ANTARA - Mancanegara |
Obama peringatkan China soal Laut China Selatan Posted: 11 Jul 2013 07:36 PM PDT Washington (ANTARA News) - Agresivitas China mengklaim sepihak dan tidak peduli pada klaim negara lain hampir seluruh Laut China Selatan bikin gerah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Obama memperingatkan China tidak menggunakan intimidasi dalam sengketa maritim di Laut China Selatan dengan negara-negara tetangganya. Sebagaimana dikutip dari pernyataan Gedung Putih, Obama mendesak China menyelesaikan sengketa maritim dengan negara tetangga dengan cara damai, tanpa menggunakan kekerasan ataupun intimidasi. Peringatan tersebut disampaikan Obama saat bertemu dengan beberapa pejabat senior China di Washington selama dua hari terakhir. Di perairan Asia-Pasifik, praktis cuma Amerika Serikat, Rusia, dan China yang memiliki armada yang menjangkau seluruh wilayah itu secara kontinue. Dengan pertumbuhan ekonominya, China memperbarui armada militernya; satu keniscayaan bagi kelangsungan hidup 1,2 penduduknya. Amerika Serikat sejak sebelum Perang Dunia II menempatkan Armada Ketujuh Pasifik dan Pasukan Eskpedisi Korps Marinir Pasifik, yang berpangkalan di Pearl Harbour, Hawaii, untuk menjamin kepentingan nasional mereka dan kawasan. Ketegangan China dan Jepang meningkat beberapa waktu ini. Tokyo menuduh Beijing telah telah mengirim kapal-kapal perang untuk memaksakan klaim terhadap kepulauan di Laut China Selatan yang diduga menyimpan kandungan mineral yang kaya. Di sisi lain, Filipina dan Vietnam juga menuduh China telah menggunakan cara yang keras untuk merebut beberapa wilayah Laut China Selatan yang masih dalam status sengketa. Indonesia juga memiliki perairan berbatasan langsung dengan Laut China Selatan di utara Kepulauan Natuna, Riau Kepulauan. Indonesia, melalui jalur diplomatik resmi, terus mengampanyekan agar semua pihak berkepentingan di perairan ini bersedia patuh pada tata perilaku di perairan internasional itu. Salah satu patokan penentuan wilayah perairan satu negara adalah UNCLOS 1982. Sementara itu Penasihat Negara China, Yang Jiechi, menjawab pertanyaan wartawan di Washington, mengatakan, China mendukung kebebasan berlayar di semua perairan. Amerika Serikat sendiri sejak 2010 telah berulangkali menyuarakan pendapatnya soal sengketa Laut China Selatan dengan mengatakan, mereka berkepentingan memastikan kebebasan berlayar. Namun negara tersebut menyatakan tidak berpihak dalam klaim individual. Dalam situasi ketegangan itu, Amerika Serikat juga telah meningkatkan kerja sama militer dengan Jepang, FIlipina, dan Vietnam. (G005) |
China tidak akan alami "hard landing" ekonomi Posted: 11 Jul 2013 05:43 PM PDT Washington (ANTARA News) - Menteri Keuangan China, Lou Jiwei, mengatakan, ekonomi negaranya tidak akan mengalami hard landing (perlambatan ekonomi secara mendadak sehingga mengakibatkan guncangan) dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat adalah fenomena yang dibutuhkan dari restrukturisasi ekonomi. "Meskipun laju pertumbuhan ekonomi China melambat, reformasi struktural telah membuahkan hasil," Lou mengatakan setelah sesi tentang reformasi dan pembangunan berkelanjutan pada hari kedua Dialog Strategis dan Ekonomi China-Amerika Serikat, di Washington, Kamis. Dia mengatakan kinerja dan kualitas pertumbuhan China telah meningkat dan negara memiliki kepercayaan untuk menghadapi tantangan saat ini dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. "Kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan PDB telah meningkat, proporsi sektor jasa terhadap PDB juga telah naik, rasio surplus transaksi berjalan terhadap PDB telah menurun, situasi lapangan kerja baik, dan CPI (Indeks Harga Konsumen) tidak tinggi," kata Lou. Dia menambahkan, China memperkirakan tingkat pertumbuhan PDB tahun ini tujuh persen. Pada kuartal pertama tingkat pertumbuhan sebesar 7,7 persen, dan suku bunga pada semester pertama tahun ini akan sedikit lebih rendah dari 7,7 persen. Tidak ada keraguan China dapat mencapai target pertumbuhan, meskipun sasaran tujuh persen tidak boleh dianggap sebagai garis bawah. Lou mengatakan ekonomi AS telah mempertahankan pemulihan 40 bulan berturut-turut, sehingga China memahami dan mendukung pertimbangan pengurangan stimulus AS. China belum sepenuhnya meliberalisasi rekening modalnya, sehingga dampak terhadap China tidak akan menjadi serius, ia menambahkan. China dan Amerika Serikat telah menggelar pembicaraan S&ED tahunan sejak 2009 ketika Presiden AS Barack Obama mulai menempati Gedung Putih, sebagai saluran utama komunikasi untuk meningkatkan saling percaya, meningkatkan kerja sama dan menangani perbedaan secara tepat. (A026/A011) |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan