Mombasa, Kenya (ANTARA News) - Jumlah korban tewas dalam ledakan Minggu di sebuah klab malam di Mombasa naik menjadi tiga orang, dan polisi Kenya hari Senin menyatakan telah menangkap seorang tersangka pria berusia 20-an tahun yang terluka dalam ledakan itu dan dibawa ke rumah sakit.
Penyebab ledakan itu masih belum diketahui, kata polisi, namun sejumlah serangan dilancarkan di kota pelabuhan Afrika timur itu, yang terkenal sebagai tujuan wisata bagi pelancong domestik dan asing, sejak Kenya mengirim pasukan ke Somalia pada Oktober untuk menumpas gerilyawan garis keras, lapor Reuters.
Satu orang tewas seketika dalam ledakan itu, dan dua dari delapan orang yang terluka meninggal kemudian di rumah sakit -- seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun dan seorang pria.
Massa berkumpul di klab malam yang terletak di kawasan penduduk itu untuk menyaksikan pertandingan perempat-final sepak-bola Euro 2012 antara Inggris dan Italia.
Sehari sebelumnya, Kedutaan Besar AS memperingatkan kemungkinan serangan dalam waktu dekat di Mombasa dan meminta seluruh stafnya pergi.
Kedubes AS juga menyatakan menangguhkan perjalanan stafnya ke kota itu hingga 1 Juli.
Tersangka yang ditangkap dibawa ke rumah sakit karena menderita luka-luka di perut dan kaki dalam ledakan itu. Pada Senin pagi, polisi memborgolnya di tempat tidur rumah sakit dan mengatakan, mereka perlu menginterogasinya lebih lanjut.
"Salah satu orang yang terluka membuat kami menyelidikinya lebih lanjut karena ia memberikan keterangan yang simpang-siur. Ia kini ditahan sebagai tersangka," kata Aggrey Adoli, kepala kepolisian wilayah Pantai.
Pada akhir Mei, ledakan bom mencederai lebih dari 30 orang di sebuah pusat perdagangan di Nairobi, ibu kota Kenya.
Sedikitya 15 orang tewas dalam serangkaian serangan di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa sejak Kenya mengirim pasukan ke Somalia pada Oktober untuk memerangi gerilyawan garis keras Al-Shabaab.
Nairobi menuduh kelompok militan yang terkait dengan Al Qaida itu bertanggung jawab atas gelombang kekerasan dan penculikan di negara Afrika timur tersebut.
Serangan bom itu merupakan yang terakhir dari serangkaian kekerasan yang terjadi sejak Kenya mengirim pasukan ke Somalia untuk menumpas militan Al-Shabaab.
Pada 15 Mei, serangan granat menewaskan seorang wanita dan mencederai beberapa orang di luar sebuah klab malam di kota pesisir Mombasa, tujuan liburan populer bagi penduduk Kenya dan warga asing.
Minggu (29/4), satu orang tewas dan 15 lain cedera ketika sebuah granat dilemparkan ke gereja di Nairobi, dan pemerintah Kenya menuduh gerilyawan Al Shabaab bertanggung jawab atas serangan itu.
Kelompok gerilya Somalia itu mengancam Kenya sejak negara itu mengirim pasukan ke Somalia selatan pada pertengahan Oktober untuk menyerang pangkalan-pangkalan gerilyawan tersebut, yang dituduh melakukan penculikan dan penyerangan di Kenya.
Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut.
Al-Shabaab balik menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai alasan untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.
Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.
Pada 13 Oktober, dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 460.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.
Penculikan-penculikan itu diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu. (M014)