Sebuah pesawat tempur Super Hornet F/A-18F ditugaskan di Skuadron Tempur (VFA) 211 bersiap meluncur menggunakan pelontar tiga saat pergantian operasi terbang di atas kapal induk USS Enterprise di perairan Laut Merah pada gambar milik AL AS, Senin (7/3). (FOTO ANTARA/REUTERS/US Navy/Mass Communication Specialist Seaman Jared M. King/Handout)
Berita Terkait
Rio de Jeneiro (ANTARA News) - Menteri Pertahanan AS Leon Panetta menggunakan perjalanannya ke Brazil untuk menghapus keraguan soal janji Washington mengenai transfer teknologi jika Brasilia membeli jet tempur Boeing F/A-18 Super Hornet.
Panetta, yang mengakhiri kunjungan dua hari Kamis, berupaya meredakan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dapat menggunakan transfer teknologi -- faktor kunci dalam pilihan yang akan segera diumumkan Brazil tentang jet mana yang akan dibeli -- sebagai alat politis, lapor AFP.
F/A-18 bersaing dengan jet tempur Rafale produksi Prancis dan Gripen buatan pabrik Saab Swedia memperebutkan kontrak 36 jet tempur generasi mendatang senilai antara 4-7 miliar dolar.
Brazil, kekuatan dominan Amerika Latin dan ekonomi terbesar keenam dunia, kini menekankan pada transfer teknologi dalam semua perjanjian pertahanannya.
Panetta Rabu menawari Brazil "sharing teknologi canggih yang belum pernah ada sebelumnya yang disediakan hanya untuk sekutu dan mitra terdekat kami."
"Kami sepenuhnya memahami bahwa Brazil tidak memandang hanya sebagai pembeli pesawat jet tempur, namun lebih sebagai mitra penuh dalam pengembangan teknologi penerbangan mutakhir," katanya dalam pidato di sebuah akademi militer.
"Dengan Super Hornet tersebut, industri pertahanan dan penerbangan Brazil akan mampu mentransformasi kemitraan mereka dengan perusahaan-perusahaan AS, dan mereka akan memiliki kesempatan terbaik untuk berkoneksi ke pasar di seluruh dunia," tambahnya.
Namun para pejabat Brazil waspada terhadap kemungkinan penggunaan larangan teknologi Washington.
Pada 2006, Amerika Serikat memblokir penjualan 24 pesawat serang ringan Super Tucano yang dibuat oleh perusahaan penerbangan top Brazil Embraer kepada Venezuela karena mengandung komponen buatan AS.
Super Tucano adalah pesawat turboprop yang digunakan dalam kontra pemberontakan, dukungan udara dari dekat, misi pengintaian dan pelatihan pilot.
Dalam konferensi pers bersama dengan Panetta di Brasilia Selasa, Menteri Pertahanan Brazil Celso Amorim menjelaskan pemerintahnya menginginkan jet tempur yang akan dibelinya supaya diproduksi secara lokal.
Brazil ingin sekali mengembangkan industri pertahanannya sendiri dan ingin merangkai pesawat dengan teknologi asing untuk ekspor, sebuah rencana yang Panetta nampak ingin dukung dengan syarat, mengingat bahwa pendirian semacam itu merupakan sebuah pencapaian pergeseran kebijakan.
"Ada masa ketika Amerika Serikat mencegah pengembangan kemampuan militer di negara-negara di Amerika Latin dan Tengah," kata menteri pertahanan AS itu Rabu.
"Sekarang ini, kami rasa pengembangan kemampuan seperti itu penting jika kita dapat menggunakan kemampuan semacam itu untuk mengembangkan semacam kemitraan inovatif yang saya ceritakan, guna memajukan keamanan di kawasan ini," tambahnya.
Panetta menunjukkan bahwa Washington kini jarang menolak lisensi ekspor teknologi Brazil dan pada kenyataannya telah memberikan 4.000 lisensi dalam dua tahun belakangan.
Para pejabat AS mengatakan pesanan teknologinya di Brazil melonjak 139 persen sejak 2007.
Suatu hal yang menjengkelkan Brazil, namun, adalah pembatalan kontrak 380 juta dolar dengan Embraer bagi pembelian 20 pesawat AT-29 Super Tucano untuk angkatan darat Afghanistan.
Embraer dan mitra AS-nya Sierra Nevada diberi kontrak pada Desember namun Angkatan Udara AS membatalkan kesepakatan pada Februari setelah tentangan legal dari rival Hawker Beechcraft Corp.
Pentagon sudah meminta putaran penawaran baru untuk kontrak tersebut, namun dalam kasus manapun peralatan tersebut tidak dapat dikirimkan sebelum 2014.
Pada Rabu, Panetta juga memuji kebangkitan Brazil di pentas global.
"Ini adalah hubungan antara dua kekuatan global, dan kami menyambut kekuatan Brazil yang berkembang. Kami mendukung Brazil sebagai pemimpin global dan mengupayakan kerja sama pertahanan lebih erat," katanya.
"Kami tidak akan sepakat dalam setiap masalah -- tidak ada dua negara, bahkan juga tidak sekutu terdekat, pernah demikian. Namun saya yakin bahwa kepentingan bersama kita begitu besar, dan kemungkinan-kemungkinan yang datang dari kerja sama kita begitu nyata, sehingga kita harus menangkap kesempatan ini untuk membangun kemitraan pertahanan yang lebih kuat," katanya.
Menteri pertahanan AS memulai kunjungan pertamanya ke Amerika Latin di Kolombia Senin dan dia juga mengunjungi Chile setelah meninggalkan Brazil. (K004)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2012
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com