Ahad, 9 Disember 2012

Republika Online

Republika Online


SBY: Penegak Hukum Harus Jauhi Politik

Posted: 09 Dec 2012 11:32 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedikit menyindir para penegak hukum. Terutama mereka yang terjebak pada diskursus politik.

"Para penegak hukum juga harus mencegah untuk tidak masuk dalam diskursus politik di dalam tugasnya," katanya saat memberikan sambutan dalam puncak peringatan Hari Anti Korupsi dan Hari HAM se-Dunia di Istana Negara, Senin (10/12).

Ia meminta agar para penegak hukum dan publik pun bisa belajar untuk memilah wilayah penegakan hukum dan wilayah politik.

Hukum, lanjutnya, berkaitan dengan kebenaran dan keadilan. Sedangkan politik bagaimana pun tidak bebas dari kepentingan dan kekuasaan. Karena perbedaan itulah, Presiden SBY meminta tidak ada pencampuradukkan antara keduanya.

"Mari kita berikan kepercayaan kepada penegak hukum untuk melaksanakan tugasnya. Tanpa gangguan politik apapun. Berikan kepercayaan dan berikan ruang kepada penegak hkukm untuk menjalankan tugasnya," katanya.

Tak hanya itu, ia juga menyindir agar para penegak bisa memberikan penjelasan hukum secara gamblang kepada masyarakat. Mereka juga diminta agar memberikan penjelasan yang proporsional dan profesional.

"Berikan penjelasan kepada rakyat secara proporsional dan professional. Segamblang-gamblangnya agar masyarakat sungguh mengerti duduk persoalannya. Gamblang, jelas, dan tidak mengambang," katanya.

Menurutnya, jangan sampai aparat penegak hukum memberikan pernyataan yang bisa menimbulkan persepsi dan tafsiran yang bervariasi di tengah masyarakat. Karena, pernyataan yang salah ataupun tidak jelas memberikan dampak dan penghakiman pada orang yang diduga terjerat satu kasus padahal yang bersangkutan belum dinyatakan bersalah.

"Please, toling, berikan penjelasan yang gamblang, utuh, dan logis. Ingat mereka yang telah dijadikan tersangka itu punya keluarga, istri, dan sahabat. Berikan penjelasan," katanya. 

Bakrie Terancam Hengkang dari Berau Coal

Posted: 09 Dec 2012 11:29 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) sekarang menjadi boneka emas yang diperebutkan oleh Keluarga Bakrie, Samin Tan, dan Nathaniel Rothschild. Siapa kawan? Siapa lawan? masih terlihat abu-abu sampai saat ini.

Sepekan terakhir Bumi Plc kembali mengalami kontraksi. Itu tak hanya sekali, tapi beberapa kali. Diawali dengan pengunduran diri Direktur sekaligus Wakil Komisaris Utama Bumi Plc, Indra Bakrie. Padahal, rencana proposal cerai yang ditawarkannya kepada komisaris Bumi Plc, Samin Tan, dua bulan lalu masih belum berujung titik temu. 

Berikutnya perusahaan jasa keamanan informasi yang berbasis di London, Context, menyajikan dokumen hasil penyelidikan bahwa komputer milik Samin Tan, komisaris Bumi Plc, telah disusupi pihak-pihak tertentu. Mereka berniat mencuri data-data penting terkait Samin Tan dan Bumi Plc.

Itu belum selesai. UK Take Over Panel, juga bersikeras mengaudit Grup Bakrie, Grup Recapital, dan PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN) yang merupakan perusahaan milik Samin Tan. Jika UK Take Over Panel menemukan adanya hubungan afiliasi antara ketiganya, maka hak voting mereka akan berkurang. Artinya, Bakrie dan Samin Tan tak punya cukup taring untuk menentukan nasib Berau Coal. Justru, keputusan penentuan itu akan diambil oleh kelompok pemegang saham minoritas berbendera asing yang digawangi oleh Rothschild.

Jajaran pemegang saham minoritas Bumi Plc di London bersepakat untuk mempertahankan kepemilikan dominan Bumi Plc terhadap Berau Coal. Siapa saja mereka? adalah Rothschild, Schroder Investment Management Ltd, Standard Life Investments, the Abu Dhabi Investment Council, Artemis Investment Management LLP, dan Taube Hodson Stonex Partners LLP. 

Rothschild bahkan mendapat suntikan dana dari Prabowo Subianto dan Hashim Djojohadikusumo, anak begawan ekonomi Indonesia, Sumitro Djojohadikusumo. Rothschild dan pemegang saham minoritas sudah mengantongi 25 persen suara untuk memblokir kesempatan Bakrie menarik atau membeli saham Berau Coal ke pangkuan perusahaannya.

Senior Vice President Grup Bakrie, Christopher K Fong menyatakan, saat ini pihaknya tak ingin berspekulasi tentang hasil akhir persaingan tersebut. "Kami harap Bumi Resources tetap menjadi milik Bakrie. Sedangkan tawaran kompetitif Berau Coal akan tetap menjadi harapan besar bagi seluruh pemegang saham," ujarnya, dikutip dari Wall Street Journal, Senin (10/12).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan