Jumaat, 1 Julai 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Mantan Bos IMF Bebas dari Tahanan Rumah

Posted: 02 Jul 2011 03:51 AM PDT

NEW YORK, KOMPAS.com - Pengadilan Manhattan, New York, membebaskan mantan direktur pelaksana IMF, Dominique Strauss-Kahn, dari tahanan rumah , Jumat waktu setempat. Pembebasan tersebut terjadi setelah para jaksa penuntut mengajukan bukti yang meragukan kredibilitas pelayan hotel yang menuduh Strauss-Kahn telah melakukan kekerasan seksual.

Menurut dokumen yang diajukan ke pengadilan oleh para jaksa itu, Jumat, terduga korban, seorang perempuan imigran berumur 32 tahun dari Guinea, Afrika, mengaku kepada para jaksa bahwa ia berbohong tentang keberadaannya setelah insiden tersebut, tentang rincian aplikasi suaka, dan informasi yang dimasukan dalam formulir isian pajak.

Namun Jaksa Manhattan, Cy Vance, mengatakan, meski telah berubah dramatis, kasus itu belum dihentikan. Dakwaan dan tuntutan, termasuk tindakan kejahatan seksual dan pelecehan seksual, terhadap Strauss-Kahn (62 tahun), masih berlaku, kata Vance.

Para pengacara Strauss-Kahn mengatakan, terduga korban telah mengatakan "kebohongan besar tentang latar belakangnya sendiri dan fakta-fakta tentang kasus ini".

Pengacara Benjamin Brafman memuji Vance karena telah melakukan apa yang dia nilai sebagai sesuatu yang tepat. "Kami yakin sejak awal bahwa kasus ini tidak tampak sebagaimana adanya," katanya. "Kami benar-benar yakin bahwa hari ini adalah langkah besar pertama ke arah yang benar, langkah berikutnya akan mengarah pada penghentian total segala tuduhan."

Pembebasan Strauss-Kahn secara signifikan akan mengurangi besaran jaminan yang nilainya luar biasa sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya. Ahli keuangan Perancis itu telah dibebaskan dari penjara dengan uang jaminan senilai 6 juta dollar AS tetapi tetap berada dalam tahanan rumah di sebuah townhouse mewah di lingkungan Tribeca, Manhattan. Berdasarkan putusan pengadilan, dia juga harus membayar sekitar 250 ribu dollar per bulan bagi petugas pengamanan bersenjata yang berjaga selama 24-jam yang ditempatkan di townhouse itu.

Hakim yang memimpin sidang pengadilan mengatakan, pihak berwenang akan tetap menahan paspor Strauss-Kahn tetapi ia bisa bebas bepergian di wilayah Amerika Serikat.

Perubahan yang mencengangkan dalam kasus itu terjadi setelah para jaksa, dalam perjalanan penyelidikan mereka, menemukan bahwa terduga korban tidak benar-benar jujur dalam berbagai topik tentang riwayat dan keadaannya, kata para jaksa dalam sepucuk surat yang dikirimkan ke pengadilan. Para jaksa itu mengatakan, perempuan tersebut mengaku telah berbohong dalam pengajuan suaka ke Amerika Serikat dan bahwa ia telah menjadi korban pemerkosaan sebuah geng, dan memberikan rincian tentang pemerkosaan tersebut. Dia menangis ketika pertama kali mengatakan kepada para jaksa tentang pemerkosaan itu, tapi dalam wawancara berikutnya, dia mengakui bahwa pemerkosaan oleh geng itu tidak pernah terjadi.

Dia mengatakan, laporan palsu pada permohonan suaka dibuat dengan bantuan dari seorang pria yang "menyiapkan baginya sebuah kaset rekaman tentang fakta-fakta (yang harus dihafalnya)". Perempuan itu mengatakan kepada para jaksa bahwa ia telah menyatakan anak seorang temannya sebagai tanggungannya pada formulir isian pajaknya agar bisa menerima pengembalian dana (pajak) yang lebih besar.

Setelah dugaan penyerangan oleh Strauss-Kahn di hotel itu, perempuan tersebut mengatakan kepada para jaksa bahwa dia "melarikan diri ke sebuah area di lorong utama di lantai 28 hotel itu dan menunggu di sana sehingga ia mengamati terdakwa pergi," kata para jaksa. Dia lalu bilang bahwa dia kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada atasannya. Namun dalam wawancara berikutnya, perempuan itu mengaku bahwa kesaksiannya dihadapan Grand Jury itu palsu. Yan benar, katanya, dia "mulai membersihkan ruangan di dekatnya, dan kemudian kembali ke suite 2806 (kamar yang ditempati oleh Strauss-Kahn) dan mulai membersihkan suite itu sebelum dia melaporkan insiden tersebut kepada atasannya."

Dalam keterangan yang disampaikan dengan nada marah di luar gedung pengadilan, pengacara perempuan itu, Kenneth Thompson, mengakui adanya masalah kredibilitas dengan kliennya. Namun ia menegaskan, pada intinya perempuan itu diserang. "(Tetap) benar apa yang terjadi pada hari itu dan itu benar hingga hari ini," katanya. "Dia telah menjelaskan kekerasan seksual itu banyak kali kepada para jaksa dan saya. Dan dia tidak pernah mengubah satu hal pun tentang laporannya itu," tambah  Thompson.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Support Saudi Women Kirim Petisi Online

Posted: 02 Jul 2011 02:04 AM PDT

KOMPAS.com - Aktivis hak perempuan, yang mendukung pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan di Arab Saudi, mengirim petisi online kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Aktivis ini mengutuk penahanan perempuan Saudi karena mengemudi awal pekan ini.

Support Saudi Women, sebuah kelompok yang berbasis di Amerika Serikat, bersimpati dengan gerakan yang mendorong pembatalan larangan mengemudi bagi perempuan di Arab. Kelompok ini meluncurkan petisi online yaitu Change.org, menyerukan kepada Deplu AS untuk mengutuk penangkapan perempuan Arab tersebut.

Petisi itu disampaikan setelah jubir Deplu AS Mark C Toner menolak melakukan kritik atas penahanan itu dan mengatakan bahwa persoalan itu masalah internal Arab Saudi.

Selama jumpa pers yang digelar Deplu hari Kamis pekan ini, seorang jurnalis bertanya apakah Deplu bisa mengonfirmasi berita perempuan Arab ditahan karena mengemudi di kota pantai Jeddah Selasa pekan ini.

"Perempuan-perempuan itu ditahan tetapi tak pernah diadili, dan akhirnya dibebaskan," jawab Toner. "Ini dilakukan oleh polisi Arab Saudi yang mengawasi perilaku agama, dan bukan oleh polisi biasa ataupun polisi nasional," tambahnya.

Sambil menegaskan bahwa itu persoalan internal Arab Saudi, Toner mengatakan, Deplu AS sudah menyampaikan rasa solidaritas dengan kampanye mengemudi, dan menambahkan bahwa Menlu AS Hillary Clinton juga sudah menyampaikan solidaritas pada perempuan Arab dengan mendukung hak-hak mereka.

Toner ditanya apakah hal yang baik jika polisi Arab Saudi meminta perempuan yang sedang mengemudi untuk keluar dari kendaraan lalu menahan mereka. "Sangat penting untuk dicatat bahwa ini bukan tentang Amerika Serikat atau tentang Barat yang memaksanakan nilai-nilai di Arab," tandas Toner. "Ini tentang perempuan Arab Saudi, yang minta didengar, dan minta hak-hak mereka diperhatikan," tambahnya.

Website Deplu AS menyatakan negara itu hati-hati mengeluarkan pernyataan tentang ini karena Arab Saudi adalah mitra dagang AS. Arab juga pasar ekspor terbesar AS di Timur Tengah.

Namun anggota Support Saudi Women meminta Deplu AS mengutuk penahanan para perempuan Saudi yang mengemudi itu.

"Apakah masuk akal bagi siapa pun bahwa wakil-wakil AS di luar, tidak memberi komentar apa pun ketika ditanya apakah penahanan perempuan Saudi yang mengemudi itu salah atau benar? Ini sungguh hal yang memalukan bagi Amerika dan pelanggaran bagi kaum perempuan," demikian petisi Support Saudi Women. (Mashable/KSP)

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan