Rabu, 8 Februari 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Pemberontak Tuareg rebut perbatasan Mali, Sekjen PBB desak perundingan

Posted: 08 Feb 2012 04:46 PM PST

Bamako (ANTARA News) - pemberontak Tuareg Rabu mengatakan mereka merebut kontrol wilayah timur laut Mali pada saat Sekjen PBB Ban Ki-moon mendesak menghentikan pertempuran di tengah keprihatinan global atas kerusuhan itu.

"Kami mengambil-alih Tinzawaten pada Rabu," kata Mohamed Ag Ghaly, seorang pejuang Tuareg, mengacu kepada wilayah dekat perbatasan Aljazair, lapor AFP.

"Pasukan kami menduduki kota itu," katanya, berbicara di telepon.

"Kami akan memberikan rincian mengenai kematian dan tahanan nanti."

Seorang pejabat Mali mengkonfirmasikan klaim pemberontak tersebut, dan mengatakan: "Kami meminta pasukan kami sebagai langkah strategis untuk meninggalkan posisi mereka di Tinzawaten."

Dia menambahkan bahwa "tidak ada kematian dan pertempuran."

"Salah satu strategi kami saat ini adalah untuk meninggalkan posisi yang terisolasi itu," kata seorang pejabat, yang berbicara tanpa menyebut namanya.

Sementara itu Ban "sangat prihatin" atas korban sipil dan dampak kemanusiaan dari konflik itu, kata juru bicaranya, Martin Nesirky.

Lebih dari 20.000 orang telah melarikan diri dari Mali utara ke negara tetangga Burkina Faso, Aljazair dan Mauritania, kata PBB.

Pertempuran antara pemberontak Tuareg dan pasukan pemerintah adalah "telah memperparah situasi kemanusiaan yang mengerikan di seluruh wilayah Sahel," kata juru bicara PBB.

Ban menyerukan kepada kelompok pemberontak "untuk segera menghentikan serangan mereka dan segera melakukan dialog dengan pemerintah Mali guna menyelesaikan keluhan mereka."

Dia menawarkan dukungan PBB bagi upaya untuk mendapatkan solusi damai.

Gerakan Pembebasan Nasional Azawad (MNLA) dan pemberontak Tuareg lain - didorong oleh kembalinya orang-orang yang berperang di Libya untuk menggulingkan pemimpin Muamar Gaddafi - yang menuntut otonomi lebih besar bagi suku gurun nomaden mereka.

Kedua tentara dan pemberontak diyakini telah menderita kerugian parah pada saat Tuareg mendorong untuk merebut kota-kota di bagian utara Mali.

Pemerintah Jerman pada Rabu mengumumkan pihaknya telah memberikan tambahan 12 juta euro dalam bantuan pangan untuk wilayah Sahel, termasuk Mali.

Satu komunitas nomaden sekitar 1,5 juta orang, dari berbagai suku Tuareg tersebar di antara Aljazair, Burkina Faso, Libya, Niger dan Mali.

Mali dan Niger mengalami pemberontakan pada saat Tuareg berjuang untuk mendapatkan pengakuan identitas mereka dan negara merdeka pada tahun 1960-an, 1990-an dan awal tahun 2000, dengan kebangkitan kembali antara tahun 2006 dan 2009. (AK)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Sekjen PBB: misi Liga Arab akan kembali ke Suriah

Posted: 08 Feb 2012 04:09 PM PST

Ban Ki-moon. (REUTERS)

Berita Terkait

PBB (ANTARA News) - Liga Arab bermaksud untuk memulai kembali misi pengamatannya di Suriah di mana pasukan pemerintah telah membunuh ribuan warga sipil, kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon Rabu.

Ban mengatakan kepada wartawan, pimpinan Liga Arab telah mengatakan kepadanya mengenai rencana untuk menghidupkan kembali misi pemantauan dan meminta kegiatan itu menjadi operasi bersama Liga Arab-PBB, lapor AFP.

Liga Arab menunda tugas pengamat di Suriah pada 28 Januari karena kekerasan yang meningkat oleh pasukan Presiden Bashar al-Assad terhadap aksi-aksi protes di kota-kota penting.

Banyak negara menarik diri sepenuhny pengamat mereka.

Ban mengatakan, ia berbicara kepada Sekjen Liga Arab Nabil al-Arabi melalui telepon, Selasa.

"Dia memberitahu saya bahwa dia berniat untuk mengirimkan kembali misi pengamat Liga Arab ke Suriah dan meminta bantuan PBB," kata Ban.

"Lebih lanjut ia menyarankan agar kita mempertimbangkan misi pengamat bersama di Suriah, termasuk utusan khusus bersama."

Pemimpin PBB mengatakan, konsultasi-konsultasi akan diselenggarakan dengan para anggota Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari mendatang "sebelum menyempurnakan rincian-rincian".

Ban mengecam kegagalan 15-negara anggota dewan keamanan untuk menyetujui resolusi tentang Suriah, dan mengatakan kegagalan itu telah menjadi "bencana" bagi orang-orang di negara itu.

Rusia dan China memveto resolusi, Sabtu, yang akan mendukung rencana Liga Arab untuk mengakhiri tindakan keras mematikan di Suriah.

"Hal itu telah mendorong pemerintah Suriah untuk meningkatkan perangnya terhadap warganya sendiri," kata Ban mengenai veto tersebut. (AK)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan