KOMPAS.com - Internasional |
PM Tunisia Bentuk Pemerintahan Baru Posted: 07 Feb 2013 02:57 AM PST PM Tunisia Bentuk Pemerintahan Baru Kamis, 7 Februari 2013 | 10:57 WIB BBC Warga Tunisia melakukan aksi protes menentang pembunuhan tokoh oposisi di negara mereka, Chokri Belaid. TERKAIT: TUNIS, KOMPAS.com - Tunisia akan membentuk pemerintahan baru yang terdiri dari kelompok teknokrat non partisan untuk menjalankan roda pemerintahan negara itu hingga digelarnya pemilihan umum, kata Perdana Menteri Hamadi Jebali. Jebali mengumumkan keputusannya itu tidak lama setelah peristiwa pembunuhan tokoh oposisi Tunisia, Chokri Belaid terjadi dan menimbulkan gelombang protes di sejumlah kota besar. Sebelumnya politisi yang anti terhadap kelompok Islam, Chokri Belaid tewas akibat ditembak pada kepala dan lehernya saat berada di kota Tunis. Peristiwa terhadap Belaid tercatat sebagai peristiwa pembunuhan bermotif politik pertama sejak gelombang perubahan di sejumlah negara Arab terjadi pada Januari tahun 2011 lalu. Laporan menyebutkan Belaid ditembak oleh sejumlah orang yang mengendarai sepeda motor saat dia sedang menuju tempat kerjanya. Sementara itu Perdana Menteri Jabali saat menyampaikan pidatonya di televisi mengatakan dia memutuskan untuk membentuk kabinet yang disebutnya sebagai kabinet yang berkompeten secara nasional dan tidak mempunyai afiliasi politik tertentu. Menteri baru yang akan menduduki posisinya nanti menurut Jebali akan memiliki mandat terbatas untuk mengatur sejumlah urusan negara tersebut hingga pemilu yang akan digelar sesegera mungkin. Menuntut mundur Meninggalnya Chokri Belaid menimbulkan kemarahan warga diseluruh kawasan Tunisia. Ribuan orang kemarin dilaporkan menggelar aksi unjuk rasa di sejumlah tempat salah satunya adalah di depan kantor kementerian dalam negeri Tunisia. Dalam aksinya para pengunjuk rasa mendesak pemerintah yang ada saat ini untuk mundur dan menyerukan dilakukannya revolusi baru. Aksi unjuk rasa yang memanas dilaporkan telah memakan setidaknya satu korban jiwa di pihak petugas keamanan. Seorang anggota polisi dilaporkan tewas saat terlibat bentrok dengan pengunjuk rasa dari kelompok oposisi di Tunis. Untuk mengamankan unjuk rasa pemerintah Tunisia telah mengirimkan juga tentaranya, salah satunya ke kota Sidi Bouzid tempat lahirnya revolusi Arab dua tahun lalu. Pengiriman tentara ke wilayah itu dilakukan sesaat sebelum PM Jebali mennyampaikan pidato pembentukan kabinet baru. Sebelumnya Perdana Menteri Hamadi Jebali menyebut pembunuhan ini sebagai tindak terorisme dan menjadi pukulan bagi revolusi yang berhembus di negara-negara Arab. "Ini merupakan tindak kejahatan, tindak terorisme tidak hanya kepada Belaid tetapi juga kepada seluruh Tunisia," kata Jebali. Namun pernyataan itu belum mampu meredam kemarahan kelompok oposisi. Kelompok oposisi Front Popular menyerukan aksi mogok nasional pada hari hari Kamis (07/02) untuk memprotes aksi pembunuhan Belaid.
Editor : Egidius Patnistik |
CIA Operasikan Pangkalan "Drone" Rahasia di Saudi Posted: 07 Feb 2013 02:17 AM PST WASHINGTON, KOMPAS.com — CIA atau Badan Intelijen Pusat AS secara rahasia menggunakan sebuah pangkalan udara Arab Saudi untuk melancarkan serangan dengan drone (pesawat tanpa awak) terhadap sasaran Al Qaeda di Yaman, tetangga Saudi. Media AS, Selasa (5/2/2013) malam waktu setempat, melaporkan bahwa operasi itu telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Pemerintah Saudi ataupun media negara itu tidak menanggapi laporan yang mengungkapkan bahwa pesawat tanpa awak yang menewaskan ulama kelahiran AS, Anwar al-Awlaki, dan putranya pada September 2011, serta Saeed al-Shehri, komandan senior Al Qaeda yang meninggal akibat luka-luka yang dideritanya bulan lalu, diluncurkan dari pangkalan yang tidak disebutkan namanya itu. Justru media Pemerintah Iran yang menyoroti berita itu, yang kemungkinan akan dimanfaatkan kelompok-kelompok jihad. Hari Kamis, arsitek program drone, John Brennan, tampil di depan Senat AS untuk menghadiri sidang pengesahannya menjadi Direktur CIA. Arab Saudi sebelumnya membantah bekerja sama dengan AS untuk menyasar para anggota Al Qaeda di Yaman. Serangan udara dengan pesawat tak berawak AS yang dilancarkan dari pangkalan rahasia di Saudi merupakan hal yang memalukan bagi pemerintah kerajaan itu. Kelompok-kelompok konservatif telah lama menuduh pihak berwenang Arab Saudi terlalu dekat dengan AS. Mereka antara lain keberatan dengan kehadiran pasukan asing non-Muslim di negara mereka. Masalah drone merupakan isu sensitif di Arab Saudi karena ada penolakan terhadap sejumlah pangkalan militer AS, yang diperkirakan telah banyak dipindahkan setelah invasi Irak tahun 2003. Kelanjutan kehadiran tentara AS setelah Perang Teluk 1991 di Arab Saudi merupakan salah satu motivasi di balik serangan teroris Al Qaeda pada 11 September 2001 di New York, dan pengeboman Menara Khobar di Arab Saudi lima tahun sebelumnya. Pengeboman kedutaan AS di Kenya dan Tanzania tahun 1998 juga terjadi tepat delapan tahun setelah pasukan AS pertama kali dikirim ke kerajaan itu. Pempin Al Qaeda yang telah tewas, Osama Bin Laden, tidak menginginkan "kehadiran permanen kaum kafir di Arab". Pengungkapan keberadaan pangkalan drone itu tampaknya tidak akan membuat gelombang yang signifikan di dalam kerajaan Saudi. Negara itu tidak punya media independen. Simpati terhadap kaum jihad Al Qaeda di Yaman juga tidak ada. Arab Saudi telah melakukan kampanye yang sukses melawan Al Qaeda. Negara itu pada dasarnya telah menghancurkan Al Qaeda tahun 2004. Sisa-sisanya pindah ke Yaman dan membentuk cabang Al Qaeda di Semenanjung Arab, yang mungkin merupakan cabang paling aktif dari kelompok itu. Mustafa Alani dari Pusat Riset Teluk di Dubai mengatakan, "Pesawat-pesawat itu tak berawak sehingga tidak akan berdampak sama seperti ketika pesawat Amerika terbang dari pangkalan Prince Sultan. Tak seorang pun akan mengatakan bahwa orang Amerika telah menduduki negara itu. Saya tidak berpikir orang-orang peduli tentang hal ini. Telah diterima secara umum di daerah itu bahwa pesawat-pesawat yang dioperasikan orang Amerika tidak melakukan hal buruk dengan memburu para pemimpin Al Qaeda. Tidak ada simpati terhadap Al Qaeda, kecuali minoritas yang sangat kecil. Bahkan, di Yaman, terlepas dari kerusakan di mana warga sipil kehilangan nyawanya, tidak ada keberatan untuk jenis operasi itu. Sudah menjadi rumor selama bertahun-tahun bahwa pesawat tak berawak lepas landas dari Jazirah Arab. Jadi, itu bukan berita mengejutkan, kecuali bagi Iran dan kaum jihad." Permintaan Pemerintah AS kepada media Amerika untuk menahan diri dalam mengungkapkan lokasi pangkalan CIA itu dilakukan sebagian karena hal itu bisa merusak kerja sama kontra-terorisme dengan Arab Saudi.
Editor : Egidius Patnistik |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan