Khamis, 20 September 2012

Republika Online

Republika Online


Kapolri Jamin Keamanan Kedubes AS

Posted: 20 Sep 2012 10:24 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keamanan kedutaan besar di Indonesia, terutama Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian kepolisian terkait aksi demonstrasi yang sempat berujung pada kericuhan, Senin (17/9). 

"Ya tentunya harus dijamin, enggak boleh ada gangguan apalagi di kedutaan. Polisi siap menjamin bahwa tidak ada gangguan apapun terhadap kedutaan itu," ujar Kapolri Jenderal Timur Pradopo saat ditemui di Mabes Polri, Jumat (21/9).

Ia menambahkan pengamanan di Kedubes AS sudah merupakan tanggung jawab dan tugas kepolisian. Timur mengatakan, dalam kaitan dengan aksi unjuk rasa, seperti yang diatur dalam Undang-Undang, harus diberitahukan paling tidak tiga hari sebelumnya. Pihak yang akan menyampaikan aspirasinya harus memberi tahu tujuan demonstrasi dan ditujukan pada siapa.

"Polisi dalam hal ini menjembatani bagaimana pelaksanaan aksi unjuk rasa bisa sesuai dengan tujuannya dan tidak menimbulkan kerugian baik di pihak pengunjuk maupun masyarakat. Itulah perlunya diatur tiga hari sebelumnya," kata Timur.

Sebelumnya, Kedubes AS mengumumkan penutupan sementara misi-misi AS di Indonesia pada Jumat (21/9) karena adanya potensi demonstrasi signifikan yang mungkin akan diselenggarakan di depan fasilitas milik pemerintah AS. Dalam rilis yang dikirimkan Kedutaan Besar AS, kantor-kantor yang akan ditutup adalah Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kantor Perwakilan Amerika Serikat di Medan, Kantor Agen Konsuler Amerika Serikat di Bali dan Misi Amerika Serikat untuk ASEAN.

Sebelumnya, massa dari berbagai ormas Islam melakukan demonstrasi di depan Kantor Kedubes AS di Jakarta, Senin (17/9). Aksi tersebut digelar sebagai ungkapan protes terhadap pemutaran film 'Innocence of Muslims' yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam. Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah ricuh karena massa melempari aparat dengan batu.

Apakah Saya Terlalu Keras Mendisiplinkan Anak?

Posted: 20 Sep 2012 10:22 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Pernakah anda mendengar curhat orang tua sepert ini, "Semakin keras saya berbicara dengan anak-anak saya--sebagai contoh, ketika mereka lari ke tengah jalan tanpa tengok kanan-kiri--maka mereka semakin kesal dan terganggu. Bagaimana saya bisa memastikan mereka memahami tingkat keseriusan situasi tertentu tanpa membuat mereka merasa lebih buruk?". Keluhan itu diungkapkan oleh orang tua bernama Zoe di situs Kids Healths.

Mungkin ada baiknya mengingat ungkapan berikut. "Situasi mendesak butuh sikap mendesak". Ketika anak-anak anda dalam risiko keamanan tinggi--apakah ia berlari ke jalan tanpa melihat kanan-kiri, mendekati kompor dan api yang berkobar atau berjalan tepat di tepi kolam---berteriak, menjerit dan malah menangis kadang adalah respons yang dibutuhkan. Lagi pula, setiap orang tua bakal melakukan apa pun untuk mendapat perhatian anak-anak anda dan membuat mereka terjauh dari bahaya.

Setelah episode menegangkan berakhir, biasanya si anak akan menangis. Tak perlu khawatir karena itu adalah hal alami dan anda bisa menggunakan saat itu untuk meminta maaf.

Tapi, menurut pakar anak di Kids Health, tangisan anak usai peristiwa berbahaya cenderung respons terhadap rasa takut dan sifat mendesak dalam suara anda, bukan karena anda terlalu keras. Di saat ini orang tua sebaiknya menenangkan anak. Tanpa meminta maaf pun bukan masalah.

Beri anak anda pelukan dan ungkapkan kalimat seperti, "Saya tahu kamu kesal, namun yang kamu lakukan barusan sangat berbahaya dan saya takut sekali kamu akan terluka. Kamu tidak boleh melakukan itu lagi". Ingatlah, menghukum anak setelah peristiwa menguras energi seperti tadi biasanya tak perlu, lantara mereka kemungkinan besar belajar dari pengalaman. Hal terpenting pantau si bocah apakah mereka memang menjadi lebih berhati-hati setelah itu atau tidak sama sekali.

Tapi, di sisi lain ada saat ketika orang tua terlalu keras alis terlalu streng (istilah prokem saat ini) dengan kerap berteriak hanya untuk kesalahan kecil. Sikap ini mesti dievaluasi sebab bisa menjadi bumerang bagi orang tua. Anak-anak suatu saat bisa kebal terhadap reaksi berlebihan orangtua dan tak menanggapi serius ucapan mereka.

Bila anda merasa mulai masuk dalam kebiasaan ini, cobalah bersabah, tariklah nafas sejenak sebelum merespon perilaku anak. Coba tanyai diri sendiri. "Apakah saya hendak melakukan reaksi berlebihan?". Jika itu yang anda rasakan, menyingkirklah sejenak untuk beberapa menit dan kembalilah ketika anda sudah tenang.

Secara umum, pakar tumbuh kembang dan psikologi anak menyarankan, ketika ingin mendisiplinkan anak, cara terbaik adalah berbicara dengan suara rendah tapi tetap tegas dengan tetap fokus terhadap perilaku selip mereka, bukan ketidaksukaan anda terhadap si kecil.

Menggunakan konsekuensi alami kapan saja bila memungkinan juga membantu, seperti ketika anak anda melempar mainan, maka mintalah ia untuk mengambil mainan itu dan meletakkan ke tempat semula. Atau, ketika ia mengambil paksa barang milik saudaranya, minta dia untuk mengembalikan dengan sopan. Bila ia tak mau melakukan, sanksi berupa diam di satu tempat--tentu disesuaikan usia--atau konsekuensi lain harus diterapkan, terlepas tangisan keras anak anda. Konsistensi adalah kunci penting dalam mendisiplinkan buah hati anda.

Kadang penerapan sanksi terasa berat bagi orang tua terutama bila si bocah menangis. Namun percayalah pada diri anda, ketika anda hendak mendisiplinkan buah hati anda, itu karena didorong perasaan cinta dan kasih sayang, demi melihat mereka menjadi pribadi lebih baik. Lagi pula cinta juga mengandung ketegasan, bukan sikap yang lembek dan lemah. Justru ketika anda menyerah karena anak menangis, sikap itu hanya akan melanggengkan sifat buruk mereka.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan