KOMPAS.com - Internasional |
Posted: 09 Oct 2011 04:27 AM PDT SANAA, KOMPAS.com - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh membuat komentar sumir pada Sabtu (8/10/2011), bahwa dirinya bersedia melepas jabatannya. Namun, Saleh, dalam pidato pertamanya sejak kembali ke Yaman, tak menjelaskan rencana konkret untuk masa depan negara di Timur Tengah tersebut. Kubu oposisi pun meragukan bahwa Saleh serius. "Saya tidak pernah menginginkan kekuasaan. Saya akan menyerah dalam waktu dekat," katanya. Namun, Saleh tak merinci siapa yang akan menggantikannya. Ia hanya mengatakan, masih ada anak-anak bangsa tulus, yang berlatar belakang sipil atau pun militer. Saleh juga mengungkapkan, ia akan bertemu parlemen dalam beberapa hari mendatang untuk mendiskusikan situasi di Yaman secara transparan. Sebelumnya, Saleh menderita luka parah pada sebuah insiden ledakan yang terjadi di Istana Presiden Yaman pada Juni silam. Pascainsiden tersebut, Saleh pergi ke Arab Saudi untuk menjalani perawatan. Selama kepergiannya, mediator dan kelompok oposisi berusaha meyakinkannya untuk menjauh dan menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya. Namun, Saleh menolaknya, dan secara tiba-tiba kembali ke Yaman September lalu. Sejak kembali, peperangan antara kelompok pendukung, yaitu pasukan yang setia pada Ahmed, putra Saleh, dan penentangnya, berkecamuk di ibu kota Sanaa. Dalam pidatonya, Saleh mencerca kekuatan oposisi, yang dituduh berada di balik kekacauan di negara itu. Dia juga mengatakan bahwa mereka telah gagal untuk bekerja sama dengan wakilnya, yang mengambil alih beberapa tugas-tugasnya selama dia di Arab Saudi. Saleh juga mengejek oposisi dengan mengatakan bahwa ia berencana untuk menyerahkan kekuasaannya kepada salah satu anggota keluarganya. "Berapa banyak putra presiden? Seberapa besar keluarga presiden? Berapa banyak saudara-saudara atau cucu Presiden? Berapa banyak dari mereka yang memiliki kekuasaan?" kata Saleh. Faktanya, saat ini, Ahmed dan beberapa keponakan Saleh menguasai unit-unit militer yang kuat. Tak hanya itu, Ahmed telah lama dilihat sebagai pewaris takhta kepresidenan Saleh. Saleh mengatakan, dia kembali dari Arab Saudi dengan "cabang zaitun dan seekor merpati perdamaian". Dia juga mengatakan bahwa sebuah negara besar telah memintanya untuk tidak kembali ke Yaman. Namun, dirinya menolak permintaan tersebut. "Saya bukan transit 'presiden'," katanya. Kelompok oposisi bersikap skeptis atas pernyataan Saleh. Mohammed al-Sabri, seorang juru bicara oposisi, mengatakan, janji Saleh untuk mundur adalah semata-mata untuk kepentingan berita menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa mendatang. Pada pertemuan tersebut, anggota DK PBB akan membahas upaya gagal untuk meyakinkan Saleh untuk menandatangani kesepakatan penyerahan kekuasaan. "Jika presiden serius dan yakin bahwa masyarakat tidak lagi menginginkannya, ia harus melakukannya hari ini dan bukan besok," kata al-Sabri. Sabri juga mengklaim pidato Saleh ditujukan kepada Barat karena ditayangkan pada saat tidak ada listrik di Yaman, dan tak seorang pun akan menonton. Sanaa mengalami krisis listrik sejak pertempuran antara kelompok pendukung dan penentang Saleh berkecamuk sejak September silam. "Orang-orang Yaman telah terbiasa dengan kebohongannya. Dia telah sering menjanjikan sesuatu dan tidak pernah menepatinya. (Pidato) Ini telah berubah menjadi tayangan ulang sebuah opera sabun ," katanya. |
Milan Terapkan Hari Bebas Kendaraan Posted: 09 Oct 2011 03:28 AM PDT Milan Terapkan Hari Bebas Kendaraan Hindra Liu | Jimmy Hitipeuw | Minggu, 9 Oktober 2011 | 10:28 WIB MILAN, KOMPAS.com - Ternyata, tak hanya Jakarta yang memiliki masalah polusi. Milan, sebuah kota mode di bagian utara Italia, menderita peningkatan polusi dalam beberapa waktu terakhir ini. Bahkan, berdasarkan citra satelit, Milan menjadi salah satu kota dengan polusi udara tertinggi di Eropa. Saat ini, polusi udara di Milan melebihi 50 mg mikrogram partikulat per meter kubik udara selama 12 hari. Akhirnya, pemerintah kota Milan menerapkan hari bebas kendaraan setiap hari Minggu. Tak kurang sekitar 120.000 kendaraan terpengaruh oleh kebijakan ini. Semua kendaraan bermotor dilarang melintas di jalan-jalan di Milan selama 10 jam pada hari Minggu dalam upaya untuk mengurangi asap. Sementara itu, kendaraan dengan kadar polisi tertinggi telah dilarang mengemudi melewati pusat kota sejak Kamis. Sebelumnya, pemerintah kota Milan pernah menerapkan hari bebas kendaraan pada tahun 2007. Hal ini dipicu pencemaran udara yang melebihi batas yang diterapkan, yakni 12 hari berturut-turut. Kebijakan pemerintah kota Milan mengundang kritikan dari aktivis lingkungan. Mereka berpendapat, alih-alih menerapkan hari bebas kendaraan, pemerintah kota Milan seharusnya meningkatkan layanan transportasi umum. Dengan demikian, warga akan beralih ke transportasi umum. Enrico Fedrighini dari Partai Hijau mengatakan, mobil yang berpenumpang tiga hingga empat orang perlu diberi insentif berupa parkir gratis. "Satu hingga dua kali hari bebas kendaraan setiap bulan tak menyelesaikan masalah polusi," kata Fedrighini. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan