Sabtu, 19 November 2011

Republika Online

Republika Online


Manfaat Bawang, Mulai dari 'Dopping' untuk Selalu Fit Hingga Obat Awet Muda

Posted: 18 Nov 2011 06:13 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bagi para ibu yang sering memasak di dapur, tentu akrab dengan bawang putih. Selain selain digunakan sebagai penambah cita rasa makanan, jenis bumbu yang satu ini ternyata memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan. Jika dihaluskan, bawang putih menghasilkan zat yang disebut  allicin. Alicin memiliki banyak keuntungan untuk menjaga terhadap penyakit tertentu.

Selain itu, bawang putih memiliki banyak manfaat sebagai antibakteri dan antioksidan. Sebagai antioksidan, bawang putih bisa memperlambat proses penuaan sehingga bisa menjadi 'obat' awet muda.

Manfaat bawang putih seperti yang dilansir dari situs ivillage, menyebutkan bahwa mengkonsumsi bawang putih setiap hari terbukti mengurangi risiko terkena flu hingga 50 persen. Bawang putih juga memberikan  vitamin A, B dan C serta  mineral penting  termasuk zat besi, yodium, kalium, selenium, seng, kalsium dan magnesium.

Sifat antibakteri yang terkandung dalam bawang putih berkhasiat untuk melawan infeksi. Bawang putih yang dikupas dan dioleskan ke kulit bisa membersihkan infeksi jamur yang menyebabkan kurap. Penelitian juga menyebutkan bawang putih muda bisa membantu mencegah keracunan makanan, membunuh bakteri tertentu seperti E. Coli (penyebab diare). Di Amerika, kini sudah lazim digunakan minyak bawang putih untuk terapi penyakit jantung.

Full content generated by Get Full RSS.

Diabetes Tipe I pada Anak Naik 700 persen

Posted: 18 Nov 2011 01:38 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Diabetes Melitus Tipe I akibat fungsi pankreas yang rusak pada anak meningkat signifikan. Jika lima tahun lalu jumlah anak usia 0-10 tahun yang menderita DM tipe I dibawah 100 anak, maka data terkini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2011 menunjukkan jumlah anak yang menderita DM tipe I lebih dari 700 anak.

Selama ini yang sering diangkat adalah kasus DM Tipe II, yaitu DM yang lebih banyak disebabkan oleh perilaku atau pola hidup seperti terlalu banyak makan manis. "Anak-anak jarang kena DM tipe II, namun justru DM Tipe I," tutur Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Endokrin DKI Jaya, Aditya Suryansyah kepada wartawan di Jakarta, Jumat (18/11).

Ia menjelaskan bahwa temuan kasus DM tipe I pada anak-anak adalah fenomena gunung es. Saat ini dijelaskan meningkatnya kasus itu karena cakupan pemantauan DM tipe I pada anak meluas. Banyak dokter anak diberi pelatihan mengenali gejala DM tipe I pada anak, karena itu temuan kasus meningkat. Sedangkang jumlah dokter endokrin anak di Indonesia baru 33 orang.

DM tipe I pada anak, jelas Aditya, 90 persen karena faktor genetis. Atau bakat turunan dari orang tua masing-masing.

Penanganan secara dini anak-anak dengan DM tipe I ini sangat penting.''Jika penanganan dan pengobatan dilakukan secara benar maka mereka akan tumbuh normal seperti anak lainnya,'' tutur Aditya.

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan