumumkan Ahad lalu bahwa ia akan mengundurkan diri setelah masa jabatan kedua presiden berakhir pada 2013.

Di Mesir, sekitar 100 orang telah tewas dan puluhan luka-luka ketika polisi membubarkan protes anti-pemerintah di Kairo dan kota-kota lain.

Demonstrasi berlanjut untuk hari kelima pada Sabtu di negara Afrika Utara itu, dengan kerumunan puluhan ribu orang menuntut Presiden Hosni Mubarak mundur setelah tiga dekade berkuasa.
(H-AK/M016/A038)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Korban Heli Jatuh Dibolehkan Keluar Rumah Sakit

Posted: 29 Jan 2011 07:30 PM PST

Kendari (ANTARA News) - Kondisi korban helikopter naas yang menjalani perawatan intensif makin membaik sehingga dua orang dibolehkan meninggalkan rumah sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tenggara.

Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Fahrurozzi di Kendari, Minggu, mengatakan dua orang korban yang diizinkan dokter kembali ke rumah adalah pilot Gunawan (33) dan pegawai Dinas Perhubungan Kikin (34).

Sedangkan korban Lukman (36) yang sehari-hari bekerja sebagai manajer hotel Plaza Inn Kendari masih dalam pemulihan medis.

"Meskipun korban sudah keluar dari rumah sakit namun tetap dianjurkan oleh dokter untuk kontinyu memeriksakan diri sampai kondisi cedera pulih 100 persen," kata Fahrurozzi.

Penyelidikan jatuhnya heli jenis MDS 500 PK-IWS milik PT Intan Angkasa Air Service yang diterbangkan pilot Gunawan sedang dilakukan Komisi Nasional Keselamatan Penerbangan (KNKT).

Dugaan sementara bahwa helikopter yang ditumpangi tiga orang tersebut jatuh karena terbang rendah sehingga skip menyentuh air dan meledak, katanya.

Helikopter terbang dari bandara udara Haluoleo pada Kamis (27/1) sekitar pukul 08.00 dan dilaporkan jatuh dan meledak di Teluk Kendari pada pukul 08.15 Wita.

"Pengakuan pihak Dinas Perhubungan maupun staf PT Intan Angkasa bahwa helikopter terbang hanya untuk memanasi mesin," kata Fahrurossi.

Prosesi evakuasi helikopter yang patah terbagi dua dari lokasi jatuhnya sekitar 200 meter dari pantai berlangsung cepat karena warga antusias membantu.

Seorang nelayan, Azis (38) yang ikut mengevakuasi tiga orang korban heli jatuh mengatakan heli terbang rendah.

"Awalnya kami kaget karena terasa suara pesawat keras dan mendekat. Beberapa saat makin merendah dan jatuh ke laut dengan posisi kepala helikopter menungkik," kata saksi mata tersebut.
(ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

"Shelter" Kentingan Belum Dihuni

Posted: 29 Jan 2011 07:26 PM PST

Meski bangunan `shelter` sudah siap ditempati, namun hingga kini calon penghuninya belum bersedia menempati karena belum ada fasilitas pendukung terutama listrik

Berita Terkait

Video Terkait

Sleman (ANTARA News) - Sebanyak 26 unit "shelter" atau hunian sementara bagi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Dusun Kentingan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai sekarang belum ditempati karena belum ada fasilitas pendukungnya.

"Hunian sementara ini diperuntukkan bagi puluhan korban bencana Gunung Merapi asal Dusun Plumbon yang rumahnya hancur. Meski bangunan `shelter` sudah siap ditempati, namun hingga kini calon penghuninya belum bersedia menempati karena belum ada fasilitas pendukung terutama listrik," kata warga setempat Sumiyem, Minggu.

Kepala Desa Sindumartani Hartono mengatakan beberapa hari lalu pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan calon penghuni tentang hunian sementara itu.

"Mereka masih menunggu kelengkapan sarana dan prasarana, baik listrik yang kini masih dalam proses pengerjaan, maupun kelayakan lingkungan seperti sarana umum berupa drainase," katanya.

Menurut dia, sarana lain yang juga perlu segera diupayakan dibuat di antaranya saluran air.

"Perbedaan kemiringan tanah di area hunian sementara sangat tajam, sehingga pada musim hujan rawan terjadi banjir yang dikhawatirkan bisa menggenangi rumah mereka," katanya.

Ia mengatakan untuk sarana umum lain pihaknya berharap agar segera diupayakan, sehingga benar-benar siap dan layak untuk dihuni.

"Termasuk pengerasan jalan menuju lokasi yang masih kurang layak, dan perlu dilakukan penyelesaian akhir," katanya.

Hartono berharap dalam waktu dekat warga yang saat ini masih mengungsi segera dapat menempati hunian sementara.

"Warga calon penghuni jangan sampai mengeluarkan biaya besar untuk melengkapi berbagai fasilitas dengan cara swadaya," katanya.
(V001/M008/A038)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

The Malaysian Insider :: World

The Malaysian Insider :: World


Egypt descends, eyes on army

Posted: 29 Jan 2011 06:01 PM PST

Protestors rally against Egypt's President Hosni Mubarak outside the Federal Building in Westwood, California. - Reuters pic

CAIRO, Jan 30 — Looted stores, burnt out cars and the stench of blazing tyres filled the streets of Cairo early today as President Hosni Mubarak sought to bargain with angry crowds and security forces struggled to contain looters.

In five days of unprecedented protests that have rocked the Arab world, more than 100 people have been killed, investors and tourists have taken fright, Mubarak has offered a first glimpse of a plan to step down and 80 million long-suffering Egyptians are caught between hope for democratic reform and fear of chaos.

The United States and European powers were busy tearing up their Middle East policies, which have supported Mubarak at the head of the most populous Arab nation for 30 years, turning a blind eye to police brutality and corruption in return for a solid bulwark against first communism and now militant Islam.

Fellow autocrats across the region were looking nervously at their histories of eastern Europe, wondering whether the fall of Tunisia's veteran strongman two weeks ago had, like the fall of the Berlin Wall in 1989, set in train a domino effect.

As in Tunis, Egypt's exploding young population, most of then underemployed and frustrated by oppression at the hands of a corrupt and rapacious elite, were demanding a full clear-out of the old guard, not just a reshuffle of the governing class.

Yesterday, the 82-year-old Mubarak bowed to protesters and named a vice-president for the first time, a move seen as lining up Omar Suleiman, hitherto his chief of intelligence, as an eventual successor, at least for a transition. Many also saw it as ending his son Gamal's long-surmised ambitions to take over.

Fearful of a descent into anarchy, some Egyptians were reassured by signs Mubarak may be readying a handover of power within the military establishment that has run the biggest Arab state since British-backed King Farouk fled in 1952.

But those on the streets of Cairo, a teeming megalopolis of 15 million that is the biggest city in the Middle East, have scented weakness and remain impatient for Mubarak to go now.

Mohammed Essawy, a 26-year-old graduate student, said of the appointments: "This is not acceptable. Mubarak must step down. Public unrest will not stop until this is achieved."

Saad Mohammed, 45, a welder said: "We are not demanding a change of cabinet. We want them all to leave — Mubarak before anyone else."

While clearly anxious to avoid an anarchic collapse that might destabilise a region that is vital to world oil supplies, Mubarak's allies in Western governments appear to share a sense that what has happened so far does not go far enough.

In Washington, State Department spokesman P.J. Crowley said: "The Egyptian government can't reshuffle the deck and then stand pat."

In Europe, the German, French and British leaders issued a joint statement thanking Mubarak for his contribution to stability in the Middle East — Egypt led the way in agreeing to a peace with Israel — but demanding that he now start the move to free elections, a move that would certainly end his power.

Police shot dead 17 people in Bani Suef, south of Cairo, as street battles intensified in some towns, even as police seemed to leave much of Cairo to the army, an institution generally respected by Egyptians and less associated with oppression.

Demonstrators and soldiers chatted amicably in the capital, but after dark, while some pursued their political goals by defying a curfew, others roamed for booty.

In a country were many struggle to get enough to eat, those privileged to live in areas with shopping malls and fashion stores formed vigilante patrols to protect their property.

Egypt's street protesters pushed President Hosni Mubarak into naming a deputy who might in time succeed him, but thousands went on defying a curfew and urging the army to join them in forcing Mubarak from power immediately.

Police shot dead 17 people at Beni Suef, south of Cairo, as pressure mounted on Mubarak from allies in Washington and Europe to restrain his police and speed a democratic transition that would end his 30 years of one-man rule. 

Thousands marched in Cairo by day, unmolested by troops who manned tanks on the streets. After dark, police there opened fire in at least one incident, looters roamed for booty, and the national tax office was set ablaze. Recalling eastern Europe in 1989, one analyst called it "the Arab world's Berlin moment".

In naming intelligence chief Omar Suleiman vice-president, many saw Mubarak edging toward an eventual, army-approved handover of power. The 82-year-old former general has long kept his 80 million people guessing over succession plans that had, until this week, seemed to focus on grooming his son Gamal, 47.

Gamal's hopes now seem remote. The promotion of Suleiman, 74, a key player in ties with the United States and Israel, and the appointment of another military man, Ahmed Shafiq, as prime minister pleased some Egyptians worried about looming chaos.

According to various estimates about 100 people have been killed during the week, in the capital and other cities. Medical sources say at least 1,030 people were hurt in Cairo. Among the dead were three policemen killed in the capital.

US President Barack Obama met Vice President Joe Biden and national security adviser Tom Donilon to discuss unrest in the Arab power that is a linchpin of U.S. Middle East strategy.

State Department spokesman P.J. Crowley said the Egyptian government "can't reshuffle the deck and then stand pat".

"He is just like Mubarak, there is no change," one protester said of Suleiman outside the Interior Ministry, where thousands were protesting. The last vice-president was Mubarak himself, before he succeeded the assassinated Anwar Sadat in 1981.

Later, police opened fire on a crowd hundreds strong at the ministry. A Reuters reporter saw one protester fall wounded.

 "This is the Arab world's Berlin moment," said Fawaz Gerges of the London School of Economics. "The authoritarian wall has fallen, and that's regardless of whether Mubarak survives.

"The barrier of fear has been removed. It is really the beginning of the end of the status quo in the region."

The prospect of even greater upheaval across the Middle East — regardless of whether it is the crowd or their rulers who get the upper hand — is prompting some investors to see risks for oil supplies that could in turn hamper global economic growth.

More immediately, Egypt's vital tourist industry is taking a knock. In prosperous parts of Cairo, vigilantes guarded homes, shops and hotels from looters. Thieves at the Egyptian Museum damaged two mummies from the time of the pharaohs.

Of Suleiman's appointment, analyst Gamal Abdel Gawad Soltan said: "This is the beginning of a process of power transfer."

At the Center for Strategic and International Studies, Jon Alterman said: "I can't see how this is not the beginning of the end of Mubarak's presidency. It seems that his task now is to try and manage the transition past his leadership. I have a hard time believing that he will be the president in a year."

Many saw Mubarak's concessions as echoes of those made two weeks ago by Tunisia's Zine al-Abidine Ben Ali. Just a day later, Ben Ali had fled his country, deserted by an army which preferred to back less hated figures in his government.

Tunisians' Internet-fed uprising over economic hardship and political oppression has inspired growing masses of unemployed youth across the Arab world, leaving autocratic leaders worried.

With the French and British leaders, German Chancellor Angela Merkel said: "We call on President Mubarak to renounce any violence again unarmed civilians." The European trio also called for "free and fair elections" — something that few doubt would end the grip of the establishment build up around Mubarak.

Like other Arab leaders, the president portrays himself as a bulwark against the West's Islamist enemies. But Egypt's banned opposition movement the Muslim Brotherhood has been only one element in the week's events. It lays claim to moderation.

"A new era of freedom and democracy is dawning in the Middle East," Kamel El-Helbawy, a cleric from the Brotherhood said from exile in London. "Islamists would not be able to rule Egypt alone. We should and would cooperate."

A Brotherhood lawyer in Egypt told Reuters that Mubarak's hesitation to meet protesters' demands had increased appetite for change. Abdel-Moneim Abdel-Maksoud said Mubarak should step down — but that an interim government was needed to preserve order for some months until free elections.

On the Corniche promenade alongside the River Nile in Cairo, people stayed out after the curfew deadline, standing by tanks and chatting with soldiers who took no action to disperse them.

At one point, dozens of people approached a military cordon carrying a sign reading "Army and People Together". Soldiers pulled back and let the group through: "There is a curfew," one lieutenant said. "But the army isn't going to shoot anyone."

While the police are generally feared as an instrument of repression, the army is seen as a national institution. 

Rosemary Hollis, at London's City University, said the army had to decide whether it stood with Mubarak or the people: "It's one of those moments where as with the fall of communism in Eastern Europe they can come down to individual lieutenants and soldiers to decide whether they fire on the crowd or not."

In Alexandria, police used teargas and live ammunition against demonstrators earlier on Saturday. Protests continued in the port city after curfew, witnesses said.

So far, the protest movement seems to have no clear leader or organisation. Prominent activist Mohamed ElBaradei, a Nobel Peace Laureate for his work with the U.N. nuclear agency, returned to Egypt from Europe to join the protests. But many Egyptians feel he has not spent enough time in the country.

"Hosni Mubarak has not heard the people," ElBaradei told Al Jazeera, renewing his call for the president to step down.

Banks will be shut today as "a precaution", Central Bank Governor Hisham Ramez told Reuters. The stock market, whose benchmark index tumbled 16 per cent in two days, will also be closed today. The Egyptian pound fell to six-year lows. — Reuters

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Obama keeps pressure on Mubarak as US protests grow

Posted: 29 Jan 2011 04:09 PM PST

Demonstrators shout slogans during a protest outside the White House in Washington. - Foto Reuters pic

WASHINGTON, Jan 30 — The United States told Egyptian President Hosni Mubarak today it was not enough simply to "reshuffle the deck" with a shake-up of his government and pressed him to make good on his promise of genuine reform.

As angry protesters defied a curfew in Egyptian cities, President Barack Obama and his administration kept up pressure for Mubarak to heed their calls for democratic change and take seriously a US threat to review massive aid to Cairo.

Obama is performing a delicate balancing act, trying to avoid abandoning Mubarak — an important U.S. strategic ally of 30 years — while supporting protesters who seek broader political rights and demand his ouster. But Washington has limited options to influence the situation.

"The Egyptian government can't reshuffle the deck and then stand pat," State Department spokesman P.J. Crowley said in a message on Twitter.com after Mubarak fired his government but made clear he had no intention of stepping down.

"President Mubarak's words pledging reform must be followed by action," he said, echoing Obama's appeal on Friday for Mubarak to embrace a new political dynamic.

Crowley's comments, part of an increasingly assertive US stance, came just before Mubarak picked intelligence chief and confidant Omar Suleiman as vice president. It is a post Mubarak had never filled in three decades of rule, and many interpreted the move as edging toward an eventual handover of power.

There was no immediate US reaction to the appointment of Suleiman, who has played a prominent role in Egypt's relations with the United States and its ally Israel.

Obama huddled yesterday for an hour with his national security team on the crisis in Egypt, a linchpin of US Middle East strategy. Afterward, the White House said its focus remained on "calling for restraint, supporting universal rights and supporting concrete steps that advance political reform."

The US administration was caught off guard by the political upheaval that has rocked the Middle East in recent days, from Egypt to Tunisia to Lebanon to Yemen.

As US officials weighed the latest developments in Egypt, protests emerged in Chicago, Houston, Los Angeles, New York and Washington, where about 150 people marched from the Egyptian Embassy to the White House and stood outside the gates chanting, "Hey Obama, don't you know, Hosni Mubarak has to go."

A top Republican called for Mubarak to hold elections.

"Mr. Mubarak should listen to the demands of the Egyptian people for freedom and immediately schedule legitimate, democratic, internationally recognized elections," said Ileana Ros-Lehtinen, head of the House of Representatives Foreign Affairs Committee.

"The people of Egypt no longer accept the status quo. They are looking to their government for a meaningful process to foster real reform," Crowley said as unrest in Egypt's cities continued for a fifth day despite Mubarak having ordered the army to the streets. At least 74 people have been killed.

Obama spoke to Mubarak on Friday and urged sweeping reforms, while the White House made clear that US$1.5 billion (RM5.1 billion) in annual aid to Egypt, most of it military, is at stake.

Obama said he pushed Mubarak to fulfill his pledges of greater democracy and economic freedom shortly after the Egyptian president gave a televised speech in which he dismissed his Cabinet in response to the protests.

Egypt's crisis poses a dilemma for the United States. Mubarak, 82, has been a close partner of Washington for decades and has cited the danger of Islamic militancy in part as justification for his long autocratic rule.

Egypt plays an important role in Middle East peacemaking — it was the first of only two Arab states to have signed a peace treaty with Israel — and is also seen by Washington as a crucial counterweight to Iran's regional clout. But human rights groups have accused successive US administrations of being too tolerant of Egyptian rights abuses.

From the US perspective, the worst-case scenario in Egypt's crisis would be the rise of an Islamist government potentially aligned with Iran. But so far there has been no sign of Muslim fundamentalism driving the protest movement.

In New York, nearly 1,500 people rallied outside the United Nations headquarters, chanting "People want regime change."

Several hundred protesters gathered outside the Egyptian consulate in Chicago carrying signs, singing the Egyptian anthem and chanting slogans such as "Brick by brick, wall by wall, we will see Mubarak fall." — Reuters

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Utusan Online - Luar Negara

Utusan Online - Luar Negara


Hosni Mubarak enggan undur

Posted:

Hosni Mubarak enggan undur

Hosni Mubarak enggan undur


Penunjuk perasaan antikerajaan yang mendesak Presiden Hosni Mubarak meletak jawatan bertempur dengan polis rusuhan di Kaherah, Mesir, kelmarin. - Reuters/Agensi


KAHERAH 29 Jan. - Beribu-ribu penunjuk perasaan antikerajaan kembali membanjiri jalan-jalan di tengah ibu negara Mesir ini hari ini, melaungkan slogan mengutuk Presiden Hosni Mubarak dan menyerang polis, hanya beberapa jam selepas beliau memecat Kabinet dan menjanjikan pembaharuan tetapi enggan meletakkan jawatan.

Tindakan penunjuk perasaan memenuhi Dataran Tahrir, tengah Kaherah dan bertempur dengan polis buat hari kelima berturut-turut menunjukkan ucapan Mubarak di televisyen sejurus selepas tengah malam tadi gagal meredakan kemarahan rakyat yang sudah bosan dengan pemerintahan autokratik beliau serta kemiskinan, pengangguran dan rasuah di negara ini.

Mubarak, 82, tampil di kaca televisyen selepas beliau mengerahkan askar dan kereta kebal ke ibu negara ini dan beberapa bandar lain dalam usaha untuk membendung ledakan protes jalanan menentang pemerintahannya selama 30 tahun.

Beberapa kereta kebal ditempatkan di Dataran Tahrir tetapi askar tidak campur tangan dalam protes di situ hari ini.

Penunjuk perasaan membaling batu ke arah polis yang cuba masuk ke dataran itu dan mereka membalas dengan tembakan gas pemedih mata dan peluru getah.

"Apa yang kami mahu ialah Mubarak dan bukan sahaja kerajaannya meletakkan jawatan," kata seorang penunjuk perasaan, Mohammed Mahmoud.

Sumber perubatan dan keselamatan berkata, 35 orang terbunuh sejak protes meletus pada Selasa lalu, termasuk 10 anggota polis, manakala 1,500 penduduk awam dan 1,000 anggota polis cedera.

Beberapa bahagian Kaherah kelihatan seperti zon perang, dengan sampah sarap bertaburan di jalan raya dan asap serta bau gas pemedih mata memenuhi udara.

Mubarak menyeru dialog di peringkat kebangsaan dilancarkan bagi mencegah kekacauan berterusan selepas penunjuk perasaan semalam membakar ibu pejabat parti politik beliau di tebing Sungai Nil serta banyak bangunan lain.

"Bukan dengan membakar dan menyerang harta milik persendirian dan awam kita mencapai aspirasi Mesir dan anak watannya, tetapi aspirasi itu akan dicapai menerusi dialog, kesedaran dan usaha," kata Mubarak dalam ucapan di televisyen, penampilan pertama beliau di mata umum sejak protes bermula pada Selasa lalu.

Kekacauan yang belum pernah berlaku sebelum ini mencetuskan gelombang kejutan di seluruh Asia Barat, di mana pemimpin autokratik lain mungkin dicabar dan turut menyebabkan kejatuhan pasaran kewangan global semalam. - Reuters/Agensi

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Lagi pegawai cukai Indonesia ditahan

Posted:

Lagi pegawai cukai Indonesia ditahan

Lagi pegawai cukai Indonesia ditahan


Pegawai cukai Indonesia, Gayus Tambunan diiringi polis di sebuah mahkamah di Jakarta, Rabu lalu. - AFP


JAKARTA 29 Jan. - Polis Indonesia semalam menangkap bekas pegawai atasan kepada pesalah rasuah Gayus Tambunan, Bambang Heru Ismiarso atas tuduhan rasuah.

Bambang diletakkan dalam tahanan polis untuk disoal siasat dengan lebih lanjut, kata seorang pegawai polis, Boy.

"Penyiasat akhirnya memutuskan untuk menangkapnya selepas soal siasat selama kira-kira lapan jam berhubung peranannya dalam kes penipuan cukai melibatkan syarikat PT Surya Alam Tunggal," kata Boy menurut laporan tempointeraktif.com malam tadi.

Katanya, Ismiarso dipecat pada tahun lepas daripada jawatannya sebagai pengarah unit bantahan cukai di pejabat Ketua Pengarah Percukaian.

Nama Ismiarso telah berkali-kali disebut oleh Gayus Tambunan semasa perbicaraan sebagai orang yang patut dipertanggungjawabkan kerana skim penipuan yang menyebabkan kerajaan kerugian 570 juta rupiah (RM196,137).

Sehingga kini, seramai empat bekas pegawai cukai telah dihadapkan ke mahkamah.

Selain Gayus yang dikenakan hukuman penjara tujuh tahun dan denda 300 juta rupiah (RM103,230) oleh Mahkamah Daerah Jakarta Selatan baru-baru ini, tiga lagi ialah Humala Setia Leonardo Napitulu, Maruli Pandapotan Manurung dan Johny Marihot. - Agensi

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Pamer Bokong, Seorang Perempuan Ditahan Polisi

Posted: 28 Jan 2011 06:02 PM PST

TENNESSEE - Seorang perempuan di Amerika Serikat (AS), ditangkap oleh pihak kepolisian karena memamerkan bokongnya  kearah anggota polisi. Ulah ini dilakukannya setelah ia melihat polisi menangkap adiknya yang melanggar lalu lintas.


Rita Zambrano, melihat adiknya ditangkap oleh polisi saat bermasalah dengan pelanggaran lalu lintas. Tiba-tiba saja perempuan berusia 45 tahun itu mengangkat roknya dan memamerkannya kepada polisi dengan maksud mengejek.


Polisi pun akhirnya menangkapnya atas tuduhan melakukan tindakan tidak senonoh. Ironisnya, disaat dirinya mendekam di penjara, adik Zambrano justru dibebaskan lewat jaminan.


Petugas polisi menceritakan kegilaan yang dilakukan Zambrano terjadi saat adiknya ditangkap diluar apartemen milikanya. Gulley pun menangkap adiknya perempuan itu saat melakukan pelanggaran lalu lintas yang dianggap berat. 


"Dia berdiri di pintu apartemennya dan memamerkan bokongnya kepada kami," unkap opsir Gulley seperti dikutip Orange, Sabtu (29/1/2011).

(faj)
Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Eks DPR Sudah Mimpi Indah di Tahanan

Posted: 29 Jan 2011 05:48 PM PST

Kasus Cek Perjalanan

Eks DPR Sudah Mimpi Indah di Tahanan

Editor: Aloysius Gonsaga Angi Ebo

Minggu, 30 Januari 2011 | 01:48 WIB

Laporan wartawan Tribunnews.com, Vanroy Pakpahan

JAKARTA, KOMPAS.com — Mathias Formes dan rekan-rekan sekoleganya dari PDI Perjuangan yang turut menjadi tersangka dalam kasus dugaan suap pemenangan Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI), dan ditahan di Rutan Cipinang, rupanya sempat mengeluhkan kondisi "rumah" baru mereka. Pasalnya, kondisi Rutan tersebut jauh lebih buruk dari rumah asli yang biasa mereka tempati sehari-hari.

"Tapi karena semalam mereka sudah tidur nyenyak mimpi indah, mereka sudah biasa sekarang," ujar kuasa hukum Mathias Formes, Petrus Selestinus, seusai menjenguk di Rutan Cipinang, Jakarta, Sabtu (29/1/2011).

Petrus adalah penasihat hukum tujuh tersangka kasus dugaan suap pemenangan Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI). Para kliennya di antaranya Engelina Pattiasina, Matheos Formes, Soetanto Pranoto, M Iqbal, Poltak Sitorus, dan Ni Luh Mariani.

Menurut Petrus, saat ditemuinya, klien-kliennya itu dalam kondisi sehat dan bugar. Di antara mereka ada yang meringkuk di satu sel yang sama, yaitu sel lantai 2 kamar nomor 12. Mereka adalah Soetanto Pranoto dan Poltak Sitorus.

Petrus mengatakan, klien-kliennya itu relatif sudah mulai dapat menerima kenyataan bahwa mereka kini harus menetap di "rumah" barunya itu. Mereka sudah mulai bisa beradaptasi dan menikmati lingkungan di sekitar rumah. Di antara mereka pun menghabiskan hari pertama dengan kesibukan masing-masing.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Ada Kejanggalan dalam Kasus Suap DGS-BI

Posted: 29 Jan 2011 12:53 PM PST

Ada Kejanggalan dalam Kasus Suap DGS-BI

Penulis: Maria Natalia | Editor: Asep Candra

Sabtu, 29 Januari 2011 | 20:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi III Fraksi PPP, Ahmad Yani, menilai ada kejanggalan dalam penyelesaian kasus dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom.

Menurut Ahmad, sesuai prosedur, seharusnya penyelidikan mulai dengan penyuap, penerima suap, dan motif suap. Tetapi, yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) justru sebaliknya. KPK hanya mengusut penerima suap, sedangkan penyuapnya belum ditelusuri. Bahkan penahanan terhadap tersangka pun terkesan tiba-tiba karena kasus ini baru diusut lagi. Padahal, sebelumnya sudah ada yang disidangkan.

"Saya melihat ada kejanggalan, dalam terminologi harusnya kan ada penyuap, penerima suap, dan motif suapnya. Yang lain sudah diusut bahkan ada yang sudah disidang, tapi kenapa teman-teman yang ini baru sekarang? Ada tebang pilih juga dalam kasus ini," ujar Ahmad Yani saat jumpa pers di Rutan Salemba, Sabtu
(29/01/2011).

Menurut Ahmad, penyelidikan dan penahanan para tersangka ini bersamaan dengan berjalannya hak angket pajak di DPR dan pengusutan kasus Century. Ia juga mempertanyakan keputusan KPK untuk penyelidikan tersebut.

"Ini kan pas sekali saat DPR sedang mengajukan hak angket pajak dan pengusutan kasus Century. Apalagi pas juga setelah empat hari deponeering dua pimpinan KPK Bibit-Chandra. Kenapa? Deponeering memang ditolak oleh sejumlah anggota DPR, ada apa sebenarnya kan," ujar Ahmad.

Ahmad menambahkan, ia punya cukup bukti yang nantinya akan dibuka saat rapat kerja Komisi III DPR RI dengan KPK. "Saya punya bukti yang cukup kuat untuk membuka kasus-kasus ini. Saya akan buka semua hari Senin (31/1/2011). Apalagi PPP tidak pernah memilih Miranda Goeltom. Jadi kenapa anggota fraksi PPP dikenakan kasus ini?" kata Ahmad.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.