Republika Online |
Antilin, Cara Praktis Memeriksa Formalin di Makanan Posted: 16 Oct 2012 06:39 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Masyarakat umum kini bisa memeriksa ada tidaknya kandungan formalin di bahan makanan secara cepat dan akurat. Hal ini dimungkinkan setelah penelitian tentang test kit formalin berhasil dibuat dengan nama Antilin. Antilin adalah reagen penguji residu formalin pada makanan dan produk olahan lain, baik padat maupun yang berbentuk cairan. Antilin dikembangkan untuk mendeteksi secara cepat kandungan formalin pada makanan dan produk olahan. Formalin, seperti telah diketahui oleh masyarakat, sangat berbahaya penggunaannya di dalam makanan karena bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker dan mutagen atau menimbulkan kerusakan pada jaringan dan sel dalam tubuh. Makanan berformalin juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, muntah, diare bercampur darah, dan pada kasus-kasus jangka panjang bisa berakhir dengan kematian. Antilin dikembangkan oleh para peneliti di Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, dan dijual bebas dengan harga Rp 200.000 per paket. "Harga ini lebih murah dibandingkan alat penguji formalin lain yang sekarang beredar di pasaran, karena normalnya bisa mencapai harga Rp1 juta," kata Prof Riset Endang Sri Heruwati, ketua tim peneliti Antilin. Atas inovasinya ini, Prof Endang menerima penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Jasa dari negara pada 13 Agustus 2012. Dan penghargaan ini merupakan yang pertama kali bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. |
Posted: 16 Oct 2012 05:00 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stretch mark atau parut kulit yang lazimnya dimiliki oleh ibu yang baru melahirkan, juga bisa dimiliki oleh remaja putri bahkan kaum pria. "Stretch mark pada laki-laki biasanya disebabkan karena kelebihan kalori yang menumpuk akibat tidak terpakai tubuh," ujar pakar dermatologi dan venerologi, dr. Amaranila Lalita, Sp.KK. saat jumpa pers peluncuran krim anti-stretchmark di Jakarta, Selasa (17/10). Kalori berasal dari asupan karbohidrat yang terlalu banyak, namun gerak tubuh yang terbatas. Kalori inilah yang menurut Amaranila meningkatkan produksi kelompok hormon glukokortikoid. Kelompok hormon glukokortikoid adalah hormon yang kadarnya meningkat tinggi pada ibu hamil. "Suasana tubuh baik pria maupun gadis remaja yang produksi glukokortikoidnya meningkat, sama seperti suasana tubuh ibu hamil," ujar Amaranila. Oleh sebab itu, banyak penderita obesitas baik laki-laki atau perempuan, bahkan anak-anak memiliki stretchmark. Lebih lanjut Amaranila menjelaskan bahwa pakaian yang terlalu ketat, serta kelembaban kulit yang kurang, dapat menyebabkan stretch mark. "Lapisan dermis mengalami trauma karena sebab-sebab tersebut, akhirnya trauma itu mengakibatkan kolagen rusak dan menimbulkan stretch mark," imbuh Amaranila. |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Gaya Hidup RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan