Khamis, 5 Julai 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Setelah Terpilih, PM Australia Akan Melawat ke Indonesia

Posted: 06 Jul 2012 03:27 AM PDT

CANBERRA, KOMPAS.com - Pemimpin oposisi Australia Tony Abbot ingin menciptakan konsensus di kalangan politik bahwa Perdana Menteri negara itu akan mengunjungi Indonesia pertama kali setelah terpilih.     

Tony Abbot sendiri mengatakan bahwa hal itu akan dilakukannya bila dia terpilih sebagai PM, dimana dia akan mengunjungi Indonesia dalam masa seminggu setelah terpilih. Abbot ingin kebiasaan itu dilakukan siapapun yang akan terpilih sebagai Perdana Menteri di masa depan.

"Saya ingin membangun preseden di masa depan bawha perdana menteri akan berkunjung ke Indonesia dalam lawatan ke luar negeri pertama, bukan ke Washington, bukan ke London atau ke Beijing atau Tokyo karena Indonesia merupakan negara yang paling penting bagi Australia." kata Abbot dalam wawancara dengan harian The Australian,  Kamis (5/7/2012).  "Saya ingin adanya perubahan pola pikir." tambah Abbot seperti dilaporkan koresponden Kompas di Australia, L. Sastra Wijaya.     

Dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Darwin minggu ini, Tony Abbot juga hadir dan mengadakan pembicaraan dengan SBY selama setengah jam. Dalam pembicaraan itu, menurut Abbot, SBY memuji Perdana Menteri Australia sebelumnya John Howard yang disebutnya sebagai "teman baik". Howard dan Abbot berasal dari partai yang sama, Partai Liberal.     

Pernyataan Tony Abbot mengenai Indonesia ini tampaknya merupakan perubahan sikap dalam kebijakan luar negeri, karena sebelumnya dia tidak pernah menyebut Indonesia sebagai negara paling penting bagi Australia. Tony Abbot juga mengumumkan kebijakan yang disebut sebagai "Rencana Colombo baru" guna menyeimbangkan keadaan dimana saat ini ada 17 ribu pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di Australia, sementara itu hanya ada 200 pelajar Australia belajar di Indonesia.     

Dia juga menjanjikan akan meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia. Menurut The Australian, beberapa inisiatif ini tampaknya akan digunakan oleh pihak oposisi guna memperkuat hubungan dengan Indonesia bila mereka menang dalam pemilu. Ini juga dilakukan untuk berada satu langkah lebih maju dari partai berkuasa, Partai Buruh, yang biasanya dianggap memiliki hubungan lebih dekat dengan Indonesia bila berkuasa.     

Dalam penilaian partai oposisi, kunjungan Presiden SBY ke Darwin juga tidak memberikan banyak hasil memuaskan bagi pemerintah. Menurut The Australian, misalnya, Presiden SBY dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sama sekali tidak memberikan waktu bagi wartawan Australia untuk mengajukan pertanyaan.     

Indonesia juga tidak menaikkan kuota pembelian ternak sapi dari Australia. Juga disebutkan tidak ada inisiatif baru yang muncul guna mengurangi tingkat kedatangan para pencari suaka yang sebagian besar menggunakan Indonesia sebagai tempat pemberhentian terakhir sebelum masuk ke Australia.    

Somalia Hadapi Krisis Pangan Baru

Posted: 06 Jul 2012 12:11 AM PDT

NAIROBI, KOMPAS.com - Berbagai masalah yang terjadi di Somalia, seperti konflik, curah hujan yang rendah dan panen yang kemungkinan terlambat, diperkirakan bisa menyebabkan ratusan ribu orang Somalia terancam kelaparan lagi, kata Save the Children, Kamis (5/7/2012).

Menurut badan kemanusiaan itu, banyak dari 1,4 juta orang Somalia yang mengungsi akibat konflik dan kekeringan akan menanggung akibat dari krisis baru itu karena mereka bergantung pada panen yang bagus untuk menjaga harga pangan tetap rendah.

"Krisis (tahun lalu) membuat sejumlah besar keluarga tidak mampu menangani dampak dari kekeringan selama satu tahun," kata Sonia Zambakides, direktur kemanusiaan Save the Children untuk Somalia.

Organisasi bantuan itu meminta pendanaan dan upaya baru oleh masyarakat internasional untuk menangani penyebab pokok dari krisis pangan yang terus berlangsung di Somalia.

"Kita membutuhkan perubahan langkah dalam pendekatan terhadap Somalia: beralih dari semata-semata menanggapi keadaan darurat kelaparan ke menangani permasalahan yang memperburuk keadaan itu," kata Zambakides.

Somalia tahun lalu dilanda kelaparan parah akibat kekeringan terburuk yang terjadi negara itu, dan PBB mengumumkan Mogadishu dan empat wilayah Somalia selatan sebagai zona kelaparan serta memperingatkan bahwa kelaparan bisa meluas ke seluruh penjuru negara itu.

Kondisi itu diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus terjadi antara pasukan Somalia serta Uni Afrika sekutunya dan gerilyawan Al-Shabaab.

Bentrokan-bentrokan itu berlangsung ketika badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan, khususnya daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al Qaeda.

Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.

Militan pada Juli 2011 mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, namun seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan kemudian bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al Qaeda mengobarkan perang selama beberapa tahun terakhir ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010. Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang. Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al Qaeda.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan