ANTARA - Berita Terkini |
Tim Seven Summits dihadapkan pada jalur es rusak Posted: 26 Apr 2012 07:43 PM PDT Jakarta (ANTARA News) - Tim Selatan Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia (Seven Summits) Wanadri yang melakukan pendakian ke Puncak Everest (8.848 mdpl) dihadapkan pada jalur es yang rusak sehingga dianggap berbahaya untuk dilalui. Pendakian melalui jalur Nepal yang dilakukan oleh Ardeshir Yaftebbi dan Fadjri Al Luthfi serta didukung oleh sherpa (pemandu) saat ini sudah berada di Everest Base Camp yang berada di ketinggian kurang lebih 5.300 mdpl. Berdasarkan laporan dari Ardeshir Yaftebbi, Jumat, tim akan kembali melakukan aklimatisasi lagi ke Camp 1 Pumori di ketinggian 5.900 mdpl. Hal ini dilakukan untuk mengupayakan agar tim bisa bergerak cepat saat melewati ice fall. "Kondisi Khumbu Ice Fall tahun ini lebih berbahaya. Jalur rusak setiap hari, sampai Ice Fall Doctor (Sherpa spesialis ice fall) yang sudah berpengalaman selama 25 tahun bingung mau berbuat apa." kata Ardeshir dalam surat elektroniknya. Menurut dia, dengan kondisi yang ada saat ini pihaknya berusaha realistis yang salah satunya dengan terus melakukan proses aklimatisasi. Setelah itu akan melakukan program selanjutnya yang telah dijadwalkan. Setelah aklimatisasi di Camp 1, tim selatan selanjutnya akan melakukan aklimatisasi di Camp III yang kemungkinan akan dilakukan Minggu (29/4). Hanya saja, penetapan waktu masih bersifat tentatif dan berpeluang berubah. "Kondisi tim sehat. Untuk cuaca cerah dengan suhu berkisar 5-10 derajat celcius," kata pimpinan pendakian Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri itu. Sebelum melakukan aklimatisasi ke Camp I Pumori di ketinggian 5.900 mdpl beristirahat di Everest Base Camp. Hanya saja, tim sengaja turun ke Gorak Shep untuk mengirim berita dan data yang harus dilaporkan. Sesuai dengan tahapan dan jadwal yang ada, para pendaki ini akan melakukan pendakian ke puncak tertinggi dunia itu antara 16-20 Mei mendatang. Rentan waktu itu dinilai tepat sesuai dengan musim pendakian. Jika semua pendaki ini sukses mencapai puncak tertinggi di dunia ini dan mampu menancapkan Bendera Merah Putih maka layak disebut "Seven Summiters". Sebutan ini merupakan idaman bagi seorang pendaki gunung diseluruh dunia. Sebelumnya pendaki dari Wanadri ini telah mendaki enam puncak tertinggi dienam benua yaitu Puncak Ndugu-Ndugu atau Cartenz Pyramid di Papua, Puncak Kilimanjaro di Tanzania, Puncak Elbruz di Rusia. Selanjutnya melakukan pendakian Puncak Aconcagua di Argentina hanya saja satu pendaki yaitu Gina Afriani gagal sampai puncak. Setelah itu dilanjutkan ke Puncak Denali/Mc Kinley di Alaska dan Puncak Vinson Massif di Antartika. Editor: Desy Saputra COPYRIGHT © 2012 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
Malaysia bantah tiga TKI jadi korban perdagangan organ Posted: 26 Apr 2012 07:42 PM PDT Berita Terkait Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Hishammuddin Tun Hussein mengatakan, kecurigaan tersebut sama sekali tidak benar dan hanya akan merusak citra Malaysia di mata dunia. "Saya membantah perkara ini dan berharap semua pihak sabar menunggu laporan dari pihak terkait yang melakukan penyelidikan karena ini menyangkut citra negara," katanya seperti yang dikutip dari harian Utusan Malaysia, Jumat. Ia mengatakan, satu delegasi dari Indonesia telah datang ke Malaysia untuk membicarakan masalah tersebut dengan Ketua Polisi Negara, Tan Sri Ismail Omar. "Tidak ada apa pun yang hendak saya tutupi, ini bukan cara saya dan Malaysia. Jadi apa yang penting ialah kita tunggu laporan siap sepenuhnya," katanya. Sementara itu dalam surat elektroniknya, Direktur Pengamanan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Brigjen Pol Bambang Purwanto menyebutkan tiga TKI itu ditembak oleh lima polisi Malaysia. Lima polisi Malaysia itu memberondongkan peluru ke arah TKI Herman (34) dan Abdul Kadir (25), asal Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, NTB, serta Mad Noor (28) asal Dusun Gubuk Timur, Desa Pengadangan. Sebelumnya, mantan Duta Besar RI untuk Malaysia, Da'i Bachtiar mengatakan kasus ini harus terus dikembangkan termasuk melaksanakan otopsi ulang. Otopsi ulang dapat membuktikan banyak peluru yang ada di tubuh korban serta mengetahui apakah ada organ tubuh yang hilang. "Kita akan menemukan berapa peluru yang masuk ke tubuh korban. Kalau ternyata banyak peluru yang bersarang ditubuh korban tentulah itu sangat berlebihan," katanya. Editor: Heppy COPYRIGHT © 2012 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Berita Terkini To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan