Isnin, 14 Februari 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Pelajar Tolak Rayakan "Valentine's Day"

Posted: 14 Feb 2011 06:14 AM PST

Lebak (ANTARA News) - Pelajar SMA/SMK/MA se-Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menolak perayaan "valentine's day" atau hari kasih sayang yang diperingati setiap 14 Februari karena menilai itu bukan budaya bangsa Indonesia dan bertentangan dengan ajaran agama Islam.

"Kita tidak akan merayakan hari valentine karena mengundang pergaulan negatif dan tidak ada manfaatnya," kata Royani, siswa SMA Wanasalam Kabupaten Lebak, Senin.

Ia mengatakan, dirinya dan pelajar lainnya merasa prihatin dengan adanya sebagian warga Indonesia yang masih merayakan hari kasih sayang, padahal budaya itu berasal dari barat.

Budaya tersebut tentu mengundang perbuatan negatif, karena mereka kebanyakan merayakan dengan pesta-pora antara laki-laki dan wanita, katanya.

Bahkan, katanya, banyak juga yang saling berpeluk-pelukan berlainan jenis kelamin.

"Ini jelas haram hukumnya menurut ajaran Islam dan bisa mengundang seks bebas," katanya.

Menurut dia, pihaknya bersama pelajar yang tergabung dalam Pelajar Lebak Menolak Perayaan Hari Kasih Sayang itu terus berkampanye untuk melakukan penolakan.

Selain itu, juga peringatan hari valentine bukan ajaran Islam dan bukan budaya Banten.

Selama ini, kata dia, peringatan hari kasih sayang produk budaya luar yang dapat merusak akhlak dan keimanan.

Sebab di negara-negara luar mereka memperingati hari valentine identik dengan minuman-minuman keras, hura-hura dan pesta.

"Saya jelas-jelas menolak peringatan hari valentine itu," ujarnya.

Sementara itu, sejumlah pelajar Muslim Kabupaten Lebak mengaku perayaan hari valentine tidak pantas dilakukan umat Islam dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya.

Selain itu, juga banyak kalangan remaja melakukan seks bebas.

"Saya berharap ke depan pemerintah daerah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mengeluarkan fatwa tentang larangan perayaan valentine," kata Khoeriyah, siswa Madrasah Aliyah (MA) Wasilatul Falah Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. (*)
(U.KR-MSR/A035)

Editor: Ruslan
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Disbudpar Kaji Penggunaan Nama "Karawang" dalam Film

Posted: 14 Feb 2011 04:23 AM PST

Ilustrasi Film Arwah Goyang Kerawang (ist)

Berita Terkait

Karawang (ANTARA News) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengaku akan melakukan kajian hukum mengenai penggunaan nama "Karawang" pada judul Film "Arwah Goyang Karawang", karena sebelumnya tidak ada izin atau pemberitahuan mengenai penggunaan nama itu.

"Produser film hanya mencatut nama Karawang pada judul film itu, karena kami tidak tahu apa-apa mengenai nama Karawang pada judul film tersebut," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang Acep Jamhuri, disela dialog dengan kaum perempuan dari Gabungan Organisasi Wanita dan Aliansi Perempuan Karawang, Senin.

Dikatakannya, penggunaan nama "Karawang" pada judul film yang dibintangi Dewi Persik dan Julia Perez tersebut hanya kepintaran produser untuk memunculkan aksi protes. Sehingga, masyarakat semakin penasaran untuk menonton film itu.

Karena itu, kata dia, diperlukan kehati-hatian dalam melakukan aksi protes atas penggunaan nama "Karawang" dalam judul film tersebut.

"Paling tidak, perlu tindakan yang cantik agar aksi penolakan kita terhadap peredaran film itu tidak menguntungkan produser," kata Acep.

Menurut dia, perlu pengkajian berbagai aspek dalam melakukan penolakan terhadap peredaran Film "Arwah Goyang Karawang", seperti kajian aspek hukum, pendidikan, sosial, moral, dan lain-lain. Sebab, penggunaan nama Karawang sudah jelas berkaitan dengan citra Karawang.

Dilihat dari sejarah dan kebudayaan, Karawang merupakan salah satu daerah yang peradabannya sudah dimulai sejak masa lampau, sejak zaman kerajaan. Hal itu ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti zaman kerajaan di Karawang.

"Belum lagi, pada masa kemerdekaan, Karawang menjadi tempat singgah Bung Karno. Sehari sebelum proklamasi dikumandangkan di Jakarta, bendera merah putih sudah dikibarkan terlebih dahulu di Karawang. Jadi, Karawang memegang peranan yang besar pada zaman kemerdekaan," kata dia.

Atas kondisi itu, kata dia, maka munculnya Film "Arwah Goyang Karawang" telah menjadikan citra negatif terhadap daerah Karawang.

Sementara itu, pada Senin siang, puluhan perempuan yang tergabung Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dan Aliansi Perempuan Karawang mendatangi gedung DPRD setempat, menuntut agar pemerintah daerah menolak peredaran Film "Arwah Goyang Karawang".

"Kami menolak film itu karena tidak ada unsur pendidikan dan tidak ada potret perkembangan Karawang sedikitpun. Film itu juga telah merendahkan dan melecehkan martabat perempuan," kata Ny Yusuf Asikin, salah seorang perwakilan GOW Karawang.

Dikatakannya, para perempuan yang tergabung dalam GOW Karawang dan Aliansi Perempuan Karawang menyayangkan beredarnya film itu, karena film yang menggunakan nama "Karawang" itu kebanyakan adegan panas dan hampir tidak ada unsur pendidikannya.(*)

(T.KR-MAK/R010)

Editor: Ruslan
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan