Jumaat, 11 Mei 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


AL Perancis Memodernisasi Armada Rafale

Posted: 11 May 2012 04:33 PM PDT

Kekuatan Tempur

AL Perancis Memodernisasi Armada Rafale

Dahono Fitrianto | Agus Mulyadi | Jumat, 11 Mei 2012 | 23:33 WIB

Wikimedia Commons/US Navy/Specialist 3rd Class Ricardo J. Reyes

Pesawat Rafale-M milik Perancis yang dioperasikan dari kapal induk.

PARIS, KOMPAS.com — Dinas perawatan dan perbaikan sarana militer Perancis (SIAe) dilaporkan telah memulai pekerjaan memodernisasi 10 pesawat Rafale-M, yang dioperasikan Angkatan Laut Perancis. Pesawat-pesawat tersebut akan ditingkatkan kemampuannya untuk memenuhi standar F3 (France 3).

Demikian diungkapkan majalah pertahanan Jane's Defence Weekly (JDW) edisi 2 Mei 2012. Menurut JDW, pengerjaan modernisasi itu dilakukan di fasilitas L'Atelier Industriel de L'Aeronautique (AIA) di Clermont-Ferrand, Perancis, sejak 23 April.

Kesepuluh pesawat tersebut adalah pesawat-pesawat Rafale pertama yang dikirim ke AL Perancis pada tahun 2000-an, dan masih memiliki spesifikasi F1. Dengan biaya 300 juta euro, pesawat-pesawat ini akan di-upgrade menjadi standar F3.

Dengan standar spesifikasi baru ini, Rafale tersebut akan mampu menjalankan misi pertempuran antikapal permukaan (ASuW) dengan rudal antikapal Exocet MBDA AM39 (Block 2 Mod 2) dan misi pengintaian dengan modul pengintai Thales Reco-NG.

Selain itu, Rafale standar F3 ini juga akan memiliki kemampuan serang nuklir dengan membawa rudal ASMP-A (Air-Sol Moyenne Portee-Ameliore). Proses modernisasi akan berlangsung sampai tahun 2012-2017.

Perancis Sesalkan Keputusan Inggris Pilih F-35B

Posted: 11 May 2012 04:32 PM PDT

Kerja Sama Militer

Perancis Sesalkan Keputusan Inggris Pilih F-35B

Dahono Fitrianto | Agus Mulyadi | Jumat, 11 Mei 2012 | 23:32 WIB

jsf.mil

Pesawat F-35B bisa mendarat secara vertikal tanpa bantuan kabel penahan di geladak kapal induk kecil.

PARIS, KOMPAS.com — Pemerintah Perancis, Jumat (11/5/2012), menyesalkan keputusan Inggris memilih varian pesawat F-35B untuk melengkapi kapal induk terbarunya.

Keputusan itu memengaruhi interoperabilitas kapal induk Perancis dan Inggris sehingga mengancam kerja sama militer kedua negara di masa depan.

"Pilihan ini mengancam akan membatasi kerja sama penerbangan angkatan laut kedua negara, yang tentu saja kami sesalkan," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Bernard Valero.

Keputusan Inggris tersebut diumumkan hari Kamis (10/5/2012) dengan alasan penghematan anggaran. Sebelumnya, Inggris berencana membeli varian F-35C, yakni varian pesawat F-35 Lightning II buatan AS yang dirancang untuk lepas landas dan mendarat di kapal induk secara konvensional.

Dengan F-35C, Inggris perlu melengkapi kapal induknya dengan pelontar (ketapel) hidrolis dan kabel penahan untuk membantu pengereman pesawat saat mendarat, seperti yang dimiliki kapal-kapal induk Amerika Serikat. Tentu saja, perangkat itu harganya mahal.

Sementara dengan F-35B, yang berkemampuan unik mampu mendarat secara vertikal dan lepas landas dari landasan pendek (short take-off and vertical landing/STOVL), Inggris tak perlu melengkapi kapal induknya dengan pelontar dan kabel penahan. Artinya, biaya pembangunannya akan lebih hemat.

Masalahnya, dengan hilangnya dua perangkat itu dari kapal induk Inggris, pesawat-pesawat Perancis tak akan bisa beroperasi dari kapal Inggris. Pasalnya, Perancis masih mengandalkan pesawat tempur Dassault Rafale-M untuk melengkapi kapal induknya. Rafale-M, seperti F-35C, membutuhkan sistem pelontar dan kabel penahan untuk beroperasi dari kapal induk.

Padahal, kedua negara sepakat pada 2010 untuk bisa saling beroperasi di kapal induk masing-masing. Inggris saat ini sedang membuat dua kapal induk baru untuk memperkuat angkatan lautnya. (AFP/DHF)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan