Republika Online |
Posted: 16 Oct 2012 11:01 PM PDT Oleh: Imron Baehaqi "Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah, hari kiamat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir, peminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya, orang yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menunaikan janjinya, serta orang-orang yang sabar ketika dalam kemelaratan, penderitaan, dan peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan bertakwa." (QS Al-Baqarah [2]:177). Dalam masalah tingkatan iman, Nabi SAW membaginya pada lebih dari 70 cabang. Cabang yang paling tinggi adalah kalimat tauhid la ilaha illallah (tidak ada Tuhan kecuali Allah). Sedangkan, cabang iman yang paling rendah adalah membuang duri atau rintangan di jalan (HR Jamaah dari Abu Hurairah). Demikianlah Alquran dan sunah Nabi SAW yang banyak menjelaskan macam-macam amal ibadah dengan kedudukan dan keutamaan yang berbeda-beda. Ada yang wajib, sunah, yang asas, dan yang cabang. Selain itu, ada pula yang berfungsi sebagai rukun dan syarat sah ibadah, ada juga yang lebih tinggi kedudukannya dari ibadah yang lain. Berkaitan dengan ini, para sahabat sering bertanya kepada Rasul SAW tentang amalan yang paling utama dan dianjurkan dalam Islam. Misalnya, pertanyaan Abdullah bin Mas'ud RA tentang amalan yang paling disukai Allah. Rasul menjawab, "Shalat pada waktunya, berbuat baik kepada ibu bapak, dan jihad di jalan Allah." (HR Bukhari dan Muslim). "Maukah aku ingatkan kalian dengan suatu amalan yang paling baik; amalan yang paling suci pada apa yang kalian miliki, paling tinggi derajatnya; lebih baik dan utama bagi kamu sekalian daripada menginfakkan emas; lebih baik bagi kamu sekalian daripada kalian berhadap-hadapan dengan musuh, kalian pukul lehernya dan mereka pun memukul leher kalian?" Para sahabat menjawab, "Tentu kami mau, ya Rasulullah." Lalu Nabi bersabda, "Mengingat Allah." (HR Tirmidzi). Jika disimpulkan, perbuatan yang dapat digolongkan dalam amalan paling super adalah mengucapkan kalimat tauhid, menjaga rukun iman dan Islam, berzikir (mengingat Allah), bersedekah dengan harta yang dicintainya, shalat pada waktunya, berbuat baik kepada orang tua, dan berjihad di jalan Allah (dengan maknanya yang sangat luas). Di samping itu, masih ada amal perbuatan yang patut digolongkan dalam amalan yang paling super (terbaik), yaitu menciptakan kedamaian. Bahkan, kedudukan amalan ini lebih utama daripada derajat ibadah shalat, puasa, dan zakat. "Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang suatu amalan yang lebih utama daripada derajat shalat, puasa, dan sedekah? Yaitu, menciptakan kedamaian (merukunkan) antara manusia sebab kerusakan hubungan di antara manusia adalah pembinasa agama." (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban). Wallahu a'lam. |
Catatan Tinggal di Eropa (IX) Keberangkatan Posted: 16 Oct 2012 11:00 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID,Demi strategi yang lebih efektif, di Kuala Lumpur kelebihan barang yang saya bawa, saya distribusikan ke koper teman-teman seperjalanan. Kopor yang isinya sudah saya susun rapi, akhirnya berantakan. Satu baju ke kopor lain, dua sambal ke kopor satunya, tiga bumbu racik ke kopor sebelah. Disamping itu juga didistribusikan ke dalam tas punggung teman-teman. Tas punggung saya juga dipenuhi pindahan barang dari kopor dan menjadi sangat berat. Yang saya pertahankan untuk tidak dipindah ke kopor dan tas punggung lain hanya kaos dalam dan celana dalam. Alhamdulillah setelah dikurangi ternyata berat kopor menjadi 21.5 kg. Amanlah saya, paling tidak kelebihannya masih dapat ditoleransi. Setelah beres kami menuju ke boarding pesawat dan Alhamdulillah aman, tidak ada kelebihan bagasi. Sampai di Amsterdam dengan keyakinan penuh, kami semua menuju boarding pesawat Portugalia. Saya yang pertama kali maju ke konter tiket. Saya serahkan tiket dan passport dan kemudian kopor saya ditimbang. Lho tidak lama kemudian petugasnya meminta tas punggung saya juga ditimbang. Total beratnya 30 kg. Aduh mak …… Pesawat yang membawa saya dan teman-teman dari Kuala Lumpur ke Amsterdam adalah Malaysia Airlines. Menurut brosurnya sih pesawat bintang lima setara dengan Singapore Airlines. Ternyata pelayanan dan fasilitasnya memang lumayan. Sampai saya bingung bagaimana cara mengoperasikan fasilitas dan cara meminta makanan dan minuman. Ingin mengoperasikan tv, tapi tidak tahu caranya. Hanya bingung melihat orang-orang sekitar dapat mengoperasikan dengan mudah. Setelah lama baru saya berani meminta