REPUBLIKA.CO.ID - Tak mengejutkan bila melihat berbagai sepeda Fixie terpampang dengan pose "menantang" di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Ini tidak terlepas dari eforia sepeda Fixie yang tengah mendera warga ibukota dan kota-kota lainnya.
Di atrium FX Mall, Senayan, Jakarta, kini dipamerkan sekitar 30 sepeda Fixie dari berbagai jenis milik komunitas Tremorz. Dengan posisi yang demikian strategis, dari sudut mana pun, sepeda-sepeda Fixie yang tengah "berpose" begitu sedap dipandang. Pemandangan itu tentu menarik minat berbagai kalangan, terutama yang mengerti soal sepeda Fixie.
Sesekali mereka malu-malu menjepret koleksi itu dengan ponsel masing-masing. Tak jarang pula ada pengunjung yang nekat untuk lebih "intim" dengan koleksi sepeda Fixie yang dipajang. Namun, usaha itu tak berlangsung lama, sebab petugas keamanan segara menghampiri pengunjung yang nekat untuk melanggar garis batas yang telah ditentukan.
"Kami sengaja untuk memberikan pembatas, sebab kami ingin pengunjung menikmati tampilan koleksi tanpa harus terjadi hal yang tidak diinginkan. Tadi saja, ada yang jatuh," kata Fandi, anggota Tremorz, saat ditemui Republika.co.id, Kamis (14/7) sore.
Sepeda Fixie yang dulu dianggap norak, alay, atau apa pun istilahnya, mendadak digandrungi. Prosesnya memang tidak singkat, sepeda Fixie butuh kehadiran Car Free Day (hari bebas kendaraan di jalan utama ibukota) dan ketekunan komunitas pecinta sepeda di Jakarta sebelum akhirnya mulai dilirik dan digunakan. "Prosesnya memang cepat. Itulah trend," kata Fandi.
Fixie Masuk Mal
Fandi tak menyangka, dahulu saat komunitasnya mulai terbentuk, keberadaan sepeda Fixie hanya mampu terpampang di luar FX Mall, tempat mereka biasa berkumpul Rabu dan Ahad. Kini, sepeda yang mereka tunggangi masuk ke dalam mall dan bisa dilihat oleh siapa saja dari berbagai sudut dan sedap dipandang. "FX kebetulan menawarkan kepada kami untuk memamerkan koleksi teman-teman di Tremorz, mungkin mereka lihat kami sering berkumpul di sini saat Car Free Day," kata dia.
Kesempatan emas itu tidak disia-siakan Fandi dan kawan-kawan. Jadilah, 30 koleksi Tremoz terpampang bangga. Namun, entah memang dikonsepkan demikian, ruang pameran berukuran 2 X 8 meter ini mengundang banyak tanya pengunjung. Kebanyakan dari mereka bertanya, apakah sepeda Fixie itu dijual atau tidak. "Oh, kami memang hanya sekedar mendisplay koleksi, tapi nanti kami akan mengagendakan klinik sepeda Fixie," kata dia.
Fandi menjelaskan, seperti halnya pameran, informasi terkait koleksi tentu akan dipaparkan kepada publik. Seperti spesifikasinya, berapa biaya yang dibutuhkan untuk modifikasi, dan lain-lain. Semua itu akan diberikan saat agenda klinik digulirkan. "Kami tentu memanfaatkan betul pameran ini untuk mengedukasi masyarakat tentang sepeda Fixie," kata dia.
Membangun Sepeda Fixie
Menurut Fandi, selama ini masih ada semacam kekeliruan pandangan soal Fixie. Seperti, adanya anggapan bahwa sepeda Fixie hanya digemari kalangan tertentu saja. Padahal, setiap orang dapat memiliki Fixie. "Punya sepeda Fixie tak harus beli, tapi mungkin saja dari sepeda yang ada lalu dimodifikasi sedikit untuk diubah menjadi Fixie. Banyak kok yang mulai dari sepeda butut lalu dipoles sana-sini," kata dia.
Fandi mengatakan dalam pameran ini ada koleksi yang berasal dari modifikasi sepeda butut. Namun, setelah dipoles sana-sini, nilainya bisa jutaan rupiah. Dia pun menunjuk salah satu sepeda Fixie yang belum selesai dimodifikasi. Sepeda yang dimaksud merupakan sepeda gunung, namun oleh pemiliknya dirombak, dari ban hingga tempat menaruh gear sepeda. "Kalau dari koleksi yang ada ini, rentang harganya mulai dari Rp 2 juta hingga 50 juta," papar dia.
Kekeliruan lain, lanjut Fandi, memiliki sepeda Fixie tidak harus mengeluarkan biaya besar. Sebab, sepeda Fixie boleh dibilang memiliki struktur sederhana ketimbang sepeda gunung atau sepeda lipat. Dengan bermodalkan kreatifitas, kesabaran, dan ketekunan, sepeda Fixie berbiaya minimalis tak sulit tercipta. "Bersepeda Fixie bukan butuh uang, tapi kreatifitas dan sering melihat-lihat toko sepeda," kata dia.
Pameran ini akan berlangsung selama 3 hari mulai 16 Juli 2011. Usai pameran, para pemiliknya akan mengambil koleksinya dan segera meluncur menuju jalanan Sudirman-Thamrin untuk menjalani rutinitas biasa yang dilakukan Tremorz setiap Car Free Day. "Waktu yang pendek tidak masalah, yang utama pesannya sampai," pungkas Fandi.
Rubrik ini bekerja sama dengan TREMORZ CITY BIKE SOCIETY
tremorz.jkt@gmail.com
@TREMORZ_
Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.