Sindikasi news.okezone.com |
Posted: 15 Apr 2012 11:05 PM PDT MANCHESTER – Pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson mengaku sempat khawatir mengenai seriusnya cedera yang dialami oleh bek United, Nemanja Vidic. Namun ia kini bisa bernapas lega, karena ada sosok yang mampu menggantikannya, yaitu Jonny Evans. |
Malaikat Pencabut Nyawa Itu Bernama 'Serangan Jantung' Posted: 15 Apr 2012 10:29 PM PDT Sepakbola dunia kembali berduka. Kali ini malaikat pencabut nyawa yang bernama 'serangan jantung' itu menyambangi Italia dan mencabut ruh salah satu pemain muda, Piermario Morosini. Gelandang Udinese yang tengah dipinjamkan ke klub Serie B, Livorno itu harus mengembuskan napas terakhir di lapangan. Morosini terkena serangan jantung (Cardiac arrest) di tengah pertandingan Livorno kontra Prescara di pentas Serie B, Sabtu (14/4/2012). Kejadian tragis itu diketahui terjadi pada menit ke-34, saat Livorno tengah dalam posisi unggul 2-0. Morosini yang tidak dalam memegang bola, tiba-tiba terjatuh sambil memegang dadanya. Sempat berusaha bangkit selama tiga kali, Morosini akhirnya tak mampu menahan sakit hingga ambruk di lapangan. Sontak, tim medis langsung berlari untuk memberikan pertolongan. Namun, ada sekelumit cerita tidak menyenangkan di balik penanganan Morosini. Tim medis dianggap kurang siap dalam menghadapi insiden ini, karena hanya memberikan bantuan berupa CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation), bukan dengan defibrillator atau alat kejut jantung, seperti yang dilakukan tim medis Inggris saat menyelamatkan nyawa gelandang Bolton Wanderers, Fabrice Muamba yang juga kolaps di lapangan. Tak hanya itu, kehadiran ambulan juga dituding mengambil peran. Kabarnya, ambulan datang terlambat sekira lima menit, karena terhambat mobil polisi yang menghalangi di pintu darurat Stadion Adriatico, tempat berlangsungnya laga. Spekulasi terakhir menyebut, Morosini meninggal bukan karena serangan jantung. Gelandang 25 tahun ini dikabarkan meninggal karena pendarahan otak, karena sebelum kolaps dia sempat berbenturan kepala dengan pemain Pescara. Memang, hingga kini pihak rumah sakit belum memberikan keterangan resmi terkait penyebab pasti kematian Morosini. Yang pasti, mereka mengaku telah mendapati Morosini sudah tidak bernyawa saat tiba di rumah sakit. "Kami telah melakukan segala cara. Tapi, dia tidak bereaksi," ujar Leonardo Paloscia, dokter Rumah Sakit jantung Civile Santo Spirito saat mengonfirmasi bahwa nyawa Morosini tak bisa tertolong. Insiden yang menimpa Morosini sontak membuat sepakbola Italia dan dunia pada umumnya kembali berduka, setelah sebulan sebelumnya pemain dari Liga India, D. Venkatesh juga meregang nyawa akibat serangan jantung. Imbasnya, laga Serie A dan B di pekan kemarin harus ditunda, sebagai bentuk penghormatan. Tragedi yang menimpa Morosini bukan yang pertama kali menimpa pesepakbola. Tercatat, mulai tahun 1889, sudah 87 pemain harus meregang nyawa, 45 diantaranya akibat serangan jantung. Menyikapi fenomena ini, banyak kalangan menilai FIFA dan UEFA selaku otoritas tertinggi sepakbola dunia kembali menggencarkan regulasi tes kesehatan yang lebih detil. Sebelumnya, pada Desember 2007 lalu, FIFA telah mengumumkan bahwa tim harus melakukan tes jantung kepada para pemain. Menurut dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Pembina Adinkes (Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia) Umar Wahid, cardiac arrest merupakan serangan yang bisa datang dengan tiba-tiba. Bahkan menyerang pemain yang tidak memiliki riwayat jantung. Cardiac Arrest sendiri terjadi karena seorang pemain melakukan aktivitas yang berlebihan sehingga terjadi penyumbatan pada dua cabang arteri koroner. "Cardiac arrest adalah gangguan pada ritme jantung saat bilik jantung, yakni ventricles, berdenyut terlalu cepat dan tidak teratur, yaitu 4 sampai 600 kali per menit," tutur Umar. "Kita bisa saja tidak pernah mengalami sakit di bagian dada, sulit bernapas, atau napas yang pendek. Intinya, tidak ada tanda-tanda bahaya yang dialami. Ini yang harus diwaspadai," lanjutnya. Nah, di Indonesia sendiri kasus yang menimpa Morosini sudah dua kali terjadi. Pertama pada pemain Persebaya Eri Irianto yang harus menghembuskan napas terakhir di rumah sakit akibat gagal jantung. Eri mengalami serangan jantung saat membela Persebaya melawan PSIM Yogyakarta, 2 April 2000. Sementara yang terakhir menimpa pemain PKT Bontang, Jumadi Abdi pada 15 Maret 2009. Dia mengalami kolaps karena mendapat tendangan dari pemain Persela Lamongan, Denny Tarkas saat keduanya tengah berebut bola. Jumadi yang sempat menjalani perawatan selama 8 hari di rumah sakit akhirnya meninggal karena mengalami sejumlah infeksi. Menyikapi insiden ini bisa terjadi kapan saja, sudah sepatutnya tim medis di Sepakbola Indonesia memiliki standar operasi yang jelas dan alat yang memadai. Salah satu alat yang dirujuk agar dimiliki setiap tim medis adalah alat kejut jantung sederhana, atau biasa disebut automated external defibrillator (AED). Alat yang merupakan versi mudah dari alat serupa yang ada di rumah sakit dan mudah digunakan oleh orang awam. Daftar pemain yang meninggal di lapangan: Pemain (usia) --- Tanggal --- klub --- penyebab kematian: |
You are subscribed to email updates from Sindikasi bola.okezone.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan