detikcom |
Pengakuan Sopir Mobil ATM BCA Sesuai dengan Olah TKP Posted: 19 May 2011 01:02 PM PDT Jumat, 20/05/2011 03:02 WIB "Pengakuan dia dari mulai perencanaan dengan saat kejadian perampokan sama," kata salah seorang penyidik Polrestro Jakarta Timur kepada wartawan, Kamis (19/5). Kepada penyidik, Yunisar mengaku merencanakan aksi itu bersama seorang satpam Hendrik Gunawan yang saat itu mengawal pengiriman uang untuk mesin ATM BCA di beberapa titik di Jakarta Timur. Dia lantas menelepon seseorang yang disebutnya merupakan anggota Brimob untuk membantu aksi perampokan. Orang yang disebut-sebut akan membantunya itu menyiapkan dua orang yang nantinya berjaga di Apotik Tania, Jl Robusta Raya, Pondok Kopi, lokasi dimana eksekusi perampokan dilaksanakan. "Dari penuturan dia itu memang ada dua orang yang tiba-tiba masuk ke mobil saat petugas ATM mengisi uang di mesin ATM BCA di dalam Apotik," kata sumber tersebut. Posisi mobil pun telah disiapkan sedemikian rupa. Kepala mobil yang biasanya menghadap ke pintu apotik, saat itu berbalik membelakangi apotik atau moncong mobil menghadap jalan raya. "Tidak biasanya mobil ATM membelakangi apotik, biasanya juga saling berhadapan dengan apotik," kata salah seorang satpam Apotik Tania, Ardi. Ardi memang tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dia mendapatkan kesaksian dari Yunisar, seorang teknisi pengisi ATM Zulfikar, dan satpam Ahmad yang kala itu terlihat bingung karena mobil pembawa uang raib dibawa kabur perampok. "Waktu saya datang mereka semua pada bengong kayak orang bingung," papar Ardi. Selain meminta keterangan tiga petugas pengisi ATM, Ardi pun menanyakan perihal kejadian perampokan kepada tukang sate dan koran yang ada di halaman apotik. "Tukang sate bilang saat mobil dibawa kabur, sopir tidak ada reaksi apa-apa dan mengira tidak terjadi perampokan," papar Ardi. Kamis (19/5) siang, polisi sempat menanyakan kamera pengintai yang ada di apotik. "CCTV cuma ada di dalam, di luar ke arah parkir tidak ada," katanya. Hingga saat ini polisi menyatakan belum menemukan pelaku dalam kasus perampokan. Namun, sumber terpercaya detikcom memastikan Yunisar dan Hendrik sebagai otak dari perampokan. Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Timur Kompol Bustoni Purnama membantah telah menetapkan status Yunisar dan Hendrik sebagai tersangka. "Masih saksi semua, belum ada tersangka (dalam pencarian)," kata Bustomi dalam pesan singkat yang diterima wartawan, Kamis (19/5). Minggu (15/5) sekitar pukul 22.00 WIB, satu unit mobil Daihatsu Grand Max silver B 9713 FH yang mengangkut uang milyaran untuk ATM BCA dirampok, di Apotik Tania, Jl Robusta, Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur. Saat itu mobil ditumpangi seorang sopir Yunisar Simbolon, dua orang satpam Ahmad dan Hendrik, serta, teknisi Zulfikar, dan seorang pria berseragam Brimob. Polisi masih mendalami keterlibatan pria berseragam brimob tersebut (ahy/ape) Follow twitter @detikcom dan gabung komunitas detikcom di facebook Diving at Nusa Dua Bali 250rb - Rp 250.000,- Beli Redaksi: redaksi[at]staff.detik.com |
BNPT Akui Masih Banyak Eks Napi yang Kembali Jadi Teroris Posted: 19 May 2011 11:44 AM PDT Jumat, 20/05/2011 01:44 WIB "Saya tidak membantah tapi indikatornya ada," ujar Kepala Deputi Penindakan BNPT Petrus Golose di Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Kamis (19/5/2011). Petrus mencontohkan setidaknya ada 19 eks narapidana yang telah menyelesaikan masa hukumannya namun kembali melakukan aksi teror. Mereka diantaranya Ubai, Mustakim, Abu Tholut dan Abdulah Sonata. "Rehab dan reorientasi, harus terus menerus dilakukan. Fungsi BNPT mengkordinir instansi yang punya kemampuan bidang masing-masing," jelasnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Anton Bahrul Alam. Menurutnya memang ada eks napi terorisme yang kembali melakukan aksi teror setelah keluar dari lapas. "Memang ada beberapa orang seperti itu. Contohnya Oman Abdurahman, Oman itu sudah beberapa kali ditangkap. Ini memang jadi perhatian kita," paparnya. Oleh karena itu lanjut Anton, harus ada yang merubah pemahaman mereka sehingga mereka kembali ke jalan yang benar. "Karena itu masih jadi pemahaman mereka, maka mereka masih melakukan teror," ungkapnya. Menurut Dr Carl Ungerer dari Australian Strategic Policy Institute, ada sekitar 30 persen napi teroris yang paling berbahaya. Program deradikalisasi tidak mempan untuk mereka dan bahkan mereka masih berniat melakukan aksi teror setelah bebas 18 bulan mendatang. Dia melakukan riset dengan mewawancarai secara mendalam 33 terpidana terorisme di Indonesia. Dalam wawancara dengan ABC, Rabu (18/5/2011), Ungerer mengatakan terpidana teroris di Indonesia terbagi dua. Sebagian besar adalah alumni Afghanistan atau daerah konflik seperti di Ambon. "Kelompok ini kecil kemungkinan terlibat dalam pemboman membabi-buta seperti di Bali," kata Ungerer. Ungerer juga menyebutkan, terorisme sekarang tidak beroperasi di belakang organisasi besar seperti Jamaah Islamiyah, melainkan kelompok-kelompok kecil beranggotakan 2-3 orang. (mpr/ape) Follow twitter @detikcom dan gabung komunitas detikcom di facebook Diving at Nusa Dua Bali 250rb - Rp 250.000,- Beli Redaksi: redaksi[at]staff.detik.com |
You are subscribed to email updates from detiknews To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan