KOMPAS.com - Internasional |
Publik India Marah atas Pemerkosaan di Bus Posted: 19 Dec 2012 02:24 AM PST Publik India Marah atas Pemerkosaan di Bus Rabu, 19 Desember 2012 | 10:24 WIB BBC Kasus perkosaan menyebabkan kemarahan besar di berbagai kota di India. NEW DELHI, KOMPAS.com — Pemerkosaan beramai-ramai terhadap seorang mahasiswi di bus India memicu kemarahan besar di seluruh negara itu. Parlemen India mengesampingkan agenda rutin pada Selasa (18/12/2012) dan secara khusus membahas insiden yang menimpa seorang mahasiswi kedokteran itu hingga kondisinya kritis. Dalam sidang di parlemen, Menteri Dalam Negeri India, Sushil Kumar Shinde, mengatakan, pemerintah mempertimbangkan untuk memperberat hukuman kasus perkosaan. Pemerintah juga berjanji mengerahkan lebih banyak polisi di rute-rute yang banyak dilalui kaum perempuan di Delhi pada malam hari. Sushil Kumar Shinde menegaskan, kasus pemerkosaan beramai-ramai ini akan disidangkan secepatnya. "Kasus ini diketahui secara cepat dan empat dari enam orang yang dituduh terlibat telah ditangkap. Kasus ini diusulkan diproses melalui sidang kilat melalui sidang setiap hari sehingga sidang tidak berlarut-larut," kata Shinde. Kondisi korban Pada waktu bersamaan, kelompok-kelompok hak perempuan menggelar demonstrasi mengecam kasus ini. Pada Minggu malam, korban diperkosa beramai-ramai ketika ia pulang dari menonton bioskop bersama teman prianya di ibu kota India. Keduanya kemudian dipukuli, dilucuti pakaiannya, dan dikeluarkan dari bus. Mereka dirawat di rumah sakit dan kondisi perempuan tersebut dilaporkan kritis. Kasus pemerkosaan kali ini merupakan salah satu dari 635 kasus yang dilaporkan terjadi di Delhi. Jumlah kasus pemerkosaan di Delhi per tahun jauh lebih tinggi dibanding kota-kota lain di India. Editor : Egidius Patnistik |
Posted: 19 Dec 2012 02:09 AM PST Toko-toko di London, Inggris, sudah bersiap memajang barang dagangannya untuk menarik konsumen menjelang Natal dan Tahun Baru. Namun, kali ini bukan ditujukan kepada orang London, melainkan kepada para wisatawan dari China. Maklum, warga London sedang mengencangkan ikat pinggang dan sangat berhati-hati mengeluarkan lembaran poundsterling dari dompet mereka. Tidak hanya mal, hotel-hotel dan lembaga pemerintah pun meningkatkan upaya untuk membuat wisatawan China merogoh kantong lebih dalam saat di London. Inggris, yang sedang mengalami resesi terpanjang dalam 50 tahun terakhir, harus memutar otak agar dapat menambah penghasilan. Upaya menarik pengunjung dari China ini dilakukan dengan sejumlah cara. Mulai dari menyediakan bubur dan dim sum sebagai menu sarapan di hotel- hotel, serta memasang terminal untuk kartu-kartu kredit terbitan China di beberapa toko besar di London. Tak hanya itu, pegawai yang fasih berbahasa Mandarin juga disiapkan untuk membantu calon konsumen. Inggris menyasar wisatawan China tidak hanya karena mereka adalah pasar baru yang berkembang dengan sangat cepat. Diperkirakan, ada 70 juta orang China yang bepergian ke luar negeri pada tahun 2011. Angka ini naik 20 persen hanya dalam satu tahun. Selain itu, orang-orang China ini juga pembelanja yang royal. "Wah, mereka benar-benar berbelanja dalam jumlah besar," ujar Patricia Yates, Direktur Strategi VisitBritain. "Rata-rata mereka membelanjakan sekitar 1.600 poundsterling (Rp 25 juta), tiga kali lipat dari jumlah yang dibelanjakan orang Inggris. "Kedatangan mereka sangat disambut dengan antusias oleh industri ritel saat ini ketika permintaan domestik melemah," kaya Yates. Produsen barang-barang mewah menyambut kedatangan orang China ini dengan tangan terbuka. Toko Harrods yang baru direnovasi di distrik elite London, Knightsbridge, saat ini memiliki 70 pramuniaga yang bisa berbahasa Mandarin. Selain itu, mereka juga sudah memasang lebih dari 100 terminal China Union yang memungkinan pelanggan China itu membayar langsung dari akun bank China mereka. Juru bicara Harrods menyatakan, perhiasan, jam tangan, busana, dan anggur berkelas tinggi menempati urutan teratas daftar belanja para wisatawan China. "Mereka melihat produk teranyar yang jumlahnya terbatas dan eksklusif," katanya. Di bawah kilauan lampu natal di kawasan belanja Oxford Street, para wisatawan China itu memenuhi toko-toko yang menjual barang para desainer top. "Saya rasa, London adalah ibu kota fashion. Banyak perancang terkenal dari London," ujar Harry Gao, mahasiswa bidang mode dari Wenzhou, China timur. Kalah saing Tahun lalu, ada 149.000 wisatawan China yang datang ke Inggris. Mereka menyuntikkan dana sekitar 240 juta poundsterling (Rp 3,75 triliun) ke perekonomian Inggris yang tengah berjuang keluar dari resesi. Akan tetapi, pangsa pasar Inggris dalam menangkap pengunjung China ini masih lebih rendah ketimbang tetangganya di Eropa, seperti Perancis. Perancis menjadi magnet dan menarik hampir 1 juta turis dari China tahun lalu. "Kami menyadari, pesaing kami di Eropa lebih baik. Kami benar-benar ingin menangkap peluang dari pengunjung China," kata Yates. Sistem pemberian visa Inggris menjadi salah satu kambing hitam dari kurangnya wisatawan ini. Para turis China itu dapat masuk ke 26 negara Eropa dengan visa tunggal Schengen. Sementara kunjungan ke Inggris memerlukan visa terpisah dengan biaya tambahan. Menteri Dalam Negeri Inggris menyatakan, pemerintah akan memperluas aplikasi visa secara online dan membuat formulir visa dalam bahasa Mandarin. Menurut manager marketing Landmark Hotel London, Yang-Ping Mew, selain menyediakan sarapan bubur dan dim sum, hotel itu juga menyediakan kamar-kamar khusus di lantai dengan angka yang dianggap membawa hoki, seperti lantai 3 dan 8. "Orang China sangat percaya takhayul," kata Mew. Banyak kesempatan untuk meraih untung dari wisatawan China ini. (AFP/Joe)
Editor : Egidius Patnistik |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan