Sabtu, 21 April 2012

Republika Online

Republika Online


Ingin Kuasai 10 Bahasa, Ini Tips Paul Pimsleur

Posted: 21 Apr 2012 06:33 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah penelitian ilmiah yang pernah dilakukan seorang ilmuwan spesialis linguistik terapan, Dr. Paul Pimsleur Ph.D, mengungkapkan bahwa kemampuan otak manusia dalam menguasai bahasa asing sungguh luar biasa. Pimsleur memaparkan bahwa otak manusia ternyata mampu menguasai 10 bahasa dunia dalam waktu cepat.

Pimsleur mengungkapkan bahwa otak manusia memiliki saluran khusus yang dapat mempelajari setiap kosakata baru. Bahkan dari berbagai bahasa yang tidak pernah dikenalnya. Namun, menurut Pimsleur, selama ini hampir semua manusia belum mengaktifkan saluran otak linguistik tersebut.

Biro Intelejen Federal Amerika Serikat (FBI) dan Agen Keamanan Nasional Amerika telah menggunakan pendekatan Pimsleur ini. Pimsleur telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk mempelajari bahasa dan pemahaman psikologi akusisi bahasa dunia.

Pimsleur membeberkan sedikit metode pembelajaran komunikasi efektifnya. Menurut dia, penguasaan efektif bahasa apapun itu berkunci pada penguasaan jumlah kosa kata inti yang digunakan secara konsisten. Kemudian kosa kata itu dibuat dalam kerangka kerja sebagai media berkomunikasi sesering mungkin dengan berbagai tingkatan.

Di sisi lain, Pimsleur menjelaskan kesalahan dalam mempelajari bahasa asing. Yaitu ketika memasukkan dan menghafalkan kata-kata terlalu cepat dan banyak secara  bersamaan di awal pembelajaran. Menurut dia, ini benar-benar dapat memperlambat proses retensi bahasa.

Metode pendekatan Pimsleur mengajarkan pembelajaran bahasa dengan menggunakan kosakata inti. Sehingga, seseorang segera berbicara banyak dalam waktu cepat. Penguasaan bahasa tidak hanya pada berapa banyak kata yang diketahui saja, melainkan juga kata-kata yang dapat digunakan.

Pelajaran bahasa menggunakan pendekatan Pimsleur ini telah teruji dan dicoba di seluruh dunia. Metodenya dapat membuat orang menguasai materi bahasa secara cepat. Penggunaan bahasa tersebut kemudian tersimpan di dalam memori otak setelah mendengarkan hanya satu kali saja.

Pimsleur juga menekankan pembelajaran bahasa harus menyenangkan dan memudahkan dalam tempo yang singkat dan inten. Dengan begitu, seseorang akan gampang  menyerap bahasa baru dengan mudah. Dia menyadari bahwa anak memiliki kemampuan luar biasa dalam belajar bahasa baru dengan cepat.

Dr. Paul Pimsleur adalah seorang pendidik bahasa selama lebih dari 20 tahun hingga wafatnya di 1976. Ia menghabiskan hidupnya mengembangkan metode ini untuk menguji coba kemampuan orang dalam belajar bahasa baru dengan mudah.

Melongok Hollywood, Hollyweed, Hollyweird

Posted: 21 Apr 2012 01:15 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,Bagi pecandu film, Hollywood tak lagi kedengaran asing. Kota satelit di pinggiran Los Angeles, di Negara Bagian California, Amerika Serikat (AS), tersebut adalah pusat industri film paling kondang di dunia. Di sana banyak tinggal pula para bintang film ngetop, lengkap dengan segala kegiatannya-- kehidupan glamor, penuh hura-hura, pesta pora, serta gelimang uang.

Aktivitas yang penuh ekstravaganza tersebut berlangsung selama beberapa dasawarsa terakhir. Namun belakangan ada tanda-tanda yang menunjukkan ambang pasang surut. Meski belum sama sekali padam, hiruk pikuk Hollywood mulai dirasakan kehilangan kemegahannya.

Di sepanjang Hollywood Boulevard yang menjadi gerbang masuk Hollywood, kiri dan kanan tepi jalannya terdapat Walk of Fame. Di kota-kota lain, Walk of Fame tersebut sama dengan trotoar atau kaki lima. Bahannya pun sama-sama dari semen yang dicor. Cuma bedanya, pada Walk of Fame tadi terdapat cap kaki dan tanda tangan beberapa bintang terkenal pada zamannya.

Dari situ, orang dengan mudah juga bisa melihat tulisan Hollywood dalam huruf ukuran besar. Tulisan yang dibuat dalam huruf balok berwarna putih tersebut ditempelkan pada bukit, agak di luar kota. Karena letaknya yang tinggi, tulisan tersebut gampang dipandang dari berbagai arah. Kecuali dari balik bukit, tentunya.

Dan di bawah tulisan itulah, terdapat gambaran mimpi-mimpi penduduk yang berdiam di ''kota seluloid'' tersebut. Tulisan itu sendiri sudah memancarkan keglamoran dan gemerlapnya kehidupan kota ini. Namun, ya itu tadi, kemegahan kota yang sarat logo hotel dan billboard bioskop itu kini tinggal mitos. Kota itu lebih banyak dijejali para pengukir tato dan toko-toko kaos oblong-- kata lain dari t-shirt. Bintang film yang tinggal di sana mulai berkurang jumlahnya.

Bagi para turis yang berharap terlalu banyak, kota ini sangat mungkin sungguh mengecewakan. Studio-studio film, seperti milik Paramount, sudah lama pindah ke luar, dan kehidupan nyata mulai memasuki kota ini. Musik-musik metal menghiasi toko elektronik, para pengemis memohon-mohon uang receh dan para germo menawarkan gadis-gadisnya yang telanjang total. Di pojok dekat persimpangan Hollywood dan Vine kini dilengkapi dengan toko suvenir, asosiasi kredit, toko permen dan pizza. Buku panduan turis sudah beberapa kali diubah. ''Hollywood dan Vine kini layaknya menjadi tempat untuk menelanjangi khayalan -- dan mungkin dompet Anda '' tulis Gil Reavill dalam Hollywood and the Best of Los Angeles.

Kota ini masih menyimpan kenangan-kenangan manis masa silam. Di sekitar teater China milik Mann, para turis meletakkan telapak tangan dan kakinya pada cetakan semen Arnold Schwarzenegger, Shirley Temple, dan Joan Crawford. Banyak turis yang mengarahkan kameranya untuk mengabadikan gambar bintang-bintang yang namanya tertera pada Walk of Fame.

Tapi ternyata nama-nama besar tidak selalu berada di tempat terbaik. Cap milik Marlyn Monroe terletak dekat dengan McDonald's, Claudette Colbert terletak di depan toko pakaian dalam wanita, dan Guy Lombardo dekat toko barang antik. Meskipun demikian, orang masih mengakui, naskah-naskah film Hollywood yang bagus banyak terlahir di sini.

Pihak Hollywood merencanakan program revitalisasi kota yang meliputi pembangunan jalur kereta bawah tanah atau subway yang baru. Termasuk di dalam program itu adalah renovasi yang menelan jutaan dolar terhadap teater legenda Mesir dan tur perjalanan sejarah, lengkap dengan petunjuk-petunjuk jalan bagi pengunjung. ''Pada akhirnya, bintang-bintang akan kembali menerangi Hollywood'' kata Leron Gubler, direktur eksekutif departemen perdagangan Hollywood, penuh harap.

''Jutaan turis datang ke sini (konon sembilan juta per tahun, red) untuk melihat tempat yang sesungguhnya. Mereka ingin tahu ke mana para bintang film suka jalan-jalan, di mana mereka tinggal, di mana mereka makan malam. Ada rasa sejarah, barangkali 80 persen bangunan masih berdiri. Tantangannya adalah melestarikan perasaan terhadap tempat-tempat bersejarah dan menambah hal-hal yang dapat memberikan pengalaman baru para turis.''

Gubler melihat sejumlah kemajuan, seperti menurunnya angka kriminalitas dan meningkatnya bisnis di kota ini sejak ia menduduki jabatan ini beberapa tahun yang lalu. Ia menunjuk tanda Hollywood di lereng bukit yang masih berdiri setelah hampir 75 tahun, sebagai pengingat terhadap apa yang telah dan masih akan terus ada.

Dibangun pada 1923 sebagai promosi untuk pembangunan real-estat, tanda tersebut sudah melewati tantangan alam dan gangguan manusia. Seperti gempa bumi, cuaca, tangan-tangan jahil kaum vandal, coretan-coretan dan lain-lain. Tanda ini juga pernah mengalami adaptasi. Pada mulanya bertuliskan ''Hollywoodland'', namun kata ''land'' dicopot pada 1949. Pada 1979 simbol ini - seperti juga layaknya bintang-bintang yang sudah menua - membutuhkan perbaikan wajah. Usaha yang keras dilakukan untuk menyelamatkannya.

Para donatur menyumbang ribuan dolar untuk memperbaiki huruf-huruf tertentu. Juragan film dan majalah porno Hugh Heffner menyelamatkan huruf ''Y''. Pemusik rock Alice Cooper menyumbang untuk perbaikan huruf ''O''. Dan penyanyi bersuara ngebas yang pernah melantunkan Love Story Andy Williams menyumbang huruf 'W'. Setahun berikutnya seluruh struktur dibangun dengan lempengan logam padat. Tapi tetap saja ada orang yang mencibir dan memandang Hollywood dengan rasa sinis-- baik dengan alasan sekadar iseng atau memang benar-benar tak menyukainya.

Beberapa orang memelesetkan tanda tersebut menjadi ''Hollyweed'' (weed = rumput liar) dan ''Hollyweird'' (weird = aneh). Di tahun-tahun belakangan, departemen perdagangan dan dewan kota Los Angeles sebagai penjaga tanda tersebut telah membangun sistem keamanan yang lebih canggih termasuk alat deteksi gerak, kamera video tersembunyi dan laser. Don Selten, seorang warga asli Los Angeles, mengingat masa nakalnya ketika ia masih muda. ''Saya memanjat bukit di sana dengan membawa senjata api saya dan menembak bola lampunya'' kata Selten, 71 tahun, mantan pegawai restauran yang tinggal ke arah kiri huruf 'H'.

Sebagai pemimpin Asosiasi Pemilik Rumah di Kawasan Hollywood --sebuah komunitas dengan 550 rumah di sekitar atraksi turis-- ia kini mulai sadar dan melindungi kepentingan mereka yang tinggal di sekitar tanda tersebut. Namun Hollywood bukan sekadar tanda untuk sebidang tanah seluas 12 mil persegi. Melainkan merupakan buah pikiran yang sangat berakar pada kesadaran masyarakat AS. Dulu, Hollywod memang merupakan sarang segala sesuatu yang serba indah, seru, dahsyat, dan penuh ekstravaganza. Tapi kini, semua itu tinggal kenangan. Hollywood, Hollyweed, Holyweird, kota tua lumutan dan seram.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan