KOMPAS.com - Nasional |
Alasan DPR Memilih Studi Banding ke Brasil dan AS Posted: 18 Dec 2012 10:51 AM PST JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi VII DPR kini telah kembali ke Tanah Air setelah ramai dikritik soal studi banding ke Brasil dan Amerika Serikat yang terkesan diam-diam. Ketua Komisi VII Sutan Bhatoegana yang juga ketua rombongan tim ke Brasil membantah bahwa DPR hanya jalan-jalan ke luar negeri. Ia pun mengatakan, kunjungan kerja kali ini sangat penting untuk memantapkan Rancangan Undang-Undang Keantariksaan yang belum dimiliki Indonesia. "Kami membuat surat kepada pemerintah tentang pentingnya undang-undang itu. Sebab, majunya negara harus menguasai keantariksaan," ujar Sutan, Selasa (18/12/2012), di Gedung Kompleks Parlemen Senayan. Menurut Sutan, RUU itu penting untuk mengetahui potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, sekaligus untuk mengawasi keberadaannya dan juga untuk mengatur hal-hal yang belum memiliki landasan hukumnya di udara Indonesia. Sutan mencontohkan soal polusi udara hingga kasus pesawat jatuh yang hingga kini belum diatur pihak mana yang membiayai kerugian yang ditimbulkan. Dengan pertimbangan pentingnya RUU ini dibuat, Sutan mengatakan, pihaknya akhirnya memutuskan perlunya dilakukan studi banding ke luar negeri. Ada sejumlah negara yang diusulkan seperti Rusia, Amerika Serikat, Ukraina, Jepang, Brasil, dan Iran. Akhirnya, Komisi VII memutuskan untuk berangkat ke AS dan Brasil. "Masing-masing kami pelajari, ada satu negara supermaju, pasti Amerika, lalu, kita cari negara yang mirip kita beriklim tropis, maka dipilihlah Brasil," ucap politisi Partai Demokrat ini. Lebih lanjut, Sutan menilai bahwa pembuatan RUU Keantariksaan ini tidak bisa hanya sekadar menghimpun informasi dari internet. Pasalnya, anggota dewan harus memahami betul sistem dan teknologi yang diterapkan di kedua negara itu. "Habislah kita kalau hanya mengandalkan internet," ucap Sutan menjawab keraguan publik akan efektivitas studi banding tersebut. Dalam kunjungan ke Brasil, ada 12 orang anggota dewan yang turut serta. Mereka adalah Sutan Bhatoegana, Deni Amalay, Jaenudin Amili, Milton Pakpahan, Siti Romlah, Markum Singodimejo, Azwir Danieltara, Irfansyah, Rofi Munawar, Jamaluddin Jafar, Muhammad Safrudin, dan Nur Yasin. |
August Parengkuan Bertemu Dirjen FAO Posted: 18 Dec 2012 09:01 AM PST Surat Kepercayaan August Parengkuan Bertemu Dirjen FAO Penulis : R. Adhi Kusumaputra | Selasa, 18 Desember 2012 | 23:38 WIB ROMA, KOMPAS.com - Wakil Tetap Republik Indonesia untuk Lembaga Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-bangsa, August Parengkuan hari Senin (17/12/2012) sore menyerahkan Surat Kepercayaan kepada Direktur Jenderal (Dirjen) FAO DR Graciano da Silva di Roma, Italia. August Parengkuan yang juga Duta Besar RI untuk Italia, sebelumnya pada Selasa 11 Desember, menyerahkan Surat Kepercayaan kepada Presiden Italia Giorgio Napolitano di Roma. August Parengkuan pernah menjabat Wakil Pemimpin Redaksi/Pelaksana Harian Pemimpin Redaksi Harian Kompas. August adalah wartawan ke-9 yang menempati posisi Duta Besar RI. Selain menjabat Dubes RI untuk Italia, August merangkap Dubes untuk Malta dan Siprus. August juga kepala perwakilan tetap Republik Indonesia untuk sejumlah organisasi PBB yang berbasis di Roma (ibu kota Italia), antara lain FAO (Food and Agricultural Organization of the United Nations), IFAD (International Fund for Agricultural Development), World Food Programme (WFP), The International Institute for the Unification of Private Law (UNIDROIT), dan INCHS.
|
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan