Jumaat, 10 Februari 2012

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Naomi Watts perankan Lady Di

Posted: 09 Feb 2012 09:47 PM PST

Ilustarasi (theroyalforum.com)

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Aktris Naomi Watts akan memerankan sosok legendaris Inggris, Putri Diana, dalam film yang mengisahkan tentang dua tahun terakhir kehidupan glamor sang putri sebelum berakhir dengan tragis.

Rencana itu diungkap  Ecosse Films, Inggris pada Kamis waktu setempat dan diberitakan oleh Reuters.

Film yang berjudul "Caught in Flight" akan menjadi film layar lebar pertama tentang Diana yang tewas dalam kecelakaan tragis di Paris pada 1997. Kisah itu sudah beberapa kali dibuat namun untuk sinetron televisi terutama dari Amerika Serikat (AS).

Film terakhir Watts adalah "J.Edgar" dan film bernuansa politik "Fair Game". Watts yang lahir di Inggris Raya dan dibesarkan di Australia, mengatakan bahwa dirinya merasa tersanjung karena terpilih untuk peran itu.

"Ini adalah suatu kehormatan, dapat memerankan tokoh legendaris. Putri Diana begitu dicintai seluruh dunia dan saya tak sabar untuk segera memerankan peran ini di layar lebar," ujar aktris berusia 43 tahun itu.

Ecosse Films mengatakan bahwa film ini akan menceritakan rentetan kejadian selama dua tahun terakhir kehidupan Diana.

"Meraih kebahagiaan sejati untuk pertama kalinya menjadikan dia meraih sukses sebagai sosok yang terlibat dalam berbagai kampanye internasional dan kemanusiaan," ujar juru bicara Ecosse Films.

Media melaporkan bahwa film ini akan terfokus pada rahasia kehidupan asmara Putri Diana selama dua tahun terakhir dengan ahli bedah jantung, Hasnat Khan. Dia juga menjauh dan bercerai dengan putra mahkota Inggris Pangeran Charles.

"Caught in Flight" akan disutradari oleh Oliver Hirschbiegel, yang sebelumnya menggarap film "Downfall" .

Diana, yang lebih dikenal dengan gelar Princess of Wales, baru berusia 36 tahun saat tewas pada Agustus 1997.
(M048)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Garin ajarkan cara hadapi perbedaan lewat serial TV "Tim Bui"

Posted: 09 Feb 2012 10:27 AM PST

Sutradara Garin Nugroho. (FOTO ANTARA/Teresia May)

Tim Bui merupakan program pembangunan perdamaian melalui sepak bola, tak hanya sepak bola kita juga berbicara mengenai perbedaan dalam penjara,intoleransi pada wanita ,"

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Sutradara Garin Nugroho ingin menularkan cara menghadapi perbedaan dan resolusi konflik lewat serial televisi  "Tim Bui".

Serial tersebut akan segera tayang setiap hari Minggu mulai 19 Februari pukul 13.30 WIB s/d 14.00 WIB di Metro TV. "Tim Bui" menggabungkan kecintaan masyarakat pada olahraga sepak bola dan drama televisi. Serial dengan 13 episode ini berisi toleransi beragama, kerjasama tim dan resolusi konflik di masyarakat.

Serial tersebut adalah hasil kerjasama LSM internasional yang fokus dalam pembangunan perdamaian yaitu Search For Common Ground (SFCG)  dan SET. Film ini didanai oleh United Kingdom Department for International Development (DFID) dan pemerintah Australia melalui AusAID.

Direktur Asia SFCG Brian D.Hanley mengatakan Tim Bui adalah  revolusi drama televisi di Indonesia karena menawarkan kepada penonton sebuah alternatif mendidik dari pada program sinetron yang mendominasi pasar televisi.

"Tim Bui merupakan program pembangunan perdamaian melalui sepak bola, tak hanya sepak bola kita juga berbicara mengenai perbedaan dalam penjara,intoleransi pada wanita ," katanya dalam jumpa pers peluncuran serial itu di Jakarta,Kamis.

Serial ini mengambil setting disebuah lapas fiktif bernama Lawang Betung, tempat  dua geng berdasarkan suku yang selalu terlibat konflik. Pemain utama yang terlibat diantaranya adalah Agus Kuncoro sebagai kepala pembina lapas, Rio Alba sebagai Kepala keamanan lapas, Richard Alino dan Daffi Ariaga sebagai pemimpin geng,Aerly Ashyla sebagai kepala lapas dan Abby Gallaby sebagai putri Nina sang kalapas.

Garin Nugroho selaku direktur dari SET film mengemukakan penjara selalu dianggap sebagai muara dari beragam bentuk nilai yang bertentangan dengan demokratisasi .

"Penjara adalah miniatur persoalan Indonesia, jadi dia miniatur kebhinekaan miniatur konflik,dan sepak bola adalah ruang teaternya, kalau sepak bola tak pernah menang maka bangsa kita tak pernah menang, dan yang paling penting dari film ini adalah ini merupakan pendidikan untuk warga negara," ujar Garin.
(yud)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan