Sabtu, 01/01/2011 03:22 WIB
Pengungsi Merapi Lewati Malam Tahun Baru dengan Haul Setahun Gus Dur
Parwito - detikNews
Magelang - Ratusan pengungsi akibat bencana banjir lahar dingin yang berada di 160 shelter (kantong pengungsian-red) di Lapangan Jumoyo, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah Jumat (31/12/2010) malam melewati tahun baru dengan menggelar acara peringatan atau haul satu tahun wafatnya mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur.
Acara haul setahun Gus Dur bertajuk "Satu Tahun Gus Dur dan Peringatan Tahun Baru 2011 Bersama Pengungsi" itu dibuka dengan berbagai hiburan seperti; seni tari Warokan dari Kelompok Tari Siswo Budoyo, Pakis, Magelang; Tari Buto Ijo Kelompok Kudo Prasojo, Kajoran, Magelang; Tari Laras Madyo dari Borobudur, Magelang.
Kemudian dilanjutkan dengan saresehan tokoh lintas agama, pemasangan karangan bunga di depan foto Gus Dur lalu merajut bendera merah putih berukuran 10 X 7 meter.
Hadir dalam acara itu sebagai pembicara di antaranya Alisa Qortrunnada Munawarah (anak sulung Gus Dur), Pendeta Indrianto dari GKJ Jogjakarta (Kristen), Bante Jody Sujianto dari Majelis Agama Budha (Budha), Kepala Gereja Paroki Santa Maria Louurdes Desa Sumber, Kecamatan Dukun Romo Kirjito(Katolik), Pimpinan Ponpes Asrama Perguruan Islam (API) Magelang KH Yusuf Khudlori (Gus Yusuf) dan sahabat dekat sekaligus guru spiritual Gus Dur KH Amin Hamid yang juga pimpinan Ponpes Pondok Bodho.
Selain memberikan semangat dan memotivasi kepada 901 pengungsi akibat banjir lahar dingin di shleter Lapangan Desa Jumoyo, Salam, Magelang, kelima pembicara itu juga menceritakan tentang bagaimana karakter, sifat serta sepak terjang Gus Dur yang perlu ditiru.
Romo Kirjito selaku tokoh umat Katolik yang tinggal di lereng Merapi mengaku bahwa selama ini komunitas umat Katolik merasa sangat takut jika masuk ke dalam lingkungan dan komunitas umat Islam.
Namun, dengan mencontoh serta mengamati sepak terjang Gus Dur yang sebagai tokoh Islam yang universal dirinya merasa berani dan yakin masuk ke acara umat islam.
"Awalnya pada masa muda kami takut masuk ke komunitas Islam. Tetapi setelah mengamati dan muncul tokoh Gus Dur yang dekat dengan Romo Mangun menjadi contoh kami sehingga kami berani masuk dan berdialog dengan komunitas muslim," kata Kirjito.
Kirjito menyatakan bahwa salah ajaran yang dibawa Gus Dur, semua manusia yang hidup di Indonesia dan dunia adalah saudara dan kita semua terutama yang ada di lereng Merapi adalah saudara.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bante Jody salah satu tokoh agama Budha yang mengutip kalimat dari Raja Ashoka yang hidup pada zaman Budha yang tidak mencela orang lain maka kita menghormati agama kita sendiri.
"Selain itu salah satu tokoh Budha yang hidup pada abad ketujuh bernama Shanti yang menegaskan kita selaku umat Tuhan layaknya harus bisa pandai-pandai untuk menempatkan diri dengan orang lain. Tidak memandang agama, ras, golongan sehingga persatuan terwujud," kata Bante Jody.
Amin Hamid, sahabat sekaligus guru spiritual Gus Dur, KH Amin Hamid menyatakan dirinya merasa belum siap ditinggal oleh Gus Dur karena budi pekerti dan kebaikanya yang menyadari bahwa dirinya hanya manusia yang bisa menghormati orang lain.
"Beliau rumongso wong, ngajeni wong lan biso nguwongke wong (dia merasa sebagai manusia biasa sehingga bisa menghormati dan mengakui eksistensi seseorang-red)," kata Amin Hamid.
Lihat Pekerja Seks Pantura Gus Dur Menangis
Amin Hamid juga menyatakan Gus Dur adalah sosok yang bisa merasakan penderitaan orang lain, contohnya saat melihat pekerja seks di Pantura denganya Gus Dur meneteskan air mata.
"Dia lihat wanita-wanita di lokalisasi sepanjang jalan pantura yang rela menjual diri untuk kebutuhan hidup langsung meneteskan air mata," kenang Amin Hamid.
Gus Dur, tegas Amin Hamid merupakan seorang tokoh yang sedikit bicara namun mempunyai banyak makna dan sampai-sampai sulit untuk diterjemahkan oleh orang-orang biasa.
"Perkoro sing angel ngomonge gampang. Nek kulo walikane perkoro gampang angel ngomonge (Masalah yang sulit dibicarakan dia dengan mudah. Tetapi saya kebalikanya-red)," Amin Hamid.
Pimpinan Ponpes API Tegalrejo, Gus Yusuf menyatakan satu hal yang paling dingat dari sosok Gus Dur adalah keberanianya.
"Saya inget betul bagaimana keberanianya saat akan dilengserkan menyatakan ngopo wedi? (kenapa takut-red). Kalau anda berani dan tawakal maka akan berani menjalani hidup. Mung ojo sakdermo (namun jangan hanya hidup berpangku tangan saja-red) harus disertai usaha, ikhtiar dan tawakal," tegas Gus Yusuf sambil memberi semangat kepada ratusan pengungsi.
Gus Yusuf menegaskan ajaran Gus Dur merupakan ajaran kebersamaan yang tidak ada batasnya. Ajaranya merupakan ajaran Islam sederhana, Islam sejati dan tidak suka dengan mengorbal takbir.
"Ojo pisan-pisan, sithik-sithik takbir! (Jangan sedikit sedikit teriak Allahu Akbar!-red), Ojo pisan-pisan rumongso paling resik, paling apek (jangan sekali-sekali mengaku paling bersih dan paling baik-red)," papar Gus Yusuf.
Gus Yusuf, menambahkan untuk bangkit dari keterpurukan setelah menjadi pengungsi lahar dingin Merapi tidak hanya sebatas keinginan namun melakukan langkah dengan niat dan tekad yang kuat untuk melanjutkan warisan nilai-nilai yang diajarakan Gus Dur dan para tokoh serta ulama.
Sementara, putri sulung Gus Dur, Alisa Qortrunnada Munawarah atau yang sering dipanggil Lisa Wahid menyatakan sanga berterima kasih kepada ratusan pengungsi lahar dingin Merapi yang mau dan ikhlas mendoakan alharhum ayahnya.
Selain itu, Lisa Wahid juga memompa semangat ratusan pengungsi untuk tetap bersabar dan berusaha untuk bangkit kembali paska bencana lahar dingin Merapi.
"Seperti ayah saya yang tidak takut dengan kesusahan. Dia hadapi dengan gagah berani. Ayah saya itu mboten nate rewel (ayah saya tidak pernah rbut-red). Apapun yang dia hadapi selalu didahar (dimakan-red). Tidak pernah harapkan kemewahan malah keterbatasan, bencana dan musibah dijadikan sebagai penambah semangat untuk orang yang sedang diuji," cerita Lisa Wahid.
Usai saresehan, acara malam tahun baru yang disuguhi denga tujuh gerobak angkringan gratis kepada ratusan pengungsi itu ditutup dengan pembacaan doa oleh KH Mansyur Hadiq alias Gus Mansyur Pimpinan Ponpes Usuluddin Salam, Magelang dan pagelaran wayang kulit oleh dalang Riyanto dari Pepadi Kota Magelang.
(anw/anw)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Tutup Share to Facebook:
You are redirected to Facebook
Share via Email:
Share via Email
Sending your message
Message has successfully sent
Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi Nuniek di nuniek[at]detik.com,
telepon 021-7941177 (ext.526).