Sindikasi welcomepage.okezone.com |
Evita Legowo: Peranan Perempuan di Sektor Migas Makin Terlihat Posted: 21 Apr 2012 01:08 AM PDT KARTINI-Kartini modern saat ini, tidak hanya menuntut kesetaraan peran di area publik. Namun, mereka juga bisa membuktikan bisa melakukan semua yang dilakukan laki-laki, bahkan lebih. Termasuk juga dunia pertambangan minyak dan gas, sebuah dunia yang begitu identik dengan laki-laki. Evita Herawati Legowo, nama lengkap perempuan itu. Namun, dia biasa dipanggil Evita Legowo, atau Bu Evita, adalah nama yang tak asing lagi di dunia migas Tanah Air. Tak ayal, semenjak 2008 lalu, dia memang menjabat sebagai orang nomor satu di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas BUmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Migas KESDM). Memimpin sebuah institusi yang didominasi laki-laki, membuat Evita terlihat seperti berada di dunia yang berbeda. Beberapa waktu lalu, lulusan pertama di Departemen Kimia Institut Teknologi Bandung tahun 1970 ini bahkan menjadi salah satu kandidat Srikandi Migas yang digalang asosiasi migas. Bagaimana dia kemudian memaknai hari Kartini dan apa apa pandangannya tentang Kartini Indonesia? Okezone berhasil bertemu dengannya dan berbincang tentang perempuan ini lebih dekat pada suatu siang di kantornya. "Kartini itu menyemangati saya dan wanita Indonesia untuk berbuat tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tetapi juga memajukan wanita secara umum. Memicu wanita untuk bertidak lebih bagi bangsa ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri," tutur perempuan kelahiran Sragen, Jawa Tengah ini. Semangat Kartini ini yang kemudian membuat Evita memutuskan untuk terjun ke dunia publik. Pilihannya tak tanggung-tanggung, dunia migas yang selama ini membuatnya tertarik. "Bagi saya, komitmen berumah tangga itu nomor satu, dan saya mendapat izin suami saya untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran saya di luar rumah. Maka dengan izin ini saya mencoba berbuat yang terbaik di pekerjaan saya, tanpa menomorduakan keluarga,"ujar perempuan yang dinikahi Edi Legowo tahun 1976 ini. Diizinkan bekerja di luar rumah, membuat Evita memaksimalkan potensinya, khususnya di dunia migas. Selepas lulus dari ITB tahun 1974, dia memulai kariernya di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) sampai kemudian memimpinnya di tahun 2002-2006. Evita juga terus meneruskan pendidikannya sampai menyandang gelar Doktor Ing Kimia Minyak dan Bumi dari Technische Universitaet Clausthal, Jerman tahun 1991 lalu. Perempuan berdarah Jawa-Sunda inipun sempat menjadi perempuan pertama yang menjadi Kepala Pusat Penelitian Energi Alternatif di KESDM dan menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Energi dan Ketenagalistrikan tahun 2001-2002. "Pengalaman saya, untuk menduduki jabatan yang sama biasanya wanita harus membuktikan lebih dari laki-laki. Dahulu mungkin dua kalinya (membuktikan dua kali lebih baik). Kalau sama saja, pasti yang dipilih laki-laki. Itu dulu, tetapi sekarang enggak," beber ibu tiga anak ini. Perempuan Indonesia saat ini, ujar Evita, adalah perempuan-perempuan yang kuat dan membuktikan dirinya bisa bersaing dengan laki-laki. Potret Kartini saat ini, digambarkannya merupakan sosok yang tak segan lagi untuk bekerja sampai larut malam sekalipun sekaligus juga pintar membagi waktu dengan keluarga. "Saya sempat ngobrol dengan pimpinan beberapa perusahaan migas belakangan ini, kalau mereka mau buka lamaran pekerjaan, kalau hanya melihat sisi akademisnya saja, 80 persen yang diterima itu perempuan. Padahal untuk perusahaan minyak masih perlu laki-laki misalnya untuk di hutan, eksplorasi dan lainnya, jadi mereka harus merubah beberapa persyaratan kadang-kadang," jelas perempuan yang juga sempat menjadi staf ahli Menteri ESDM tahun 2006-2008 ini. Perempuan Indonesia, sebut Evita makin pintar dan bisa 'perform' di banyak tempat, termasuk migas sekalipun. "Di migas, sekarang makin banyak wanitanya, ada Bu Karen di Pertamina (Dirut Pertamina Karen Agustiawan), Bu Elisabeth di Total (Presdir Total E&P Indonesie Elisabeth Proust) di Medco, dan Santos juga ada perempuannya," sebut Evita yang pernah memperoleh penghargaan Satya Lancana Wira dan Bintang Jasa Nararaya dari Presiden ini. (wdi) |
Astrid Ellena Tak Suka Koleksi Aksesori Wanita Posted: 21 Apr 2012 01:07 AM PDT ASTRID Ellena bukan tipe wanita yang gemar berbelanja. Meski menyandang label publik figur, mahasiswa Universitas Pelita Harapan ini memilih untuk berbelanja sesuai dengan kebutuhan. Belanja dan wanita adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Walau tidak menggambarkan secara keseluruhan, belanja realitanya memang identik dengan kaum hawa. Walau kenyataannya menjadi hal lumrah di luar sana, hal tersebut ternyata tidak berlaku bagi Astrid Ellena. Miss Indonesia 2011 ini mengaku bukan tipe yang gemar berbelanja pernak-pernik wanita atau mengoleksinya secara khusus. "Saya tidak memiliki koleksi apa-apa. Dulu saya pernah koleksi parfum, tapi karena sering pindah-pindah rumah jadinya tidak terawat dan hilang satu per satu," katanya kepada okezone saat ditemui di RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta, baru-baru ini. Keinginan mengoleksi aksesori wanita sebenarnya memang diinginkan gadis 21 tahun tersebut, namun mengingat hidupnya yang nomaden alias berpindah-pindah membuat keinginan tersebut diurungkannya. Karenanya, Ellen pada akhirnya terbiasa berbelanja sesuai kebutuhan. "Saya biasanya beli sepatu, baju atau tas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan saja. Jadi, saya memang jarang belanja-belanja yang tidak penting," tutupnya. (ind) (tty) |
You are subscribed to email updates from Sindikasi welcomepage.okezone.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan