Jumaat, 3 Jun 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Takut Dipecat, 22 Juru Parkir Demo di RS

Posted: 03 Jun 2011 06:56 AM PDT

Takut Dipecat, 22 Juru Parkir Demo di RS

K14-11 | Glori K. Wadrianto | Jumat, 3 Juni 2011 | 13:56 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com — Terancam tidak dipekerjakan, 22 juru parkir Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang, melakukan aksi protes di lingkungan rumah sakit, di Jalan Katileng Raya, Kota Semarang, Jumat (3/6/2011).

Kedatangan pekerja yang didampingi puluhan anggota paguyuban Ikatan Keluarga Besar Semarang (IKBS) sempat mendapat perhatian keluarga yang hendak menjenguk pasien.

Miftahul Munif, salah satu peserta aksi, mengaku khawatir dirinya tidak dipekerjakan kembali. "Kami sudah bekerja sejak pembayaran uang parkir Rp 50 sampai parkir dikelola Rp 1.000. Karena itu, kami meminta tetap dipekerjakan," aku Miftahul saat melakukan pertemuan dengan pengelola parkir.

Miftahul menambahkan, kendati ada pengalihan pengelolaan parkir dari CV Gelaran Jaya Manunggal (GJM) kepada CV Dewi Suminar, tetapi diharapkan para pekerja lama tetap dikaryakan. "Kami butuh memberi makan kepada anak dan pengelolaan parkir, dan kami merupakan anak asli yang tinggal di sekitar rumah sakit. Jadi kami berharap ada perhatian dari pihak pengelola," ujarnya.

Terkait permintaan tersebut, Joko Santoso, pengelola CV Dewi Suminar, mengaku siap mengakomodasi tuntutan mantan karyawan CV Gelaran Jaya Manunggal. "Kita siap mengakomodasi. Tapi, kita meminta jukir untuk mengirimkan lamaran ke perusahaan kami," ujarnya saat menemui para juru parkir.

Kendati menjadi perhatian keluarga pasien yang hendak menjenguk famili di RSUD Semarang, tetapi aksi protes para jukir itu berjalan damai. Menurut pengakuan para pekerja, selama menjadi jukir di RSUD Semarang, mereka mendapat gaji sebesar Rp 1.050.000. Uang gaji dipotong Rp 15.000 per hari untuk uang makan.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Pengungkapan Kasus Joki Terkendala Libur

Posted: 03 Jun 2011 06:56 AM PDT

SURABAYA, KOMPAS.com — Pengungkapan kasus joki terkait dugaan bocornya soal ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Surabaya, Jawa Timur, terkendala akibat liburan panjang akhir pekan ini. Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Anom Wibowo, di Surabaya, Jumat (3/6/2011), mengaku, pihaknya terus berupaya mengusut tuntas kasus ini, tetapi harus terhenti sejenak karena terkendala libur.

"Pemeriksaan akan dijalankan terus, tetapi kami masih menunggu kunci jawaban, apakah sama dan sesuai dengan isi pada pesan singkat atau SMS," ujarnya.

Pada hari kedua ujian tulis SNMPTN, Rabu (1/6/2011), polisi membawa dan meminta keterangan dari seorang peserta ke Mapolrestabes, Jalan Taman Sikatan, Surabaya. Inisial peserta yang diperiksa polisi adalah WR dan hingga kini masih dimintai keterangan oleh penyidik.

WR dicurigai sedang berkomunikasi atau melihat bocoran soal ujian SNMPTN melalui telepon seluler (ponsel) yang dibawanya. Saat mengerjakan soal, ia terlihat oleh pengawas sedang sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Diduga ada jawaban soal di ponsel, atau kemungkinan sedang berkomunikasi. Semua masih dalam tahap penyelidikan," tuturnya. 

Anom juga mengaku, sampai saat ini pihaknya masih melakukan koordinasi dengan panitia seleksi di Gedung Serbaguna Unair. Selain itu, status WR sampai saat ini juga masih dimintai keterangan tentang asal-muasal SMS tersebut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di kepolisian, WR menerima kunci jawaban dari seseorang yang dikenalkan oleh keponakannya. Di hadapan penyidik, WR juga mengaku membayar uang Rp 600.000 sebagai uang muka kepada joki. Hanya saja, baik keponakan maupun sang joki belum bisa dimintai keterangan karena sudah kabur terlebih dahulu.

WR berasal dari Ponorogo dan sedang mengikuti pelaksanaan ujian SNMPTN di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kampus Lidah Wetan. Saat baru dimulai, pelaksanaan ujian berjalan normal seperti biasa. Di tengah ujian, WR mengambil dan mengamati ponsel yang disembunyikannya sejak awal. Padahal, sesuai aturan, setiap peserta SNMPTN dilarang membawa alat komunikasi jenis apa pun.

Sikap WR yang terlihat tidak tenang terpantau oleh pengawas ujian. Semula ia dibiarkan, tetapi semakin lama ia semakin gusar. Pengawas yang semakin curiga kemudian mendekati dan mendapati WR sedang mengotak-atik ponselnya. Khawatir terjadi kecurangan, pengawas dan panitia setempat menyerahkannya kepada petugas kepolisian untuk ditindaklanjuti.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan