Ahad, 15 Julai 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Pawai anti-NATO di perbatasan Pakistan-Afghanistan

Posted: 15 Jul 2012 07:38 PM PDT

Islamabad (ANTARA News) - Ribuan orang yang memprotes keputusan untuk membuka kembali jalur pasokan darat buat pasukan NATO di Afghanistan, Ahad (15/7), berkumpul di satu kota perbatasan sebagai bagian dari aksi mereka menekan pemerintah agar mencabut keputusannya.

Pawai dua-hari tersebut diselenggarakan oleh aliansi puluhan partai agama dan politik di Provinsi Balochistan, Pakistan barat-daya, yang berbatasan dengan Afghanistan.

Itu adalah pawai panjang kedua oleh Dewan Pertahanan Pakistan (DPC) sebagai bagian dari protes di seluruh negeri tersebut guna menentang keputusan 3 Juli oleh pemerintah untuk membuka kembali jalur pasokan darat untuk pasukan NATO setelah ditutup selama hampir tujuh bulan.

Pawai pertama antara Kota Lahore di bagian timur, dan Ibu Kota, Islamabad, berakhir pada 10 Juli dan DPC merencanakan pawai ketiga di jalur utama pasokan NATO di bagian barat-daya negeri itu pada 16-17 Juli.

Pakistan telah menutup jalur pasokan NATO sehubungan dengan terbunuhnya 24 prajurit Pakistan dalam serangan udara NATO, November lalu. Jalur pasokan tersebut dibuka kembali setelah permintaan maaf oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berkaitan dengan tewasnya personel keamanan Pakistan.

Keputusan itu memicu kecaman kuat dari partai utama yang berlandaskan agama dan beberapa partai politik oposisi dan mereka menyelenggarakan pawai serta pertemuan terbuka di berbagai kota besar utama guna menentang pembukaan kembali jalur pasokan NATO.

"Ada gelombang orang yang berpawai," kata pemimpin DPA Maulana Sami-ul-Haq melalui telepon dari Chaman, Kota Kecil perbatasan di Provinsi Balochistan, kepada Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin pagi. Chaman, yang berbatasan dengan Provinsi Kandahar di Afghanistan selatan, adalah satu dari dua jalur utama pasokan NATO di Pakistan.

"Pawai tersebut lebih berhasil ketimbang yang sebelumnya," katanya. Ditambahkannya, masyarakat akan "memaksa pemerintah untuk berhenti melayani kepentingan" AS dan sekutu NATO-nya.

Pawai kedua itu dimulai dari Quetta, Ibu Kota Provinsi Balochistan, pada Sabtu sore (14/7), dan peserta pawai tiba di Chaman, Ahad sore, setelah melewati beberapa kota besar.

Sami-ul-Haq mengatakan "banyaknya orang yang mengikuti" pawai tersebut di Balochistan mencerminkan perasaan rakyat terhadap pembukaan kembali jalur pasokan NATO.

Para pemimpin DPC pusat berbicara kepada peserta pawai di berbagai kota besar berbeda mengenai jalur pawai dan mengutuk pembukaan kembali jalur pasokan NATO serta mengatakan para penguasa "menyerah pada tekanan AS". Mereka meminta Pakistan untuk menentang "dari membantu orang asing guna menumpahkan darah orang Afghanistan".

Pemerintah telah melakukan pengamanan ketat bagi peserta pawai mengingat gelombang pembunuhan terarah dan serangan sektarian yang sedang terjadi. Puluhan orang telah tewas selama beberapa pekan belakangan.

Kendaraan polisi mengawal kendaraan pemimpin DPC pusat dan ratusan kendaraan lain dalam rombongan tersebut.

DPC juga telah menggelar relawannya sendiri untuk melakukan tugas keamanan dan tak ada kejadian yang tak diingini selama pawai dua-hari itu.
(C003/A011)

Iran tutup kedai kopi yang dianggap tak bermoral

Posted: 15 Jul 2012 07:32 PM PDT

Dubai (ANTARA News) - Polisi Iran menutup puluhan restoran dan kedai kopi akhir pekan lalu terkait tindakan yang dipandang pemerintah sebagai perilaku tidak Islami dan tidak bermoral, demikian laporan media setempat.

Petugas reguler dan anggota "polisi moral" menyerbu 87 kafetaria dan restoran di sebuah distrik di ibukota Iran, Teheran, Sabtu (14/7), dan menahan beberapa perempuan yang melecehkan peraturan berpakaian Islami, kata Kantor Berita Mahasiswa Iran (ISNA).

"Semua tempat ini ditutup karena tak mematuhi nilai-nilai Islam, menyediakan hokah kepada perempuan, dan tak punya izin," kata pejabat polisi Teheran, Alireza Mehrabi, seperti dikutip ISNA.

Di negara itu, perempuan tak diizinkan mengisap hokah--pipa tembakau yang diberi air-- di tempat umum.

Mehrabi mengatakan penggerebekan tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencana untuk memberikan keamanan "yang berorientasi pada permukiman", dan akan terus dilakukan di berbagai wilayah lain Teheran.

Kedai-kedai kopi telah menjamur di Iran dalam beberapa tahun belakangan, menawarkan internet nirkabel, kudapan, minuman hangat, dan tempat nongkrong bagi pemuda di Iran, negara yang tak memiliki bar dan jaringan kafetaria atau restoran Barat.

Namun kecenderungan itu telah dikecam oleh kubu konservatif Iran, yang menganggapnya sebagai penerimaan budaya Barat dan tak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Pemerintah secara berkala melakukan tindakan atas prilaku yang dipandangnya tak Islami, termasuk pembauran antar-jenis kelamin yang tak memiliki hubungan keluarga.

Pada 2007, polisi Teheran menutup 24 kafe internet dan kedai kopi lain dalam waktu beberapa jam, serta menahan 23 orang.

(C003)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan