Sabtu, 1 Jun 2013

detikcom

detikcom


Polisi Belum Pastikan Kaitan Pembunuhan Tito Kei Dengan Kelompok Lain

Posted: 01 Jun 2013 11:56 AM PDT

Minggu, 02/06/2013 01:52 WIB

Septiana Ledysia - detikNews
Jakarta - Polisi masih terus menyelediki siapa dan apa motif pembunuhan Tito Kei pada Jumat malam kemarin. Menurut Kapolres Bekasi, Kombes Pol Priyo Widhianto, pihaknya belum memastikan adanya keterkaitan penembakan Tito Kei dengan kelompok lain.

"Saya sih gak liat seperti itu ya," ujar Priyo saat dihubungi detikcom, Sabtu (1/6/2013) malam.

Priyo mengatakan pihaknya masih terus mengejar pelaku penembakan. "Pokoknya kita lagi kejar pelakunya dulu," cetusnya.

Pembunuhan Tito dilakukan pada Jumat (31/5) malam. Saat itu Tito tengah bermain kartu bersama rekannya di warung kopi di dekat rumah. Kemudian datang seorang pria yang mengenakan helm dan jaket menembak Tito.

Menurut pengacara keluarga Kei, Cosmos keluarga menyerahkan sepenuhnya kasus pembunuhan ini ke pihak kepolisian. Keluarga juga yakin polisi bisa menuntaskan kasus ini.

"Kemarin jam 9 malam ketemu Kapolres di TKP. Saya percaya pihak penyidik melakukan penyidikan," jelas Cosmas.

Jenazah Tito Kei akan dimakamkan di tempat kelahirannya di Ambon. Jenazah adik kandung Jhon Kei ini pun akan diterbangkan dari sekitar pukul 21.00 menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Rumah Tito Kei, korban penembakan dan Rutan Salemba tempat John Kei ditahan dijaga ketat polisi bersenjata laras panjang. Saksikan di "Reportase Pagi", pukul 4.30 - 5.30 WIB, hanya di Trans TV.

(spt/rmd)


Sponsored Link

Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com

Syafii Maarif: Sultan HB IX Tak Pernah Ingin Konflik Dengan Soeharto

Posted: 01 Jun 2013 11:19 AM PDT

Yogyakarta - Almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat menjadi Wakil Predisen RI tahun 1978 adalah sosok seorang yang tidak mau berkonflik langsung dengan Soeharto. Meski dia mengetahui jika sikap Soeharto salah.

"Beliau tahu tapi beliau menahan saja," ungkap mantan Ketua PP Muhammadiyah, Syafii Maarif dalam acara diskusi buku 'Hamengku Buwono IX: Inspiring Prophetic Leader' di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Sabtu (1/6/2013) malam.

Menurut Syafii, Sultan HB IX saat menjadi wakil presiden tahun 1978 memilih bersikap diam ketika mengetahui ada hal yang tidak benar yang dilakukan Soeharto. Dia lebih menjaga stabilitas politik.

"Dia tahu tapi dia tahan. Dia tidak melakukan karena menjaga perasaan. Dia tahu atasannya presiden menyimpang tapi diam saja," ungkap Syafii.

Menurut Syafii, sosok HB IX adalah seorang yang memiliki pergaulan luas. Tidak mengherankan kalau dia juga dikenal di luar Jawa, selain Bung Karno dan Bung Hatta pada tahun 1950-an.

"Menurut saya kalau pada tahun 1978 Indonesia diserahkan pada beliau pasti lain, Indonesia akan selamat, tidak seperti sekarang ini," kata guru besar Universitas Negeri Yogyakarta itu.

Dia mengatakan HB IX juga lebih mementingkan kesatuan Indonesia agar tidak retak. Dia pertaruhkan segalanya termasuk saat menghadapi Belanda.

"Dia punya karakter yang luar biasa. Seharusnya elit politik mau berkaca pada dia," katanya.

Dalam acara diskusi buku itu juga dihadiri raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama permaisuri GKR Hemas dan putri sulungnya GKR Pembayun.

Selain Syafii beberapa tokoh yang menjadi pembicara adalah sejarawan UGM, Prof Dr Djoko Suryo, pengamat politik Yudi Latif dari Universitas Pancasila dan penulis sekaligus editor buku yang juga mantan direktur RRI, Parni Hadi.

Rumah Tito Kei, korban penembakan dan Rutan Salemba tempat John Kei ditahan dijaga ketat polisi bersenjata laras panjang. Saksikan di "Reportase Pagi", pukul 4.30 - 5.30 WIB, hanya di Trans TV.

(bgs/rmd)

Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan