ANTARA - Peristiwa |
Perpustakaan jadi lokasi "wisata bacaan" Posted: 11 Nov 2011 07:10 AM PST Medan (ANTARA News) - Deputi Bidang Kepustakaan Perpustakaan Nasional Lili Sulistiwati mengatakan, masyarakat diharapkan dapat menjadikan perpustakaan sebagai lokasi "wisata bacaan" untuk meningkatkan minat baca guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. "Itu dapat menjadi awal kesuksesan pada masa yang akan datang," katanya dalam pembukaan Gelar Buku Budaya dan Teknologi di Kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumut di Medan, Jumat. Sebagai penerus bangsa, generasi muda perlu memiliki pengetahuan luas dan memahami berbagai karya leluhurnya yang penuh dengan nilai peradaban. Harapan itu dapat direalisasikan jika generasi muda Indonesia memiliki minat yang kuat dalam membaca berbagai buku pengetahuan yang ada, terutama yang tersimpan di perpustakaan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan menganggap kegiatan membaca buku di perpustakaan seperti berwisata. Dilihat dari aspek mana pun, keberadaan perpustakaan sangat bermanfaat bagi masyarakat, baik di pedesaan mau pun perkotaan. Karena itu, pihak Perpustakaan Nasional menyampaikan apresiasinya terhadap Pemprov Sumut yang telah mengalokasikan anggarannya untuk memberdayakan perpustakaan. Sementara itu, Pelaksana Tugas Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho yang diwakili Sekretaris Daerah Provinsi Nurdin Lubis mengatakan, perhatian terhadap perpustakaan itu disebabkan menjadi wahana belajar sepanjang hayat. "Perpustakaan dapat dijadikan sebagai wahana untuk memajukan peradaban dan melestarikan kebudayaan bangsa," katanya. Menurut Gatot, pemanfaatan perpustakaan juga diperlukan untuk mengantisipasi tantangan global berupa terjadinya ledakan informasi dari berbagai media sebagai konsekwensi dari era globalisasi. Selain itu, perpustakaan juga sangat bermanfaat untuk membangun karakter bangsa, katanya. Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com Full content generated by Get Full RSS. |
Puluhan kain tradisional Asia Tenggara dipamerkan Posted: 11 Nov 2011 07:04 AM PST Nusa Dua (ANTARA News) - Lebih dari 50 jenis kain tradisional dari berbagai negara di kawasan Asia Tenggara dipamerkan dalam kegiatan bertajuk "Exhibition of Asean Traditional Textiles" di Nusa Dua, Bali, dalam rangkaian acara KTT ASEAN. Pameran tekstil tersebut digelar melalui kerja sama antara Himpunan Wastraprema (Yayasan Tekstil Tradisional Indonesia) dan Museum Tekstil Jakarta serta ASEAN Foundation. Ketua Umum Himpunan Wastraprema, Adiati Arifin Siregar, dalam keterangan tertulis yang diterima di Nusa Dua, Jumat, menyebutkan, ASEAN terkenal karena warisan budayanya yang kaya yang merefleksikan seni dan adat istiadat dari beragam negara di kawasan tersebut. Karenanya, ujar dia, tekstil juga dikenal sebagai salah satu dari warisan budaya regional yang sangat berharga yang menerjemahkan identitas Asia Tenggara. "Beragam motif, warna, bentuk, dan fungsi membuat tekstil ASEAN menjadi kekuatan potensial regional untuk mempromosikan ASEAN," katanya. Ia mengemukakan, semangat pembentukan komunitas ASEAN juga telah mengakibatkan berdirinya ASEAN TTAC (Komunitas Seni Tekstil Tradisional). ASEAN TTAC, lanjutnya, dibentuk juga antara lain untuk meningkatkan kerja sama "people-to-people" di antara kelompok masyarakat kawasan yang terkait dengan tekstil tradisional. Sementara itu, Ketua Museum Tekstil Jakarta, Indra Riawan, mengatakan, tekstil tradisional adalah salah satu penanda identitas paling penting dari masyarakat Asia Tenggara. "Keragaman pola, warna, bentuk, dan fungsinya membuat tekstil tradisional menjadi salah satu aset paling potensial dari sebuah bangsa," kata Indra Riawan. Menurut dia, beberapa akar yang sama di antara berbagai masyarakat Asia Tenggara telah membuat beragam tekstil tradisional di kawasan tersebut menjadi memiliki kemiripan dan juga perbedaan dalam sejumlah aspek. Kain tekstil tradisional yang dipamerkan dalam pameran tersebut antara lain adalah Songket dari Brunei Darussalam, Pidan Hol (Kamboja), Katu Sarong (Laos), Limar Songket Tenggarung (Malaysia), Kelingkan (Malaysia), Luntaya Acheiq (Myanmar), T`nalak (Filipina), Ga`dang (Filipina), Tung (Thailand), Phaa Sarong (Thailand), dan Phaa Hom (Vietnam). Sedangkan kain khas Indonesia antara lain Tapis (Lampung), Lu`E (Flores), Lau (Sumba Timur), Ulos Ragidup (Sumatera Utara), Kain Songket Lepus Berakam (Palembang), Wastra Songket (Bali), Kain Batik Panjang (Jawa Tengah), Tembe Grini Kembaya (Bima), dan Dodot (Lombok Barat). (T.M040/M026) Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com Full content generated by Get Full RSS. |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan