KOMPAS.com - Nasional |
18 Kloter WNI Dipulangkan dari Suriah Posted: 21 Jul 2012 06:04 AM PDT 18 Kloter WNI Dipulangkan dari Suriah Penulis : Imanuel More | Sabtu, 21 Juli 2012 | 19:59 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah RI menyatakan akan memprioritaskan keselamatan WNI yang tinggal atau bekerja di Suriah, sehubungan dengan terjadi konflik berkepanjangan di negara Timur Tengah tersebut. Sejauh ini sudah 17 kloter WNI yang sudah dipulangkan ke Indonesia "Hari ini dipulangkan 1 kloter lagi, sehingga totalnya sudah 18 kloter. Jumlah seluruhnya sudah 600-an (WNI)," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Kantor Kemenlu, Jakarta, Sabtu (21/7/2012). WNI yang belum dikeluarkan dari wilayah konflik saat ini ditampung di Kedutaan Besar RI. Sedangkan, rombongan yang diberangkatkan hari ini diperkirakan akan tiba di tanah air hari Minggu besok. Sehubungan dengan resolusi PBB yang diveto dua anggota tetapnya, Menlu menyatakan keprihatinannya. "Indonesia sangat prihatin dengan kenyataan sekali lagi Dewan Keamanan PBB gagal menjalankan kewajiannya memelihara perdamaian internasional. Sekali lagi Dewan Keamanan PBB gagal memperbaiki kesatuan," ujar Marty. Ia menjelaskan, posisi Indonesia sudah diungkapkan secara lugas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden menandaskan, PBB haruslah berperan tidak lagi sebagai kekuatan penjaga perdamaian (peace-keeping force), melainkan sebagai pencipta perdamaian (peace-making). Editor : Erlangga Djumena |
Posted: 21 Jul 2012 02:11 AM PDT Temukan Kriteria Bersama Sabtu, 21 Juli 2012 | 15:53 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Penentuan awal Ramadhan bagi umat Islam di Indonesia selama ini dinilai kurang praktis karena ditetapkan sehari menjelang hari pertama puasa. Kementerian Agama diminta terus membangun dialog dengan semua organisasi Islam demi menemukan kriteria bersama dalam menetapkan kalender Hijriah yang dapat dipegang semua kalangan. Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia KH Masdar F Masudi, Jumat (20/7), di Jakarta. Umat Islam di Indonesia masih berbeda pendapat dalam menentukan awal Ramadhan tahun 2012/1433 Hijriah. Kementerian Agama dalam Sidang Isbat, Kamis lalu, menetapkan awal Ramadhan jatuh pada Sabtu (21/7). Muhammadiyah, Front Pembela Islam, dan An-Najat memutuskan awal puasa Jumat (20/7). Menurut Masdar, paling tidak ada tiga mazhab dalam menentukan awal puasa. Sebagian umat menggunakan hisab wujudl hilal (perhitungan adanya bulan) sebagaimana diyakini Muhammadiyah. Sebagian lain memegang mazhab rukyattul hilal bil'ain (penglihatan hilal dengan mata) di atas ufuk, seperti dianut Nahdlatul Ulama dan sejumlah organisasi Islam lain. Sidang Isbat digelar dengan mempertimbangkan hasil hisab dan rukyat. Meski mendekati kebenaran, metode ini kurang praktis karena harus mengintip bulan setiap kali mau menentukan puasa. Ini juga membuat umat Islam di Indonesia tak punya kalender Hijriah yang dapat dipegang bersama sampai beberapa tahun mendatang. Masdar mengusulkan agar Kemenag lebih serius mempertemukan semua organisasi dan kelompok Islam untuk berdialog dan merumuskan kriteria bersama dalam menentukan awal puasa. Salah satu metode alternatif adalah hisab imkanurrukyat (perhitungan kemungkinan melihat bulan) atau rukyat hilal bil'ilmi (penglihatan bulan dengan ilmu pengetahuan). Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin berpendapat, Kemenag telah menggelar dialog antar-organisasi Islam, tetapi belum menemukan kriteria bersama. (IAM) |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan