detikcom |
Danau Ranau, Tanda Bencana yang Musnahkan Peradaban Pasemah Posted: 08 Apr 2011 01:33 PM PDT Sabtu, 09/04/2011 03:33 WIB "Danau Ranau merupakan kaldera tua. Produk erupsinya adalah Tufa Ranau yang mengisi daerah lebih rendah di Liwa. Jaraknya sekitar 35 kilometer dari kota Liwa," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana Andi Arief lewat rilis yang diterima detik.com, Sabtu (09/04/2011) dini hari. Kaldera yang dalam bahasa Spanyol berarti wajan, merupakan fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik. "Umurnya sekitar 2 juta tahun. Mungkin dapat dibandingkan dengan kaldera Maninjau yang berusia 80 ribu tahun, kaldera Toba yang berusia 74 ribu tahun, karena produk erupsinya mirip," terangnya. Dengan penjelasan usia Danau Ranau tersebut, itu menandakan pada jalur Patahan Sumatra yang berada di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, pernah terjadi beberapa kali bencana gempa vulkanik yang sangat besar, sehingga memusnahkan banyak kehidupan atau peradaban di sepanjang Bukit Barisan. Salah satu buktinya, ditemukannya sejumlah artefak seperti patung megalitik yang usianya diperkirakan sekitar 2 ribu tahun Sebelum Masehi, yang disebut para peneliti sebagai peninggalan tradisi Megalitik Bukitbarisan Pasemah. Artefak-artefak ini ditemukan tersebar di berbagai dataran tinggi di Bukitbarisan, khususnya di Pagaralam, Lahat, Bengkulu, Lampung Barat, Ogan Komering Ilu, Ogan Komering Ilir, dan Jambi. Sebagian besar artefak-artefak itu ditemukan puluhan meter di dalam tanah. Dengan data itu, sangatlah wajar kewaspadaan harus ditunjukkan terhadap kemungkinan bencana besar di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, sebab jika keduanya "terbangun" kehidupan di sepanjang Bukit Barisan kembali tertimbun. (tw/her) Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda! Redaksi: redaksi[at]detik.com |
Isu Gempa Besar, Momen untuk Menjaga Kelestarian Alam di Pagaralam Posted: 08 Apr 2011 01:19 PM PDT Sabtu, 09/04/2011 03:19 WIB "Terlepas nantinya bencana itu terjadi atau tidak, tapi informasi tersebut memberikan kita kesadaran atas kondisi alam di Pagaralam," ujar seorang pendaki Gunung Dempo, Anhar di Palembang, Jumat (08/04/2011) malam. Dijelaskan Anhar, selama beberapa tahun terakhir, hutan di lereng Gunung Dempo mulai habis karena pembabatan hutan. Hutan kini telah menjadi pemukiman dan perkebunan. "Tidak ada lagi hutan dengan tumbuhan tua, saat ini sebagian menjadi wilayah pemukiman dan perkebunan. Apabila terjadi gempa vulkanik, saya pikir lahar yang keluar akan begitu cepat sampai ke kota Pagaralam atau daerah lain di sekitarnya, sebab sudah tidak ada lagi penghalangnya," kata Anhar. Oleh karena itu, kata Anhar, sudah saatnya pemerintah maupun masyarakat di Pagaralam tidak lagi menebangi hutan di lereng Gunung Dempo untuk pemukiman, perkantoran, dan perkebunan. "Sebagai gunung berapi yang aktif, seharusnya semua pihak waspada sehingga setiap pembangunan lebih baik difokuskan pada daerah yang jauh dari lereng Gunung Dempo," ujarnya. Artinya, pemerintah Pagaralam setiap kebijakannya harus menimbang soal keselamatan dari dampak bencana alam. "Bisa saja prediksi itu bukan besok atau lusa terjadi, mungkin lima tahun lagi, tapi apakah itu berarti korban dapat dihindarkan apabila tidak ada antisipasi dari sekarang? Kan tidak, keselamatan tetap harus dilakukan sejak dini," ujar Anhar, seorang aktifis sebuah kelompok pendaki gunung dari Universitas Sriwijaya ini. Anhar sendiri berharap, prediksi adanya gempa besar di Pagaralam atau di sekitar Gunung Dempo, tidak terjadi. Meski demikian masyarakat dan pemerintah diminta tetap waspada. (tw/her) Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda! Redaksi: redaksi[at]detik.com |
You are subscribed to email updates from detikcom To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan