Ahad, 30 Januari 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


GMNI Batam Kumpulkan Koin untuk Presiden

Posted: 29 Jan 2011 09:35 PM PST

GMNI Batam Kumpulkan Koin untuk Presiden

Editor: Aloysius Gonsaga Angi Ebo

Minggu, 30 Januari 2011 | 05:35 WIB

BATAM, KOMPAS.com — Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menggelar aksi pengumpulan koin untuk Presiden SBY, Sabtu (29/1/2011). Aksi ini merupakan yang kesekian kalinya digelar. Sebelumnya aksi serupa dilakukan oleh mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STT Ibnu Sina, STAI Ibnu Sina, IMM, dan HMI Cabang Batam.

Mereka melakukan aksi di kawasan Jodoh Boulevard, Sabtu sekitar pukul 09.00 WIB. Dalam aksinya, para mahasiswa ini juga membawa kotak pengumpulan koin yang ditujukan bagi pengendara di jalan. Aksi yang dilakukan GMNI ini untuk menyikapi curhat Presiden SBY atas tidak naiknya gaji presiden selama tujuh tahun terakhir.

"Aksi ini dilakukan oleh mahasiswa baik dari GMNI Batam maupun Tanjung Pinang," ungkap Ketua GMNI Kota Batam, Abdurrahman. (Tribunnews Batam/Zabur Anjasfianto)

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Harga Kuda Gusti Yudha Capai Rp 100 Juta

Posted: 29 Jan 2011 05:58 PM PST

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat (Gusti Yudha) pertama kali membeli kuda pada 1978, saat menjadi mahasiswa tingkat pertama. Kala itu Gusti Yudha membeli kuda jenis sandel yang relatif tua. Kini, kuda-kuda yang dimiliki berharga mahal. Seekor kuda saja harganya mencapai Rp 100 juta.

Adapun kuda sandel tua, yang dibeli tahun 1978 tersebut, kala itu termasuk istimewa, yaitu masih berani diajak berlomba di pacuan kuda. Gusti Yudha, yang menjadi joki kuda balap, selama kurun waktu 1974-1979 sering menjuarai sejumlah balapan kuda.

"Karena badan saya tidak fit lagi dan tidak proporsional, saya meninggalkan dunia joki tahun 1980. Tapi, saya masih aktif di Pordasi," ujar Ketua Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu kepada Tribun Jogja (grup Tribunnews Network) di rumahnya, Yogyakarta.

Setelah tak lagi menjadi joki, Gusti Yudha mulai berkonsentrasi sebagai pemilik kuda sekaligus pelatih. Hal itulah yang menjadikan dirinya dipercaya sebagai pengurus Pordasi sejak 1980-an silam.

Sekarang Gusti Yudha memiliki satu kuda poni, satu kuda Australia yang dulunya kepunyaan Sri Sultan (bantuan Presiden) ditempatkan di Museum Kereta Rotowijayan dan di Parangkusumo, tiga kuda lokal, dan satu ekor kuda peranakan jenis G3.

"Kalau kuda lokal tidak diikutkan dalam kejuaraan, hanya dicari tuahnya. Sedangkan kuda peranakan sering diikutkan, khususnya kuda Australia," ungkapnya.

Dari semua kudanya, ada satu yang menjadi kesayangan Gusti Yudha. Bayu Kusumo, namanya. Kuda berwarna dhawuk (merah keputih-putihan) ini dinaiki saat meninggalnya Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan saat Jumenengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Kudanya memang bandel, tapi sangat gesit. Saya paling senang memakaikan kaus kaki putih di semua kakinya. Tapi sayang, kudanya sudah mati pada tahun 1990," kenangnya.

Menurut Gusti Yudha, saat ini sudah ada pengganti Bayu Kusumo. Dua ekor kuda di kandang belakang rumahnya, dan dua ekor lagi di kandang di Museum Kereta Rotowijayan menjadi kesayangannya. Kudanya yang jantan diberi nama Satrio Pinayungan, dibeli di Jawa Timur seharga Rp 15 juta, beberapa waktu lalu. Adapun kuda termahal miliknya senilai Rp 35 juta, diberi nama Suryondadari.

"Dulu saya beli masih anakan waktu tahun 2008. Sekarang sudah hampir empat tahun, kalau dijual nilainya bisa mencapai Rp 100 juta," ucapnya. (Tribun Jogja/Theresia Andayani)

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan