Khamis, 22 September 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Bayi Berkepala 2 Lahir di Majalaya

Posted: 22 Sep 2011 07:50 AM PDT

BANDUNG, KOMPAS.com - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung merawat seorang bayi perempuan berkepala dua yang terlahir dari pasangan Tuan A dan Nyonya T warga Desa Kampung Cilengkar RT 2 RW 12 Desa Karyalaksana Kecamatan Kabupaten Bandung, Jabar.

Kepala Humas RSHS Bandung dr Tengku Djumalasari, Kamis (22/9/2011), menjelaskan, bayi berkepala dua itu merupakan pasien rujukan dari RSUD Majalaya.

Bayi berbadan satu tapi berkepala dua ini merupakan anak kedua dari pasangan Tuan A dan Nyonya T.

Menurut dr Tengku Djumalasari, bayi yang memiliki bobot 4,3 kilogram itu lahir melalui proses operasi caesar pada Selasa (20/9/2011).

Hingga saat ini, bayi tersebut belum diberi nama dan masuk ke instalasi gawat darurat (IGD) RSHS Rabu (21/9/2011) pukul 12.30 WIB.

Dari IGD, bayi tersebut kemudian masuk ke ruang khusus perawatan bayi (NICU RSHS) pukul 13.24 WIB.

"Begini, dalam usia sehari bayi dirujuk ke sini," kata dr Tengku Djumalasari yang akrab disapa Mala ini.

Ia menuturkan, bayi berkepala dua tersebut temasuk kembar siam dan saat ini kondisi bayi cukup sehat dan stabil.  "Kondisi atau keadaan dua kepalanya juga aktif dan stabil," ujarnya.

Dikatakannya, kasus yang dialami bayi kembar dua kepala satu badan ini ini termasuk sangat spesial. "Terakhir kali RSHS menangani kasus serupa pada 90-an meski akhirnya meninggal.

Sebelumnya, RSHS juga menangani bayi kembar siam Wanda-Wandi yang hingga kini masih dirawat untuk menjalani operasi pemisahan," ujarnya.

Menurut dr Mala, saat ini pihaknya masih memeriksanya secara intensif oleh beberapa dokter spesialis.

Massal Gagal Mengemis

Posted: 22 Sep 2011 07:50 AM PDT

Lumpur Lapindo

Massal Gagal Mengemis

Anwar Hudijono | Marcus Suprihadi | Kamis, 22 September 2011 | 14:50 WIB

SIDOARJO, KOMPAS.com- Rencana warga korban lumpur Lapindo asal Desa Besuki, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (22/9/2011), melakukan aksi mengemis massal saat ada kunjungan Wakil Presiden Boediono ke waduk lumpur Lapindo gagal dilakukan.

Polisi melakukan blokade sangat kuatm, sehingga warga yang akan mengemis massal gagal keluar dari kampung mereka. Sejumlah wanita yang berhasil lolos dari blokade tetap tidak bisa melakukan aksinya karena dicegat polisi saat akan mengemis di jalan-jalan yang dilalui Wapres. Mereka juga gagal membentangkan spanduk di tanggul lumpur Lapindo.

Rencana aksi mengemis massal itu dilakukan pemilik sekitar 30 hektar sawah di Desa Besuki yang hancur akibat lumpur Lapindo. Petani hanya memperoleh uang ganti kegagalan panen sekali saja. Padahal sudah lebih lima tahun tanah itu tidak bisa ditanami lagi.

Status tanah itu pun hingga sekarang tidak jelas, apakah akan mendapat ganti rugi ataukah dibiarkan begitu saja oleh pemerintah.

"Kami sudah letih berjuang agar tanah kami ini mendapat ganti rugi, tetapi selalu kandas," ujar M Nur, salah seorang korban.

Rencana aksi ini digelar sebagai cara untuk menunjukkan pemerintah tentang nasib mereka yang tidak terurus. Semula aksi akan dilakukan di jalan-jalan yang dilalui Wapres seperti di Jalan Raya Porong, di jala desa Mindi dan Pajarakan. Tetapi karena kuatnya blokade polisi yang dibantu TNI, sehingga mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Jumlah aparat jauh lebih banyak dibanding jumlah mereka.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan