Peta negara Somalia dan Ethiopia. (istimewa)
Berita Terkait
Nairobi (ANTARA News) - Kelompok Al-Shabaab Somalia yang bersekutu dengan Al-Qaida mendekati kehancuran, dan sejumlah besar anggotanya melarikan diri dari negara itu menuju Yaman, kata panglima pasukan Uni Afrika (AU) di Mogadishu, Kamis.
"Kami melihat kehancuran -- Al-Shabaab mungkin sekali akan hancur dalam waktu dekat," kata Mayjen Fred Mugisha asal Uganda, lapor AFP.
"Kami menerima laporan-laporan bahwa dalam beberapa hari terakhir ini, hampir 300 orang yang sebagian besar gerilyawan asing meninggalkan Somalia menuju Yaman -- ini tanda-tanda kekalahan," katanya kepada wartawan.
Sebuah kelompok pemikir Inggris memperkirakan, jumlah gerilyawan asing di Al-Shabaab mencapai sekitar 200 orang.
"Sedikit dorongan lagi dan kita bisa menstabilkan negara ini sehingga rakyat Somalia bisa hidup lebih baik," kata Mugisha. "Mereka (Al-Shabaab) berada dalam kondisi terlemah, mereka terus mengalami kemunduran."
Gerilyawan Al-Shabaab meninggalkan pangkalan strategis mereka di Baidoa, Rabu, setelah pasukan Somalia dan Ethiopia menguasai kota itu, kekalahan besar kedua bagi kelompok gerilya itu dalam enam bulan ini.
Misi Uni Afrika di Somalia (AMISOM) yang berkekuatan 10.000 orang berperang untuk mengamankan Mogadishu, enam bulan setelah Al-Shabaab meninggalkan pangkalan mereka di sana dan melakukan perang gerilya, termasuk serangan-serangan bom bunuh diri dan bom mobil.
Baidoa, 250 kilometer sebelah timurlaut Mogadishu, ibu kota Somalia, merupakan tempat parlemen sementara Somalia sampai gerilyawan Al-Shabaab menguasainya tiga tahun lalu.
Kota tersebut sejak itu menjadi salah satu pangkalan utama Al-Shabaab dan penguasaannya oleh pasukan pemerintah membuat gerilyawan di Somalia tengah semakin terkucil, karena pasukan Uni Afrika (AU) juga memburu mereka keluar dari ibu kota.
Namun, Sheikh Mohamed Ibrahim, seorang komandan Al-Shabaab, mengatakan, Rabu, "Perebutan itu tidak berarti musuh akan menikmati kota tersebut."
"Daerah-daerah yang mereka rebut hanya akan menjadi makam bagi pasukan Kristen penyerbu dan milisi Somalia murtad mereka," katanya.
Pasukan Ethiopia menyerbu Somalia pada 2006 dan meninggalkan negara itu pada awal 2009 setelah menghalau kelompok garis keras Persatuan Pengadilan Islam dari Mogadishu.
Sebagian besar penduduk Somalia pada saat itu menentang intervensi tersebut dan para analis mengatakan, hal itu bisa mendorong masyarakat bergabung dengan Al-Shabaab.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2012
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com