tolong pramugari dengan bahasa isyarat, "bagaimana mengoperasikan remote control?". Maka dengan manisnya, pramugari memandu saya mengoperasikan peralatan tersebut dalam bahasa Inggris. Saya hanya bisa melongo. Sampai akhirnya pramugari sepertinya mengakhiri penjelasannya. Sayapun cepat-cepat mengangguk, pura-pura mengerti, meskipun yang saya dengar hanya was wis wus saja. Namun setelah pramugari pergi, saya bingung lagi, bagaimana cara menjalankannya?. Akhirnya dengan modal nekat, saya pijat semua tombol di remote control tersebut. Lho yang muncul kok berganti-ganti dengan cepat, tidak bisa diam pada satu program. Saya menyerah, saya biarkan remote control memilihkan program yang disenanginya. Saya tinggal melihatnya. Ternyata remote controlnya pintar, saya dipilihkan film ……… berbahasa Inggris lagi, wah saya kok selalu dipaksa untuk mendengarkan yang berbahasa Inggris ya, apa tidak ada film yang berbahasa India? Setidaknya kalau film India saya masih bisa menikmati tarian Sahruk Khan. Kuchi kuchi hotai ….. Mereka selalu menanyakan sesuatu dulu kepada para penumpang. Penumpang selanjutnya menjawab dan kemudian pramugari akan memberikan menu yang diminta penumpang. Demikian yang selalu dilakukan pramugari. Sayapun bersiap-siap. Mudah-mudahan pramugarinya menanyai saya dalam bahasa Melayu, karena ini khan penerbangan Malaysia Airlines. Sampai ditempat duduk saya, ternyata saya ditanyai ……… dalam bahasa Inggris. Alamak, saya tidak mengerti. Akhirnya demi menjaga wibawa saya sebagai orang yang sudah biasa ke luar negeri (he he), maka bahasa tarzan saya gunakan. Saya tunjuk makanan yang sudah terhidang di depan penumpang diseberang tempat duduk saya, karena saya lihat mereka rata-rata memilih menu yang sama. Kelihatannya menu barat karena yang mengkonsumsi rata-rata orang barat. Dengan keyakinan penuh saya kemudian bilang ke pramugari "sem" (ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris "same"). Alhamdulillah, pramugari dengan sigapnya menyajikan makanan barat tersebut. Sayapun kemudian membuka makanan tersebut yang menurut selera saya kurang meyakinkan. Tidak ada nasinya, tidak ada sayur lodehnya dan tidak ada lauk tempenya. Tapi bagaimana lagi wong itu pilihan saya. Pramugari kemudian bertanya pada penumpang sebelah saya. Penumpang tersebut menyebutkan makanan yang diminta. Sambil pura-pura menikmati makanan, saya lirik orang tersebut, apakah dia menyukainya atau tidak. Dia buka makanannya dan ampun…., dia dapat nasi, lauk kare ayam dan ada sayurnya. "Pramugari, saya minta ganti menu" jeritan dalam hati saya. Saya ingin nasi…. Saya melihat seringkali pramugari lewat sambil menawarkan sesuatu pada penumpang. Ada yang meminta bir, ada yang diberi wine. Ada pula yang memilih coca cola. Sepertinya kok enak-enak ya minumannya, boleh memilih sesuka hati dan tidak terbatas, meminta apa saja boleh. Nanti kalau sampai ketempat duduk saya dan menawarkan sesuatu, saya minta apa ya?. Akhirnya saya putuskan, saya akan meminta apa yang dapat saya minta. Sampai ke tempat duduk saya, pramugaripun menanyai saya dalam bahasa Inggris, tebakan saya mungkin maksudnya mau minum apa? Namun karena saya tidak mengerti, maka yang saya minta hanya satu dan sudah saya siapkan jawabannya dengan mantap, "water". Kalau pramugari muncul lagi dan menawarkan sesuatu, jawaban saya tetap, water. Muncul lagi dan menawarkan lagi, jawaban saya tunggal, "water". Pada kesempatan berikutnya pramugari tersebut juga bertanya lagi pada saya, maka saya menjawab "water". Sepertinya pramugari tersebut mulai kasihan pada saya. Kok tidak seperti orang lain yang meminta macam-macam minuman. Akhirnya beliau menanyakan lagi ke saya "jas water?". Sayapun bingung dan berpikir, ini maksudnya apa?. Tapi akhirnya saya berhasil menyimpulkan, kalau dalam pelajaran bahasa Inggris huruf "u" itu khan dibaca "a". Maka yang dimaksud oleh pramugari berarti "apakah saya mau "jus water". Lho apakah air itu bisa dijadikan jus?. Apakah mungkin air itu dicampur sesuatu, mungkin buah-buahan tertentu sehingga menjadi "jus water". Tidak apalah yang penting mengandung "water". Maka dengan keyakinan penuh, saya bilang "yes, jas water". Dengan sigap pramugari tersebut kemudian menuangkan air dan langsung diserahkan ke saya. Lho mana "jus"nya?. Katanya tadi saya ditawari "jus", kok hanya "water" lagi?. Air…….
Penulis: Wahyu Widodo, sekarang sedang Post Doctoral di Portugal atas biaya Erasmus Mundus |
You are subscribed to email updates from Republika Online RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |