ANTARA - Mancanegara |
Iran - IAEA sepakat lanjutkan pembicaraan soal nuklir Posted: 17 Jan 2013 07:05 PM PST Teheran (ANTARA News) - Iran dan Badan Pengawas Atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA), Kamis, sepakat melanjutkan pembicaraan soal kegiatan-kegiatan nuklir Iran di Teheran pada 12 Februari mendatang, kata televisi pemerintah. Pengumuman itu muncul setelah berlangsungnya perundingan dua hari antara tim pakar nuklir PBB dan para perunding Iran yang berakhir tanpa kesepakatan, demikian menurut seorang sumber diplomatik di Wina. Tim PBB yang dipimpin oleh kepala inspektur IAEA, Herman Nackaerts, dijadwalkan tiba kembali di Wina pada Jumat, kata sumber itu. Sumber lainnya, seorang diplomat Barat, mengatakan bahwa informasi terakhir yang ia dengar adalah bahwa "masih ada beberapa perbedaan". Televisi pemerintah Iran tidak memberikan rincian tentang pembicaraan itu. Pembicaraan tersebut menandai putaran kedua perundingan dalam waktu lebih dari sebulan antara para pakar IAEA dan perunding yang dipimpin oleh perwakilan Teheran untuk IAEA, Ali Asghar Soltanieh, demikian dilaporkan kantor berita ISNA. Para diplomat di Wina sebelumnya mengatakan bahwa mereka tidak menerima tanda-tanda dari IAEA apakah ada kemajuan nyata dari pertemuan di Iran, yang merupakan pertemuan terkini dalam satu tahun dalam upaya kedua belah pihak mencapai kesepakatan. "Pada saat ini, kami tidak ingin berspekulasi tentang apa maksud perpanjangan (pertemuan) di hari kedua," kata seorang diplomat Barat, yang tidak mau disebutkan jati dirinya. IAEA menolak untuk memberikan komentar soal pertemuan. ISNA melaporkan bahwa "pembahasan-pembahasan teknis" hari Rabu dipusatkan untuk menemukan sebuah "penyelesaian terhadap berbagai masalah dan pertanyaan yang diajukan oleh IAEA". Nackerts, dalam pernyataan yang diberikannya pada Selasa sebelum ia berangkat ke Teheran, mendesak Iran untuk bersikap "konstruktif". Ia juga menyatakan kembali "harapan" bahwa Iran akan memberikan akses bagi IAEA untuk mengunjungi Parchin, yaitu pangkalan militer di dekat Teheran yang dicurigai IAEA melakukan percobaan bahan peledak yang bisa menyulut sebuah senjata nuklir. Harapan Pada pertengahan Desember, IAEA gagal mencapai kesepakatan bagi sebuah "pendekatan terstruktur" yang harus diperhatikan Iran, yang disebut badan atom tersebut sebagai bukti "menyeluruh, kredibel" adanya penelitian senjata nuklir yang berlangsung hingga tahun 2003 --dan mungkin sejak saat itu. Iran secara tegas membantah memiliki bom atom seperti yang dicari-cari. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, mengatakan pemerintah berharap dapat mencapai kesepakatan yang komprehensif dengan IAEA pada Rabu. Namun, itu hanya akan memungkinkan jika IAEA mengakui "hak-hak nuklir" Iran," katanya. (T008/A011) |
Mantan PM Jepang minta maaf atas kejahatan era-perang di China Posted: 17 Jan 2013 06:55 PM PST Nanjing (ANTARA News) - Mantan Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama pada Kamis meminta maaf atas kejahatan perang Jepang di China dan menyatakan harapannya bahwa tragedi itu tidak akan terulang. Hatoyama membuat pernyataan itu saat mengunjungi Gedung Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh penyerbu Jepang di kota China timur Nanjing. Hatoyama adalah mantan perdana menteri ketiga Jepang yang mengunjungi gedung peringatan itu setelah Tomiichi Murayama dan Toshiki Kaifu. Selama kunjungan, dia sering berhenti untuk memberikan penghormatan kepada foto-foto atau sisa-sisa korban Pembantaian Nanjing, yang dilakukan oleh tentara Jepang pada di akhir tahun 1930-an. Hatoyama mengangguk pada saat Zhu Chengshan, ketua gedung peringatan itu mengatakan kepadanya bahwa itu adalah fakta yang tak terbantahkan, seperti yang dinyatakan dalam putusan dari Tokyo dan bela diri di pengadilan Nanjing, bahwa penjajah Jepang menewaskan lebih dari 300.000 orang di Nanjing. "Pemerintah Jepang telah membuat jelas ketika menandatangani Perjanjian San Francisco tahun 1951 bahwa ia menerima vonis dari Mahkamah Militer Internasional Timur Jauh dan putusan-putusan lain mengenai kejahatan perang," kata Zhu. Setelah melihat slogan yang terbaca, "Untuk mengingat pelajaran sejarah Nanjing, tetapi bukan untuk balas dendam, dan mencari perdamaian dunia yang abadi untuk cinta yang besar," Hatoyama mengatakan kata-kata itu menyentuh hatinya dan dia berharap bahwa semua orang akan bekerja keras untuk perdamaian. "Setelah pohon perdamaian yang saya tanam mekar dan berbuah, saya akan kembali lagi," katanya pada akhir kunjungan dua jam ketika ia menanam pohon ginkgo di sebuah taman. Hatoyama, 66 tahun, menjabat sebagai perdana menteri Jepang antara September 2009 dan Juni 2010.
|
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan