Kedepannya, Berhati-hatilah dalam Mengungkap Sejarah Posted: 25 Aug 2011 12:44 AM PDT JAKARTA – Sebagian masyarakat khususnya media massa terkecoh dengan pernyataan Ilyas Karim yang mengaku sebagai pengibar bendera pusaka pertama. Padahal, pria bercelana pendek dalam foto pengibaran tersebut diketahui bernama Suhud, bukan Ilyas Karim. Menanggapi kekeliruan ini, sejarawan Asvi Marwan Adam meminta kepada media massa untuk lebih teliti lagi kedepannya dalam memberitakan sejarah. Sebab, kesalahan dalam menampilkan berita dinilai Asvi akan membelokkan sejarah. "Yang salah itu adalah wartawan yang pertama kali menyiarkan bahwa Ilyas Karim adalah pengibar bendera pusaka pertama. Seharusnya, wartawan tersebut kroscek lagi kepada beberapa narasumber atau sejarawan untuk mencari tahu kebenarannya," kata Asvi saat berbincang dengan okezone, Kamis (25/8/2011). Asvi mengaku sudah meragukan kesaksian Ilyas Karim saat berdialog di salah satu stasiun televisi pada tahun lalu. Menurut dia, pernyataan Ilyas banyak yang bertentangan dengan sejarah. Baik saat perjalanan ke Rengasdengklok atau pun saat prosesi pengibaran bendera pusaka merah putih pertama kali. Namun, sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini mengaku keberatan jika sesuatu yang sudah diberikan pemerintah kepada Ilyas Karim diambil kembali karena kepalsuannya. Tetapi, pemerintah justru harus memberikan perhatian kepada veteran lain yang berjasa terhadap bangsa. "Apa yang sudah diberikan kepada Pak Ilyas Karim tak perlu diambil lagi. Hanya saja sejarah yang tak benar harus tetap diluruskan," pungkas Asvi. Sebelumnya politikus Gerindra yang memiliki banyak koleksi buku dan dokumen sejarah Fadli Zon mengungkap pengakuan Ilyas yang diduga kuat menyimpan kebohongan. Menurut Fadli, nama Ilyas tak pernah tercatat dalam dokumen sejarah termasuk keterangan dalam foto pengibaran Sang Saka Merah Putih yang tersimpan di Museum Joeang 45. Selain itu dalam tulisan berjudul "Membuka Catatan Sejarah: Detik-Detik Proklamasi, 17 Agustus 1945", Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Dadan Wildan menulis, laki-laki bercelana pendek yang mengibarkan bendera pusaka adalah Suhud, bukan Ilyas Karim. Pernyataan serupa juga dilontarkan putri bungsu Muhammad Hatta, Halida Hatta. Menurut dia, sejumlah tokoh yang terpampang dalam foto pengibaran bendera pusaka pertama adalah pribadi yang dikenal dekat oleh keluarga Bung Hatta. Antara lain; Soekarno, SK Trimurti, Latif Hendraningrat, Wangsa Wijaya, Soewirjo, dan Suhud (yang diklaim Ilyas Karim sebagai dirinya). "Keluarga kami tidak pernah kenal dengan Ilyas Karim. Setahu keluarga kami, dalam pengibaran bendera pertama kali, tidak ada yang namanya Ilyas Karim," kata Halida. (teb) |
Polri Siap Tindaklanjuti Laporan Pengacara Antasari Posted: 25 Aug 2011 12:43 AM PDT JAKARTA - Mabes Polri mempersilakan kubu Antasari Azhar yang ingin melaporkan dugaan adanya rekayasa pengiriman pesan singkat (SMS) teror kepada almarhum Nasrudin Zulkarnaen. "Semua laporan diterima akan ditindaklanjuti. Nanti kita akan tahu semua yang ancam lewat SMS," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam, Kamis (25/8/2011). Menurut Anton, seluruh SMS itu bisa diketahui berdararkan urut-urutannya dan dia menjamin Kepolisian akan mengakomodir laporan Antasari melalui pengacaranya itu. "Kita urut lewat kerjasama kita dengan Telkom nanti kita bisa tahu," jelasnya. Sebelumnya, salah satu pengacara Antasari Azhar, Maqdir Ismail mendatangi Bareskrim Polri untuk mengadukan penyalahgunaan IT dalam perkara mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu. Pada saat di persidangan, kata Maqdir, disampaikan bahwa pernah ada pesan SMS yang diduga dari Antasari kepada Nasrudin yang bernada intimidasi. Menurut Maqdir, pihaknya sempat meminta pengadilan untuk membuka web server tersebut namun tidak diberi izin. (ded) |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan