REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL - Kebanyakan wanita menyukai kejutan. Tapi, hal itu tak berlaku untuk Caitlin Wallace. Wanita 26 tahun ini selalu pingsan jika mendengar atau melihat sesuatu yant mengejutkan. Ia bahkan bisa seketika 'ambruk' saat mendengar dering telepon.
Caitlin Wallace menderita cataplexy. Penyakit ini membuatnya kehilangan kontrol semua otot terutama di bagian lutut, ketika mendengar hal-hal mengejutkan. Ia bisa saja pingsan hingga 20 kali sehari.
Ketika pingsan, ia masih bisa mendengar pembicaraan orang lain. Namun, ia tidak bisa melihat dan memberikan respon gerakan tubuh.
"Saya bisa saja pingsan hanya karena ponsel saya berdering ketika sedang saya pegang," ujar wanita asal Liverpool ini.
Ia benar-benar sangat terganggu dengan hal ini. Tertawa, marah dan terkejut bisa seketika membuatnya terjatuh. Cataplexy membuatnya kehilangan kendali ketika ia terjatuh.
Semuanya berawal sekitar bulan Februari tahun lalu. Ia seolah seperti menderita kelumpuhan ringan. Ia sadar tapi tak bisa bergerak sama sekali untuk beberapa saat.
Setelah serangan itu, ia segera memeriksa ke unit gawat darurat. Ia ingin mengetahui apakah itu salah satu gejala stroke. Oleh dokter, ia disarankan untuk melakukan tes ke ahli saraf. Selanjutnya dia dirujuk ke klinik tidur di James Cook University Hospital di Middlesbrough. Penyakit yang dideritanya itu juga membuatnya merasakan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari.
Kejutan Seperti Neraka
Suaminya, John (35), sudah maklum dengan hal ini. Ia tak lagi membuat kejutan dengan menyelipkan bunga atau coklat secara sembunyi-sembunyi.
"Kejutan bagi saya seperti hadiah dari neraka," ujar Caitlin. Jika hendak menceritakan sesuatu yang mungkin bisa mengejutkannya, John selalu meminta Caitlin untuk duduk agar tidak pingsan.
Keadaan ini membuatnya telah menyerahkan SIM dan pekerjaannya. Ia kini tak lagi mengemudi dan bekerja. Sebelumnya, ia bekerja sebagai resepsionis di klinik dokter gigi.
"Aku terus pingsan dan sering tertidur di telepon. Ini menyebabkan banyak masalah," kata dia.
Dipicu Emosi
Melalui pengobatan bertahap, kondisi Caitlin mulai membaik. Ia kini telah memulai melakukan pekerjaan sosial dan berharap bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu tahun depan. Saat kondisinya sedang tidak baik, ia hanya menghabiskan waktu menonton televisi.
"Saya bosan sehingga ingin menjadi penulis. Sekarang aku memiliki hari-hari saya bebas untuk mencoba hal itu (menjadi penulis)," katanya.
Dr Paul Reading, konsultan ahli saraf di James Cook University Hospital, mengatakan orang yang menderita cataplexy disebabkan kurangnya bahan kimia dalam otak mereka yang mengatur tidur. "Tanpa zat itu, mereka tidak bisa tetap terjaga selama lebih dari beberapa jam atau lebih," ujar dia.
Hal ini dipicu oleh emosi yang kuat, terutama tertawa atau kejutan, seperti yang dialami Caitlin. Tapi, pemicunya kadang-kadang marah atau frustrasi. Paul juga memiliki pasien lain yang selalu pingsan setiap kali mencetak tembakan sempurna saat bermain golf.
Cataplexy dapat diobati dengan anti-depresan. Pengobatan ini bukan karena cataplexy sama dengan penderita depresi. Tapi, karena obat ini menciptakan keadaan kimia di otak yang menghambat cataplexy.
Full content generated by Get Full RSS.