Jumaat, 19 Ogos 2011

Republika Online

Republika Online


Uupps...Kasus HIV/AIDS di Papua Mencapai 7.300

Posted: 19 Aug 2011 05:01 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA--Kasus HIV dan AIDS di Provinsi Papua hingga Maeret 2011 mencapai 7.300 lebih kasus yang menyebar di 23 kabupaten/kota di wilayah provinsi paling timur Indonesia itu. Pelaksana Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS, Provinsi Papua, drh Constant Karma, di Jayapura, Sabtu mengatakan, dari data yang diperoleh KPA Papua dari dinas kesehatan wilayah tersebut secara keseluruhan hampir sama rata jumlah HIV dan kasus AIDS.

Mantan Wakil Gubernur Papua itu tidak merincikan dari daerah mana saja angka kasus HIV/AIDS yang tertinggi, dan tidak merincikan berapa banyak yang telah meninggal dunia akibat penyakit yang belum ada obatnya itu. "Hingga Maret kemarin sudah sebanyak 7.300 lebih kasus di seluruh Papua, orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Dan untuk data tiga bulan terakhir, belum keluar karena lagi menanti data dari kabupaten/kota yang masuk ke Dinas Kesehatan Provinsi Papua, kemudian diberikan kepada kami (KPA)," katanya

Dia menjelaskan, pihaknya telah melakukan sejumlah hal yang menarik dalam beberapa minggu terakhir ini, yakni dengan melakukan sejumlah pertemuan kepada konselor-konselor HIV/AIDS yang berasal dari tenaga kerja sosial masyarakat (TKSM) yang ada di wilayah tersebut guna memberikan penambahan pengetahuan dan pemahaman yang lebih spesifik terkait penyakit tersebut.

"Selain sejumlah upaya sosialisasi yang dilakukan oleh KPA dan organisasi terkait pada tahun-tahun sebelumnya. Yang menarik dalam minggu-minggu ini adalah kami (KPA) membuat penguatan kepada konselor-konselor. Kan konselor itu juga ada organisasinya," katanya.

Menurutnya, dengan keterlibatan para TKSM yang ada, pihaknya merasa terbantu karena dari 27 bidang materi yang ada di organisasi tersebut salah satunya menyangkut bidang HIV/AIDS. Dan KPA telah dua kali melakukan pertemuan terkait bagaimana mengelola kasus untuk menjembatani keperluan si-pasien/penderita HIV/AIDS.

"Para TKSM ini kan ada hingga ke distrik-distrik, apa lagi salah satu bidangnya menyentuh langsung dengan HIV/AIDS sehingga kami lihat perlunya melibatkan mereka dalam membantu para penderita penyakit tersebut," katanya.

Ketika ditanya, sejauh mana KPA melakukan sosialisasi kepada anak/siswa sekolah terkait HIV/AIDS, pria berkaca mata ini mengatakan jikalau hal itu telah dilakukan oleh UNICEF sebagai mitra kerja mereka yang sama-sama peduli akan perlunya pendidikan HIV/AIDS diajarkan kepada siswa sekolah.

"Itu lewat UNICEF, ada lima kabupaten di Papua yang telah melaksanakan program/mata pelajaran HIV/AIDS di sekolah-sekolah. Yang namanya pengarusutamaan HIV/AIDS, dan ada lima mata pelajaran yang berhubung langsung dengan HIV/AIDS. Dan ini semua sudah dibahas dan sudah berjalan," jelasnya.

"Lewat pendidikan HIV/AIDS yang didapatkan di sekolah-sekolah, semoga bisa memotong mata rantai ketidaktahuan pelajar tentang penyakit tersebut. Selain itu, kami terus berupaya memberikan advokasi lewat media yang dinilai sangat diperlukan" tambahnya.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Unair Kembangkan Herbal untuk Pengobatan Malaria , Demam Berdarah dan HIV

Posted: 19 Aug 2011 07:05 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Universitas Airlangga (Unair) Surabaya telah mengembangkan obat herbal untuk penyakit malaria, HIV, demam berdarah (DB), dan sebagainya.

"Kami sudah lama meneliti pengobatan herbal untuk berbagai penyakit dan tampaknya herbal kita ada potensi," kata Rektor Unair Prof H Fasich Apt di Surabaya, Jumat.

Ia mengemukakan hal itu terkait rencana kunjungan Menko Kesra Agung Laksono bersama Menkes dan Wamendiknas ke Rumah Sakit Airlangga (RSA) pada Minggu (21/8).

"RSA memang memiliki potensi sebagai pusat penyakit tropis nasional," katanya didampingi Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Achmad Syahrani, Direktur Sumber Daya Prof Fendy Suhariadi MT.Psi, Kepala Humas Unair Dr Mangestuti Agil Apt, dan Sekretaris Unair Hadi Subhan.

Menurut dia, penelitian tentang potensi herbal untuk obat yang dilakukan Unair sudah memiliki harapan, namun kebijakan nasional yang mendukung pengobatan herbal baru terlihat.
"Di masa lalu, kebijakan nasional masih serba kimiawi untuk pengobatan, padahal obat-obatan kimiawi memiliki resistensi akibat kuman, virus, atau parasit yang mulai kebal terhadap penyakit," katanya.

Oleh karena itu, katanya, Unair terpanggil untuk menawarkan potensi yang sudah dimiliki kepada pemerintah pusat untuk mendorong RSA sebagai pusat penyakit tropis dan pusat pengobatan herbal secara nasional.

"Untuk malaria dan HIV, obat herbal sudah ada harapan, karena penelitian kami sudah sampai pada uji klinis, sehingga kurang empat tahap lagi bisa digunakan untuk obat yang diproduksi secara massal," katanya.

Untuk demam berdarah, katanya, obat herbal masih dalam tahap laboratoris atau masih lama untuk mencapai uji klinis. "Yang sudah terbukti dan diproduksi adalah KB pria menggunakan tanaman gandarusa," kata guru besar Fakultas Farmasi (FF) Unair Surabaya itu.

Sebagai pusat pengobatan penyakit tropis dan pengobatan herbal, katanya, Unair sudah memiliki potensi, karena Unair memiliki empat penunjang yakni RSA, pusat penyakit tropis (TDC), rumah sakit tropis, dan BSL-3 (laboratorium untuk HIV/AIDS).
Nazaruddin

Dalam kesempatan itu, Direktur Sumber Daya Unair Prof Fendy Suhariadi MT.Psi membantah keterlibatan Unair dalam proyek Rumah Sakit Tropis di kompleks kampus C Unair yang disebut-sebut terkait dengan M Nazaruddin (tersangka kasus suap Wisma Atlet di Palembang).

"Kalau Rumah Sakit Airlangga di sebelah Rumah Sakit Tropis itu memang milik Unair, sedangkan Rumah Sakit Tropis itu milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Unair hanya menerimanya dalam bentuk hibah dari Kemenkes," katanya.

Artinya, Unair hanya tinggal menerima hibah itu untuk dikelola, sedangkan PT Buana Ramosari Gemilang sebagai pemenang tender pengadaan peralatan kesehatan Rumah Sakit Tropik yang terkait dengan jaringan M Nazaruddin itu tidak ada kaitan dengan Unair sama sekali.

Berdasarkan data di laman layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) Kementerian Kesehatan pada 2010, lelang pengadaan peralatan kesehatan dan laboratorium itu dimenangi PT Buana dengan nilai proyek Rp38,8 miliar.

Selain itu, PT Duta Graha Indah, yang salah satu petingginya, Muhammad El Idris, menjadi tersangka kasus suap Wisma atlet di Palembang, juga memenangi tender pengadaan jasa pemborongan pembangunan gedung RS Tropik Infeksi Unair senilai Rp97,8 miliar. "Proses tender itu diatur oleh Kementerian Kesehatan. Kami hanya terima hibah barang jadi," katanya.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan