KOMPAS.com - Internasional |
Khadafy: Pemrotes Terpengaruh Narkoba Posted: 01 Mar 2011 03:58 AM PST WASHINGTON, KOMPAS.com — Pemimpin Libya Moamar Khadafy mengabaikan tekanan internasional untuk mundur. Ia menegaskan, rakyatnya mendukung dia. Yang protes hanya pemuda yang terpengaruh narkoba pasukan Al Qaeda. "Seluruh rakyat mencintai saya," kata Khadafy, Senin (28/2) waktu setempat. Ia mengabaikan tekanan global yang menyerukan agar dia mundur dan hidup di pengasingan setelah empat dekade memerintah negerinya. "Mereka mencintai saya. Seluruh rakyat mendukung saya. Mereka semua mencintai saya. Mereka rela mati demi melindungi saya," kata Khadafy. Ia berbicara dalam bahasa Inggris yang terbata-bata dalam satu wawancara dengan media Barat yang ditayangkan di jejaring berita dunia BBC. "Sama sekali tidak ada demonstrasi di jalan-jalan," bantah Khadafy, yang sudah memimpin negara Afrika utara itu selama 41 tahun lebih. "Tidak ada yang melawan kami, untuk apa melawan saya?" Pernyataan itu dan ketidakpeduliannya terhadap nasib buruk rakyatnya dikutuk Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice. "Itu kedengaran seperti khayalan yang nyata, ketika ia dapat bicara dan tertawa dengan seorang warga Amerika dan wartawan internasional, sementara ia membunuhi rakyatnya sendiri," kata Rice di Gedung Putih. "Itu hanya menegaskan betapa tak layaknya dia untuk memimpin dan betapa terputusnya ia dari kenyataan." Khadafy duduk santai di Tripoli untuk wawancara dengan saluran televisi ABC, BBC dan The Times of London, sementara para pemimpin dunia meningkatkan tekanan terhadap rezimnya. Kemarahan global bergolak atas penindasan yang dilakukan Khadafy terhadap para pengunjuk rasa, yang menentang razimnya yang meletus dua pekan setelah kejatuhan rezim di Tunisia dan Mesir, tetangga Libya. Kekuatan prodemokrasi kini menguasai banyak wilayah di timur dan utara Libya. Namun, kelompok-kelompok hak asasi manusia menyatakan sedikitnya 1.000 orang tewas dalam penindasan tersebut. Setelah mempertimbangkan sebuah reaksi, Amerika Serikat sekarang secara terbuka telah mendesak Khadafy untuk mundur dan menyarankan agar dia hidup di pengasingan. "Rakyat Libya telah membuat keputusan jelas: sudah saatnya Khadafy pergi, sekarang, tanpa kekerasan lebih lanjut atau menunda," kata Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pada pertemuan Dewan HAM PBB tentang Libya di Geneva. Sementara juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, mengatakan, "pengasingan" merupakan "salah satu opsi" yang akan memenuhi permintaan AS bagi Khadafy. Namun Khadafy menyerang balik. Ia mengatakan ia dibuat kecewa oleh Amerika Serikat. "Itu pengkhianatan, mereka tak punya moral. Saya heran karena kami memiliki persekutuan dengan Barat untuk memerangi Al—Qaeda, dan saat kami sekarang sedang memerangi teroris, mereka malah meninggalkan kami," kata Khadafy, sebagaimana dikutip ABC. "Mungkin mereka ingin menduduki Libya," lanjut Khadafy. Ia menegaskan, dirinya tak bisa meletakkan jabatan karena ia bukan presiden ataupun raja. Ia juga menantang mereka yang menyatakan bahwa ia menyimpan uang di luar negeri untuk memberi bukti tentang dana-dana semacam itu. Ia mengancam akan "mencolok mata mereka", demikian laporan BBC. Wartawan BBC, Jeremy Bowen, mengatakan, wawancara tersebut diadakan di sebuah restoran di ibu kota Libya, Tripoli, dan Khadafy kelihatan tenang selama wawancara berlangsung. "Dia sedikit tertawa ketika ditanya berbagai pertanyaan. Dia tampak sangat tidak peduli dengan tekanan asing. Ia mengatakan, rakyat Libya ada di belakangnya, rakyat Libya mencintainya," tulis Bowen di situs BBC. Khadafy menduga, orang-orang yang telah turun ke jalan berada di bawah pengaruh obat-obatan yang dipasok oleh "orang luar". Dia menambahkan, rakyat telah merampas senjata dan pendukungnya telah diperintah untuk tidak menembak. "Itu pekerjaan Al-Qaeda," kata Khadafy kepada Bowen. "Mereka memasuki pangkalan militer dan merampas senjata dan mereka lalu meneror rakyat. Orang-orang yang memiliki senjata itu para pemuda dan mereka mulai meletakkan senjata mereka sekarang ketika obat-obatan yang diberikan Al-Qaeda habis." Namun, para saksi mata mengatakan, pasukan Khadafy kembali melakukan serangan balasan, Senin. Jet-jet tempur mengebom tempat penyimpanan amunisi di kota Adjabiya di timur negara itu, sekitar 100 kilometer di selatan Tripoli. Dua pesawat juga menyerang gudang amunisi di Rajma, tepat di sebelah selatan kota itu, kata seorang tentara cadangan kepada AFP. |
Indonesia-Serbia Tingkatkan Kerja Sama Posted: 01 Mar 2011 03:09 AM PST Indonesia-Serbia Tingkatkan Kerja Sama Penulis: Egidius Patnistik | Editor: Egidius Patnistik Selasa, 1 Maret 2011 | 11:09 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia dan Serbia sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan politik pada masa depan setelah menteri luar negeri kedua negara bertemu di Jakarta, 26-28 Februari 2011. Selama dua hari itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Serbia Vuk Jeremic dan Menlu Indonesia Marty M Natalegawa membahas dan menyepakati untuk mengintensifkan upaya-upaya peningkatan hubungan perdagangan. Siaran pers Kementerian Luar Negeri yang diterima Kompas.com pada Selasa (1/3/2011) menyatakan, kedua pihak menyadari bahwa masih banyak peluang yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh kedua negara. Volume perdagangan tertinggi antara Indonesia dan Serbia tercatat sebesar 6,1 juta dollar AS pada tahun 2008, tetapi kemudian menurun menjadi 4,5 juta dollar AS tahun 2009. Pada Januari-November 2010, total perdagangan turun menjadi hanya 1,6 juta dollar AS atau minus 62,5 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2009. Dalam kinerja perdagangan tersebut, Indonesia mengalami surplus tiap tahun sebesar 5,9 juta dollar AS tahun 2008, 0,2 juta dollar AS tahun 2009, dan 0,9 juta dollar AS pada Januari-November 2010. Kedua pihak juga telah saling bertukar pandangan mengenai berbagai isu regional dan multilateral. Indonesia mencatat bahwa kerja sama bidang pendidikan menunjukkan hal yang menggembirakan. Sebagai implementasi penandatanganan nota kesepahaman (MOU) kerja sama pendidikan dan pelatihan diplomat kedua negara tahun 2003, Indonesia telah mengundang diplomat Serbia untuk mengikuti pelatihan diplomat madya selama satu bulan dan pelatihan bahasa Indonesia untuk diplomat asing pada tahun 2010. Salah satu peluang kerja sama yang dilaksanakan oleh kedua negara dalam waktu dekat adalah penyelenggaraan interfaith dialogue pada 4-6 April 2011 di Beograd, Serbia. Dialog ini merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Menlu Indonesia dan Menlu Serbia dalam kesempatan Non-aligned Movement Ministerial Meeting Focus on Interfaith Dialogue and Cooperation for Peace di Manila, Filipina, Maret 2010. Hubungan bilateral Indonesia dan Serbia berjalan baik dan bernilai sejarah mengingat kedua negara merupakan pendiri Gerakan Non Blok. Kirim Komentar Anda |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan