KOMPAS.com - Nasional |
Inilah Kronologi Penahanan Tiga Wartawan Indonesia oleh PDM Posted: 11 May 2012 07:57 AM PDT JAKARTA, KOMPAS.com — Empat wartawan Indonesia, yaitu Ilham Khoiri (Harian Kompas), Zen Teguh Triwibowo (Harian Seputar Indonesia), Muhammad Fauzi (Harian Media Indonesia), dan Sri Muryono (LKBN Antara), ditugaskan untuk ikut rombongan delegasi Tim Penelusuran Penembakan Tiga Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia pada 7-10 Mei 2012. Delegasi dipimpin anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Farouk Muhammad, dengan anggota terdiri dari: anggota DPD dari Kepulauan Riau, Hardi Selamat Hood (Ketua Komite III DPD); anggota DPD dari Sumatera Utara, Parlindungan Purba; dan Kabag Protokoler DPD, Mahyu Darma. Ikut serta pula, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ifdhal Kasim; anggota Komnas HAM, Ridha Saleh; dan Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Penegakan HAM Komnas HAM Sriyana. Delegasi ditugaskan untuk menelusuri kasus penembakan tiga TKI asal Pringgasela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yaitu Abdul Kadir Jaelani (25), Herman (34), dan Mad Noor (28), yang ditembak Polis Diraja Malaysia, 24 Maret lalu. Pemerintah Malaysia mengklaim ketiga orang itu dipergoki saat hendak merampok dan melawan petugas saat disergap sehingga ditembak mati di kawasan Port Dickson, Negeri Sembilan. Senin, 7 Mei 2012 Sekitar pukul 20.00 waktu setempat: delegasi tiba di Kuala Lumpur, Malaysia. Selasa, 8 Mei 2012 Sekitar pukul 10.00: delegasi berdialog dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur. Sekitar pukul 16.00: delegasi dipecah dua. Sebagian mengunjungi Wildan, kerabat korban penembakan, di Sremban, Negeri Sembilan. Sebagian lagi mengunjungi TKI asal NTB di Slimeriver, Perak. Rabu, 9 Mei 2012 Sekitar pukul 10.00: empat wartawan ke Dewan Negara (semacam DPD di Malaysia), meliput pertemuan dan mengikuti konferensi pers delegasi DPD seusai bertemu dengan Yang Dipertuan Dewan Negara Tan Sri Abu Zahar bin Nika Ujang. Dalam kesempatan itu, wartawan juga melakukan wawancara dengan Senator Dewan Negara Prof Dato Dr Firdaus Abdullah Sekitar pukul 11.30: empat wartawan meliput pertemuan delegasi Indonesia dengan Suruhanjaya Hak Asasi Manusia (Suhakam) atau semacam Komnas HAM di Malaysia. Sekitar pukul 14.00: digelar konferensi pers Suhakam bersama Komnas HAM, delegasi DPD, dan KBRI. Ada penjelasan bahwa Suhakam berencana meninjau lokasi penembakan tiga TKI di Port Dickson, Negeri Sembilan. Sekitar pukul 15.00: delegasi kembali ke Hotel Dorsett Regency di kawasan Bukit Bintang, Malaysia, termasuk empat wartawan. Sekitar pukul 15.00: tiga wartawan, yaitu Ilham Khoiri (Harian Kompas), Zen Teguh Triwibowo (Harian Seputar Indonesia), dan Muhammad Fauzi (Harian Media Indonesia), sepakat untuk melihat lokasi penembakan tiga TKI di Port Dickson. Sri Muryono (LKBN Antara) tidak ikut ke lokasi. Ilham Khoiri menghubungi kawannya, mahasiswa di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), minta ditemani ke Port Dickson, juga minta dicarikan teman yang punya mobil untuk mengantar. Sekitar pukul 15.00: mahasiswa tersebut menyanggupi mencari mobil. Sekitar pukul 16.25: dua mahasiswa datang dengan satu mobil tiba di hotel. Sekitar pukul 16.30: Ilham Khoiri, Zen Teguh, dan Muhammad Fauzi bersama dua mahasiswa berangkat dengan satu mobil ke Port Dickson menuju lokasi penembakan TKI. Rombongan berusaha bergegas menuju lokasi penembakan agar bisa mengejar rombongan Suhakam Malaysia. Selama dalam perjalanan, rombongan beberapa kali tersesat (salah jalan) karena ketidaktahuan lokasi pasti penembakan. Sempat tanya beberapa warga untuk mencapai lokasi. Sekitar pukul 18.10: tiba di Tampin Kanan, Linggi, Port Dickson. Tiga wartawan berupaya mencari tahu lokasi pasti penembakan (tempat kejadian perkara/TKP). Rombongan melihat ada sebuah rumah besar berpagar besi yang terlihat mencolok di tepi jalan di antara perkebunan sawit dan karet. Halamannya luas, terlihat ada mobil dan motor. Karena tak ada rumah lain di kawasan itu, wartawan mencoba bertamu ke rumah tersebut dengan mengetuk-ketuk pagar dan mengucap salam berulang kali. Para wartawan berharap ada orang yang bisa diajak bicara untuk menunjukkan di mana persisnya lokasi penembakan tiga TKI, tetapi tidak ada respons. Dua mahasiswa menunggu di jalan. Melihat pagar tidak terkunci dan terbuka sedikit, ketiga wartawan mengucapkan salam, kemudian masuk ke halaman dan mencapai teras. Wartawan kembali mengucap salam berulang-ulang dan mengetuk pintu berteralis besi. Dari pintu yang sedikit terbuka, terlihat seorang pria tidur di sofa ruang tamu. Televisi di ruang itu menyala dengan volume suara keras. Saat mengetuk sambil mengucapkan salam untuk kesekian kalinya, pria tersebut bangun. Dengan raut muka terkejut, dia spontan bertanya dari mana asal wartawan. Zen Teguh menjawab, "Kami dari KL." Pria tadi lantas masuk ke dalam. Para wartawan menunggu di teras, berharap pria tersebut segera keluar dan menemui. Sekitar pukul 18.20: terdengar pria tersebut menelepon. Belakangan diketahui dia menelepon polisi. Sebab, tak lama setelah itu, datang satu mobil patroli polisi. Tiga polisi berpakaian dinas keluar dan menginterogasi dari mana asal dan apa keperluan para wartawan hadir di tempat itu. Setelah mengetahui bahwa yang dihadapinya jurnalis, mereka segera meminta paspor dan kartu pers. Pendataan identitas pun dilakukan. Namun, sesaat kemudian, hal itu dihentikan. Para polisi memerintahkan wartawan dan mahasiswa menuju Balai Polis (semacam Polsek) Linggi. Sekitar pukul 18.30: tiba di Balai Polis Linggi. Tiga wartawan dan dua mahasiswa dimintai keterangan. Semua paspor diambil dan difotokopi. Satu mahasiswa menunjukkan kartu mahasiswa karena kebetulan saat itu dia tidak membawa paspor. Tiga wartawan menjelaskan secara rinci kegiatan jurnalistik di Malaysia. Mereka datang sebagai bagian dari rombongan Tim Pencari Fakta Kasus Penembakan Tiga TKI. Dijelaskan pula, kedatangan ke Tampin Kanan, Linggi, adalah hendak memastikan lokasi penembakan tersebut. Para wartawan menyatakan, mereka sebenarnya berusaha mengejar Suhakam yang mendatangi lokasi terlebih dahulu, tetapi terlambat. Adapun dua mahasiswa diminta tolong mengantar saja. Atas penjelasan tersebut, petugas Balai Polis Linggi terus berkoordinasi dengan atasannya melalui telepon. Hal itu dilakukan berkali-kali. Akhirnya, muncul keputusan para wartawan dan mahasiswa disuruh menunggu, dengan alasan ada petugas dari kepolisian Port Dickson (semacam Polres) yang akan memeriksa. Para wartawan pun menunggu. Wartawan memberitahukan kepada masing-masing medianya di Jakarta soal pemeriksaan polisi di Malaysia. Ilham Khoiri memberitahukan peristiwa pemeriksaan wartawan di Linggi itu kepada KBRI di Kuala Lumpur dan kepada delegasi dari DPD dan Komnas HAM Indonesia. Sekitar pukul 20.30: polisi dari Port Dickson datang. Pemeriksaan paspor kembali dilakukan. Setelah itu para wartawan dan mahasiswa diperintahkan ikut ke kantor polisi IPD Port Dickson. Sekitar pukul 21.00: wartawan dan mahasiswa menuju Port Dickson. Dua polisi mengawal dengan ikut masuk di dalam mobil yang ditumpangi wartawan dan mahasiswa. Sekitar pukul 21.40: rombongan tiba markas polisi Port Dickson. Tiga wartawan dan dua mahasiswa dimintai keterangan ulang oleh anggota polisi setempat, dicek paspornya. Di sela-sela itu, polisi menanyakan apakah para wartawan sudah makan. Karena memang belum makan, mereka dibelikan nasi goreng dan air kemasan. Setelah menyantap makanan, pemeriksaan dilanjutkan. Kali ini, dilakukan pemberkasan atau dokumentasi keterangan. Setiap orang dibawa ke ruang penyidikan secara terpisah. Masing-masing yang diperiksa kemudian diminta tanda tangan di kertas berkas tersebut. Keterangan tentang kronologi peristiwa kedatangan di lokasi penembakan tiga TKI di Linggi. Sekitar pukul 23.00: Atase Kepolisian KBRI Komisaris Besar Benny Iskandar dan Heru (Bagian Perlindungan) dari KBRI tiba di Port Dickson. Tiga wartawan dan mahasiswa dikumpulkan di ruang pertemuan kantor polisi Port Dickson untuk mengikuti pengarahan. Pertemuan dipimpin Ketua Jabatan Siasat Jenayat Negeri Sembilan ICP Hamdan bin Majid. Hadir juga sejumlah pejabat polisi setempat. Hamdan bin Majid menjelaskan, tidak ada penangkapan atau penahanan atas tiga wartawan dan dua mahasiswa Indonesia. Kelima orang itu hanya diperiksa untuk didokumentasi sesuai prosedur resmi kepolisian. Dia juga menerangkan, tindakan tiga wartawan memasuki pekarangan rumah orang tanpa izin melanggar hukum pidana Malaysia. Pelanggaran diancam penjara tiga tahun atau denda 5.000 ringgit. Namun, polisi tidak menerapkan pasal itu karena ketiga wartawan itu memiliki identitas yang jelas. Hamdan menyatakan, setelah pemberkasan selesai, tiga wartawan dan dua mahasiswa diperbolehkan pulang bersama perwakilan KBRI. Benny Iskandar mengungkapkan penghargaan atas kerja sama Polis Diraja Malaysia dan meminta maaf atas peristiwa yang terjadi. Para wartawan menjelaskan, mereka datang ke Linggi, Port Dickson, untuk melihat langsung lokasi penembakan tiga TKI. Mereka hendak menyapa orang di dalam rumah untuk bertanya di mana persisnya lokasi penembakan. Itu dilakukan dengan memberikan salam dan mengetuk pintu. Tidak ada maksud untuk melanggar perundangan Malaysia. Sekitar pukul 00.30: setelah semua pemberkasan selesai, tiga wartawan dan dua mahasiswa meninggalkan kantor polisi Port Dickson dengan diiringi Benny Iskandar dan Heru. Sekitar pukul 02.00: rombongan tiba di KBRI dan disambut secara resmi oleh Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Mulya Wirana berserta jajaran atasenya. Mulya Wirana mengungkapkan kegembiraannya karena tiga wartawan dan dua mahasiswa sudah dilepaskan. Dia mengungkapkan, sejak menerima kabar peristiwa pemeriksaan para wartawan oleh Polis Diraja Malaysia, KBRI berusaha untuk melepaskan mereka secepatnya. Akhirnya, setelah melalui berbagai langkah, upaya itu berhasil. Sekitar pukul 03.00: tiga wartawan kembali ke hotel. Dua mahasiswa pulang ke rumah. Sekitar pukul 12.50: bersama delegasi dari Indonesia naik pesawat Garuda menuju Jakarta Sekitar pukul 13.45 (WIB): tiba di Bandara Soekarno-Hatta |
Inilah Kronologi Penahanan Tiga Wartawan Indonesia oleh PDRM Posted: 11 May 2012 07:42 AM PDT JAKARTA, KOMPAS.com — Empat wartawan Indonesia, yaitu Ilham Khoiri (Harian Kompas), Zen Teguh Triwibowo (Harian Seputar Indonesia), Muhammad Fauzi (Harian Media Indonesia), dan Sri Muryono (LKBN Antara), ditugaskan untuk ikut rombongan delegasi Tim Penelusuran Penembakan Tiga Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia pada 7-10 Mei 2012. Delegasi dipimpin anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Farouk Muhammad, dengan anggota terdiri dari: anggota DPD dari Kepulauan Riau, Hardi Selamat Hood (Ketua Komite III DPD); anggota DPD dari Sumatera Utara, Parlindungan Purba; dan Kabag Protokoler DPD, Mahyu Darma. Ikut serta pula, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ifdhal Kasim; anggota Komnas HAM, Ridha Saleh; dan Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Penegakan HAM Komnas HAM Sriyana. Delegasi ditugaskan untuk menelusuri kasus penembakan tiga TKI asal Pringgasela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yaitu Abdul Kadir Jaelani (25), Herman (34), dan Mad Noor (28), yang ditembak Polis Diraja Malaysia, 24 Maret lalu. Pemerintah Malaysia mengklaim ketiga orang itu dipergoki saat hendak merampok dan melawan petugas saat disergap sehingga ditembak mati di kawasan Port Dickson, Negeri Sembilan. Senin, 7 Mei 2012 Sekitar pukul 20.00 waktu setempat: delegasi tiba di Kuala Lumpur, Malaysia. Selasa, 8 Mei 2012 Sekitar pukul 10.00: delegasi berdialog dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur. Sekitar pukul 16.00: delegasi dipecah dua. Sebagian mengunjungi Wildan, kerabat korban penembakan, di Sremban, Negeri Sembilan. Sebagian lagi mengunjungi TKI asal NTB di Slimeriver, Perak. Rabu, 9 Mei 2012 Sekitar pukul 10.00: empat wartawan ke Dewan Negara (semacam DPD di Malaysia), meliput pertemuan dan mengikuti konferensi pers delegasi DPD seusai bertemu dengan Yang Dipertuan Dewan Negara Tan Sri Abu Zahar bin Nika Ujang. Dalam kesempatan itu, wartawan juga melakukan wawancara dengan Senator Dewan Negara Prof Dato Dr Firdaus Abdullah Sekitar pukul 11.30: empat wartawan meliput pertemuan delegasi Indonesia dengan Suruhanjaya Hak Asasi Manusia (Suhakam) atau semacam Komnas HAM di Malaysia. Sekitar pukul 14.00: digelar konferensi pers Suhakam bersama Komnas HAM, delegasi DPD, dan KBRI. Ada penjelasan bahwa Suhakam berencana meninjau lokasi penembakan tiga TKI di Port Dickson, Negeri Sembilan. Sekitar pukul 15.00: delegasi kembali ke Hotel Dorsett Regency di kawasan Bukit Bintang, Malaysia, termasuk empat wartawan. Sekitar pukul 15.00: tiga wartawan, yaitu Ilham Khoiri (Harian Kompas), Zen Teguh Triwibowo (Harian Seputar Indonesia), dan Muhammad Fauzi (Harian Media Indonesia), sepakat untuk melihat lokasi penembakan tiga TKI di Port Dickson. Sri Muryono (LKBN Antara) tidak ikut ke lokasi. Ilham Khoiri menghubungi kawannya, mahasiswa di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), minta ditemani ke Port Dickson, juga minta dicarikan teman yang punya mobil untuk mengantar. Sekitar pukul 15.00: mahasiswa tersebut menyanggupi mencari mobil. Sekitar pukul 16.25: dua mahasiswa datang dengan satu mobil tiba di hotel. Sekitar pukul 16.30: Ilham Khoiri, Zen Teguh, dan Muhammad Fauzi bersama dua mahasiswa berangkat dengan satu mobil ke Port Dickson menuju lokasi penembakan TKI. Rombongan berusaha bergegas menuju lokasi penembakan agar bisa mengejar rombongan Suhakam Malaysia. Selama dalam perjalanan, rombongan beberapa kali tersesat (salah jalan) karena ketidaktahuan lokasi pasti penembakan. Sempat tanya beberapa warga untuk mencapai lokasi. Sekitar pukul 18.10: tiba di Tampin Kanan, Linggi, Port Dickson. Tiga wartawan berupaya mencari tahu lokasi pasti penembakan (tempat kejadian perkara/TKP). Rombongan melihat ada sebuah rumah besar berpagar besi yang terlihat mencolok di tepi jalan di antara perkebunan sawit dan karet. Halamannya luas, terlihat ada mobil dan motor. Karena tak ada rumah lain di kawasan itu, wartawan mencoba bertamu ke rumah tersebut dengan mengetuk-ketuk pagar dan mengucap salam berulang kali. Para wartawan berharap ada orang yang bisa diajak bicara untuk menunjukkan di mana persisnya lokasi penembakan tiga TKI, tetapi tidak ada respons. Dua mahasiswa menunggu di jalan. Melihat pagar tidak terkunci dan terbuka sedikit, ketiga wartawan mengucapkan salam, kemudian masuk ke halaman dan mencapai teras. Wartawan kembali mengucap salam berulang-ulang dan mengetuk pintu berteralis besi. Dari pintu yang sedikit terbuka, terlihat seorang pria tidur di sofa ruang tamu. Televisi di ruang itu menyala dengan volume suara keras. Saat mengetuk sambil mengucapkan salam untuk kesekian kalinya, pria tersebut bangun. Dengan raut muka terkejut, dia spontan bertanya dari mana asal wartawan. Zen Teguh menjawab, "Kami dari KL." Pria tadi lantas masuk ke dalam. Para wartawan menunggu di teras, berharap pria tersebut segera keluar dan menemui. Sekitar pukul 18.20: terdengar pria tersebut menelepon. Belakangan diketahui dia menelepon polisi. Sebab, tak lama setelah itu, datang satu mobil patroli polisi. Tiga polisi berpakaian dinas keluar dan menginterogasi dari mana asal dan apa keperluan para wartawan hadir di tempat itu. Setelah mengetahui bahwa yang dihadapinya jurnalis, mereka segera meminta paspor dan kartu pers. Pendataan identitas pun dilakukan. Namun, sesaat kemudian, hal itu dihentikan. Para polisi memerintahkan wartawan dan mahasiswa menuju Balai Polis (semacam Polsek) Linggi. Sekitar pukul 18.30: tiba di Balai Polis Linggi. Tiga wartawan dan dua mahasiswa dimintai keterangan. Semua paspor diambil dan difotokopi. Satu mahasiswa menunjukkan kartu mahasiswa karena kebetulan saat itu dia tidak membawa paspor. Tiga wartawan menjelaskan secara rinci kegiatan jurnalistik di Malaysia. Mereka datang sebagai bagian dari rombongan Tim Pencari Fakta Kasus Penembakan Tiga TKI. Dijelaskan pula, kedatangan ke Tampin Kanan, Linggi, adalah hendak memastikan lokasi penembakan tersebut. Para wartawan menyatakan, mereka sebenarnya berusaha mengejar Suhakam yang mendatangi lokasi terlebih dahulu, tetapi terlambat. Adapun dua mahasiswa diminta tolong mengantar saja. Atas penjelasan tersebut, petugas Balai Polis Linggi terus berkoordinasi dengan atasannya melalui telepon. Hal itu dilakukan berkali-kali. Akhirnya, muncul keputusan para wartawan dan mahasiswa disuruh menunggu, dengan alasan ada petugas dari kepolisian Port Dickson (semacam Polres) yang akan memeriksa. Para wartawan pun menunggu. Wartawan memberitahukan kepada masing-masing medianya di Jakarta soal pemeriksaan polisi di Malaysia. Ilham Khoiri memberitahukan peristiwa pemeriksaan wartawan di Linggi itu kepada KBRI di Kuala Lumpur dan kepada delegasi dari DPD dan Komnas HAM Indonesia. Sekitar pukul 20.30: polisi dari Port Dickson datang. Pemeriksaan paspor kembali dilakukan. Setelah itu para wartawan dan mahasiswa diperintahkan ikut ke kantor polisi IPD Port Dickson. Sekitar pukul 21.00: wartawan dan mahasiswa menuju Port Dickson. Dua polisi mengawal dengan ikut masuk di dalam mobil yang ditumpangi wartawan dan mahasiswa. Sekitar pukul 21.40: rombongan tiba markas polisi Port Dickson. Tiga wartawan dan dua mahasiswa dimintai keterangan ulang oleh anggota polisi setempat, dicek paspornya. Di sela-sela itu, polisi menanyakan apakah para wartawan sudah makan. Karena memang belum makan, mereka dibelikan nasi goreng dan air kemasan. Setelah menyantap makanan, pemeriksaan dilanjutkan. Kali ini, dilakukan pemberkasan atau dokumentasi keterangan. Setiap orang dibawa ke ruang penyidikan secara terpisah. Masing-masing yang diperiksa kemudian diminta tanda tangan di kertas berkas tersebut. Keterangan tentang kronologi peristiwa kedatangan di lokasi penembakan tiga TKI di Linggi. Sekitar pukul 23.00: Atase Kepolisian KBRI Komisaris Besar Benny Iskandar dan Heru (Bagian Perlindungan) dari KBRI tiba di Port Dickson. Tiga wartawan dan mahasiswa dikumpulkan di ruang pertemuan kantor polisi Port Dickson untuk mengikuti pengarahan. Pertemuan dipimpin Ketua Jabatan Siasat Jenayat Negeri Sembilan ICP Hamdan bin Majid. Hadir juga sejumlah pejabat polisi setempat. Hamdan bin Majid menjelaskan, tidak ada penangkapan atau penahanan atas tiga wartawan dan dua mahasiswa Indonesia. Kelima orang itu hanya diperiksa untuk didokumentasi sesuai prosedur resmi kepolisian. Dia juga menerangkan, tindakan tiga wartawan memasuki pekarangan rumah orang tanpa izin melanggar hukum pidana Malaysia. Pelanggaran diancam penjara tiga tahun atau denda 5.000 ringgit. Namun, polisi tidak menerapkan pasal itu karena ketiga wartawan itu memiliki identitas yang jelas. Hamdan menyatakan, setelah pemberkasan selesai, tiga wartawan dan dua mahasiswa diperbolehkan pulang bersama perwakilan KBRI. Benny Iskandar mengungkapkan penghargaan atas kerja sama Polis Diraja Malaysia dan meminta maaf atas peristiwa yang terjadi. Para wartawan menjelaskan, mereka datang ke Linggi, Port Dickson, untuk melihat langsung lokasi penembakan tiga TKI. Mereka hendak menyapa orang di dalam rumah untuk bertanya di mana persisnya lokasi penembakan. Itu dilakukan dengan memberikan salam dan mengetuk pintu. Tidak ada maksud untuk melanggar perundangan Malaysia. Sekitar pukul 00.30: setelah semua pemberkasan selesai, tiga wartawan dan dua mahasiswa meninggalkan kantor polisi Port Dickson dengan diiringi Benny Iskandar dan Heru. Sekitar pukul 02.00: rombongan tiba di KBRI dan disambut secara resmi oleh Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Mulya Wirana berserta jajaran atasenya. Mulya Wirana mengungkapkan kegembiraannya karena tiga wartawan dan dua mahasiswa sudah dilepaskan. Dia mengungkapkan, sejak menerima kabar peristiwa pemeriksaan para wartawan oleh Polis Diraja Malaysia, KBRI berusaha untuk melepaskan mereka secepatnya. Akhirnya, setelah melalui berbagai langkah, upaya itu berhasil. Sekitar pukul 03.00: tiga wartawan kembali ke hotel. Dua mahasiswa pulang ke rumah. Sekitar pukul 12.50: bersama delegasi dari Indonesia naik pesawat Garuda menuju Jakarta Sekitar pukul 13.45 (WIB): tiba di Bandara Soekarno-Hatta |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan