Selasa, 18 September 2012

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


AIPA tunda resolusi Laut China Selatan

Posted: 18 Sep 2012 07:00 AM PDT

Ketua DPR Marzuki Alie (FOTO ANTARA)

Waktu agenda dibuat Juli lalu, Laut China Selatan agak memanas dimasukkan agenda AIPA, perkembangan terakhir yang diprakarsai menlu Indonesia, posisi Laut China Selatan sudah kondusif,"

Berita Terkait

Senggigi, NTB (ANTARA News) - Sidang Umum Inter-Parlemen Asia Tenggara (AIPA) akhirnya menunda pembahasan usul resolusi mengenai Laut China Selatan karena saat ini kawasan tersebut cenderung kondusif, di samping untuk menghindari terjadinya pro-kontra antardelegasi parlemen negara-negara yang terkait.

Keputusan itu dicapai dalam pertemuan Komite Eksekutif AIPA yang dipimpin Presiden AIPA Marzuki Alie di arena Sidang Umum AIPA di Senggigi, Lombok, NTB, Selasa.

Selanjutnya, keputusan komite eksekutif itu disampaikan oleh Marzuki Alie dalam sidang pleno pertama AIPA. Selain dihadiri delegasi parlemen negara anggota AIPA juga turut hadir delegasi dari negara peninjau, yakni Australia, Belarus, Kanada, Republik Rakyat Cina, Korea, India, Jepang, Parlemen Eropa dan Rusia.

Marzuki yang memimpin sidang pelno pertama tersebut meminta persetujuan para delegasi bahwa usul resolusi Laut China Selatan ditunda. Tidak ada peserta sidang pleno dan delegasi yang menyampaikan pendapat dan dianggap semuanya menyetujui keputusan Komite Eksekutif AIPA tersebut.

Marzuki menjelaskan, dalam pertemuan rapat komite eksekutif, ada perubahan agenda yakni persoalan Laut China Selatan yang sudah dijadwalkan pada Juli lalu, kini ditunda. Sebab, persoalan tersebut kini sudah kondusif.

"Waktu agenda dibuat Juli lalu, Laut China Selatan agak memanas dimasukkan agenda AIPA, perkembangan terakhir yang diprakarsai menlu Indonesia, posisi Laut China Selatan sudah kondusif, ada usul jangan dimasukkan lagi, kalau ikut akan berdampak pada agenda-agenda lain, pro-kontra terlalu banyak," ujarnya.

Karena itu, kata Ketua DPR ini, usul resolusi tersebut ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Kemudian diubah dengan tema kawasan aman, harmonis dan stabil.

Perihal resolusi, berkaitan dengan kawasan konflik diselesaikan melalui cara pendekatan dengan dialog.

Menyangkut Laut China Selatan merupakan wilayah yang sangat krusial bagi ASEAN. Sehingga sangat penting bagi semua negara di wilayah negara kawasan.

"Oleh karenanya kondisi sudah kondusif, maka dianggap tidak ada masalah lagi," kata dia.

(S023/A011)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Empat gunung di Indonesia timur berstatus siaga

Posted: 18 Sep 2012 06:55 AM PDT

Manado (ANTARA News) - Kepala Bidang Pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Bandung, Hendrasto mengatakan, empat gunung di wilayah Indonesia Timur hingga kini statusnya masih siaga.

"Empat gunung ini berada di Sulawesi Utara dan Halmahera," kata Hendrasto, di Manado, Selasa.

Hendrasto mengatakan, tiga gunung api di Sulawesi Utara yang masih berstatus siaga level III yaitu Gunung Lokon di Kota Tomohon, Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan, dan Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, sedangkan satunya Gunung Gamalama di Halmahera.

Sementara itu, gunung-gunung dengan status waspada yaitu Gunung Dukono di Kabupaten Halmahera Utara, Gunung Gamkonora di Kabupaten Halmahera Barat, dan Gunung Ibu di Kecamatan Ibu Utara Kabupaten Halmahera Barat.

Sedangkan beberapa gunung lainnya yang berstatus normal di Sulawesi Utara yaitu Gunung Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Ambang di Kabupaten Bolaang Mongondouw, Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe serta Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro.

"Aktivitas vulkanik gunung-gunung ini masih tinggi. Apalagi Gunung Gamalama yang barusan meletus," kata Hendrasto.

Dia menambahkan, Gunung Lokon yang meletus Sabtu (15/9) masih menunjukkan suplai-suplai energi dalam bentuk gempa vulkanik dalam dan dangkal sehingga masih berpotensi terjadinya erupsi debu.

Sedangkan Gunung Soputan, setelah meletus 26 Agustus 2012, masih terekam gempa embusan yang mencapai 70-80 kali dalam satu hari.

Begitupun dengan Gunung Karangetang yang di atas puncak kawah masih menyimpan api diam, dan sesekali diikuti dengan guguran lava pijar.

"Kami tetap berharap warga mematuhi radius-radius bahaya yang telah ditetapkan oleh PVMBG Bandung. Semestinya daerah bahaya ini harus steril. Dan maksud diberikan untuk melindungi keselamatan warga," ungkapnya.
(ANT-305/M031)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan