Isnin, 10 September 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Pengungsi Sampang Ingin Pulang

Posted: 10 Sep 2012 11:39 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com — Kelompok Syiah yang menjadi korban kekerasan di Sampang, Madura, sudah mulai jenuh tinggal di pengungsian di GOR Sampang dengan fasilitas seadanya. Mereka ingin pulang secepatnya dengan jaminan perlindungan dari aparat keamanan.

"Para pengungsi sudah mulai jenuh dan ingin pulang kampung," kata anggota Tim Advokasi dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Universalia untuk Pengungsi Sampang, Agus Setiawan, saat dihubungi dari Jakarta, Senin (10/9/2012).

Hingga kini ada sekitar 240 pengungsi dari kelompok Syiah di GOR Sampang. Mereka adalah korban penyerangan massa di Kampung Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang, Madura, akhir Agustus lalu. Kekerasan mengakibatkan satu orang tewas, sejumlah orang terluka, dan puluhan rumah dibakar, serta harta benda ludes.

Agus Setiawan mengungkapkan, sebagian pengungsi remaja sudah meninggalkan GOR untuk meneruskan pendidikan. Adapun kaum tua memilih tinggal dengan keluarganya di Jawa. Sebagian besar pengungsi masih tinggal di penampungan dengan fasilitas seadanya.

"Mereka gelisah karena belum memperoleh kepastian kapan dapat kembali ke kampung halaman, apalagi tembakau di ladang saat ini sudah siap panen," katanya.

Para pengungsi menolak gagasan relokasi ke tempat lain. Soalnya, Kampung Nangkernang merupakan tempat lahir, besar, dan hidup mereka. Mereka berharap, pemerintah tidak memaksakan ide pemindahan itu, tanpa meminta persetujuan para pengungsi.

Editor :

Tjahja Gunawan Diredja

Sebagian Teroris Mulai Frustasi

Posted: 10 Sep 2012 09:49 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan bom saat dirakit di Tambora, Jakarta, dan Depok, Jawa Barat, baru-baru ini memperlihatkan, sebagian kelompok teroris kian frustasi sehingga berbuat ceroboh.

Ada frustasi politik yang sudah sampai ke ubun-ubun di kalangan sebagian teroris muda. Mereka mengidam-idamkan sistem politik dan hukum syariah dalam negara Islam. Sementara, perjalanan politik Indonesia justru semakin sekuler.

-- Al Chaedar

"Ada frustasi politik yang sudah sampai ke ubun-ubun di kalangan sebagian teroris muda. Mereka mengidam-idamkan sistem politik dan hukum syariah dalam negara Islam. Sementara, perjalanan politik Indonesia justru semakin sekuler," kata peneliti terorisme dari Universitas Malikussaleh, Aceh, Al Chaedar, di Jakarta, Senin (10/9/2012).

Kegiatan kelompok-kelompok baru teroris itu juga semakin terdesak oleh operasi Detasemen Khusus atau Densus 88 yang getol beberapa tahun belakangan. Semua kelompok sel-sel baru sudah terpetakan oleh aparat keamanan bak dalam akurium. Mereka menjadi sulit bergerak dan semakin frustasi.

Sebagaimana diberitakan, dua bom meledak di Tambora, Jakarta Barat, dan di Kukusan, Depok, Jawa Barat pekan lalu. Diduga, ledakan itu diduga terkait dengan kegiatan kelompok teroris muda yang sedang merakit bom dan gagal.

Al Chaedar memperkirakan, para terduga kelompok teroris yang terlibat dalam kasus ledakan bom di Tambora dan Depok termasuk termasuk generasi baru sempalan dari salah satu faksi Darul Islam (DI).

Mereka memang dilatih untuk membuat bom dengan rencana untuk diledakkan pada target-target yang ditentukan. Namun, rencana itu gagal karena bom meledak saat masih dalam proses uji-coba.

"Mereka frustasi karena arah politik Indonesia semakin demokratis dan sekuler. Padahal, mereka mencita-citakan negara Islam. Mereka tak sabar untuk melancarkan serangan sehingga terjadilah ledakan bom saat diracik," katanya.

Untuk mengantisipasi serangan terorisme, pemerintah saat ini perlu melakukan tindakan yang tepat. "Jika sudah mengancam masyarakat, apalagi dengan bom, mereka sudah tak bisa ditoleransi. Harus ditindak tegas," katanya.

Meski demikian, pemerintah juga perlu terus menyempurnakan pendekatan deradikalisasi, terutama yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Program deradikalisasi perlu ditujukan pada sasaran yang tepat, yaitu kaum muda radikal yang berpotensi menjadi teroris.

"Mereka harus didekati, diajak dialog, dan disadarkan untuk menjauhi jalan kekerasan," katanya. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan